Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Roxana Musai

Hai, hai! Aku mau bawa kabar gembira untuk kalian semua, tapi bukan cerita ON yang selanjutnya awowkwkwkwkw. //auto digampar

Jadi, aku mau kasih tau kalau sekarang aku punya akun khusus cerita romance dan komedi. Khusus untuk Hygea Galenica, aku menaruh karyaku dengan genre yang cukup serius. Sedangkan akun keduaku; Roxana Musai akan lebih ke genre yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan lebih ringan.

Kayak si Hygea tuh sisi hitamku, sedangkan Roxana sisi putihku, mungkin? wkwkwkwk.

Berikut cuplikan salah satu karyaku di sana. Kuy, mampir!

***

🤍🤍 Me(n)tal Love ❤️❤️

Blurb:

"Cintai aku dengan segala ketidaksempurnaanku."

Mira menderita ADHD--penyakit mental yang membuat dirinya menjadi sosok yang hiperaktif dan impulsif--menyebabkan gadis itu sering dipandang sebagai cewek sinting. Eits ... jangan kira Mira bakal tinggal diam ketika manusia julid merendahkan dirinya. Siap-siap deh, bakal kena instan karma.

Suatu hari, Mira pindah ke Malang dan bertemu dengan psikiater barunya, dokter Tino. Untuk pertama kalinya, dia mendapati seorang dokter berpenampilan nyentrik bak anak band metal! Anehnya, pribumi yang bekerja di rumah sakit Lovelette sudah terbiasa dengan wujud drakula di siang bolong itu. Namun di balik wajah pucat nan misterius itu, ada pria cakep yang bisa bikin semua betina di muka bumi berteriak histeris. Seketika belenggu yang mengunci hati Mira terlepas, dia jatuh cinta pada dokternya sendiri.

Perjuangan Mira untuk menaklukan hati Tino pun dimulai.

***

Melodi 1 - Lebah

"Orang gila jangan dipelihara!" maki Bu Wiwi--tetangga julid yang tinggal di sebelah--sembari membalik badan dan keluar dari pekarangan rumah dengan langkah besar bak raksasa yang ingin mengguncang dunia.

Nina hanya bisa menghela napas panjang, menutup pintu depan dengan pundak yang lelah. Entah sudah berapa kali wanita berumur tiga puluh enam itu mendapat teguran dari berbagai orang akan sikap putrinya yang suka mencari gara-gara. Tadi adalah teguran paling parah karena tingkah Mira benar-benar sudah keterlaluan.

Bisa-bisanya gadis berumur sembilan belas tahun memainkan biolanya tepat tengah malam! Parahnya lagi yang dia mainkan adalah Flight of The Bumble Bee (1) dengan kecepatan 225 bpm. Suara dengungan lebah itu bagaikan sangkakala malaikat Israfil yang memberi pertanda dunia akan segera berakhir. Untungnya itu cuman perandaian. Musik itu membawa mimpi buruk ke orang-orang yang mendengarnya.

Sampai sekarang pun dengungan itu masih memenuhi seluruh rumah, seakan-akan ada ribuan lebah sedang menghabiskan sepertiga malam dengan acara dansa yang memekakan telinga.

Nina yang sudah resisten dengan gesekan biola yang mengerikan itu, naik ke lantai dua, mengetuk keras pintu bercat putih yang tersemat papan berwarna violet bertuliskan Mira Room, dan masuk setelah tidak ada tanda-tanda anak itu akan berhenti memainkan biolanya.

"Sayang ... kumohon, hentikan. Mami tahu kamu marah, tapi jangan sampai membuat masalah baru lagi."

Mira sejenak membeku. Tanpa menoleh. Tanpa berbicara. Memberi kesempatan kepada maminya untuk bernegosiasi.

"Kalau kamu berhenti sekarang, Mami janji besok kita pergi ke Jungle Water World (2). Dari pagi sampai sore, gimana?"

"Bagaimana dengan Papi?" tanya Mira masih dengan posisi bersiap untuk menggesek senar biola jika negosiasi itu gagal.

"Papi tiba di Balikpapan jam 3 siang, artinya sekitar jam 5 baru ada di Samarinda. Jadi kita pulang pas Papi sudah sampai di rumah, oke?"

Mira menurunkan busur dan meletakkannya bersama biola di atas meja belajar. Akhirnya lantunan musik neraka itu berhenti. Melihat itu, Nina berlari kecil-kecil dan memeluk putrinya dari belakang. Perlahan dia mengelus kepala Mira, lalu menyisir rambut tipis sebahu putrinya dengan jari-jari yang lentik.

"Mira, Sayang ... kenapa kamu melakukan itu? Kamu bisa membuat semua orang datang ke rumah dan menyeretmu ke rumah Pak RT karena menganggu waktu istirahat orang lain."

Mira menyilangkan tangan, lalu menatap dinding sembari berkata, "Wewek Gombel itu menyebar hoax lagi."

Nina tertawa kecil, dia masih belum terbiasa dengan panggilan buatan Mira untuk Bu Wiwi. "Nyebar hoax apaan?" tanya Nina dengan gemas.

"Dia bilangin aku, cantik-cantik idiot. Menghitung satu tambah satu saja tidak bisa. Padahal aku bisa, kan!"

"Iyalah, masa anak Mami tidak bisa mengitung. Coba, seratus ribu ditambah lima ratus ribu berapa?"

Mira terdiam sebentar, mulutnya berkomat-kamit mengulang pertanyaan Nina untuk mencari jawabannya. "E-enam ratus ribu, kan? Menghitung uang, mah, Mira pasti bisa! Aku juga tidak idiot, ya, kan?"

Nina memeluk gadisnya dengan erat dan mengecup ubun-ubun kepala Mira dengan hangat. "Mira bukan anak idiot. Contohnya kamu bisa memainkan biolamu dengan kecepatan tinggi. Mungkin kamu bisa masuk ke dalam Guinness World Record atas bakatmu."

Mira menjauhkan dirinya dari sang Mami, berbalik, dan memeletkan lidahnya. "Tidak mau! Memainkan biola dalam waktu cepat seperti itu sama saja aku telah mempermalukan W. R. Supratman (3)--merusak nama baik violinis Indonesia," jelas Mira penuh rasa patriot.

"Lah? Lalu, kenapa kamu tadi main seperti tadi?"

"Itu karena aku MEMANG mau mengganggu orang," jawab Mira sambil berkacak pinggang.

Nina mendecap lidah dan segera mencubit kedua pipi Mira dengan kesal. "Mira! Kamu nakal, ya."

"Mamih ... cakit."

Nina melepaskan tangannya dari pipi putrinya yang mulai memerah dan berjalan menuju pintu. "Besok pagi Mami carikan baju buat pergi ke water park. Awas ya, kamu bangun kesiangan. Kalau gitu, kita batal pergi."

"Iyaaa! Malam." Mira menjatuhkan tubuhnya ke kasur dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.

Lampu dimatikan Nina dan pintu di tutup pelan. Mira bisa melihat siluet mamanya dari dinding, bayangan wanita berambut panjang itu perlahan menghilang bersamaan sinar dari ruang tengah. Kamar Mira yang dipenuhi stiker bintang, menyala dalam kegelapan penuh kebisuan. Padahal beberapa menit yang lalu Mira tidak merasakaan kesepian, namun sekarang malam ini begitu mencekiknya.

Alasana Mira menyetujui perjanjian maminya tadi karena dia tidak suka seharian berdiam diri di rumah. Dia memang seorang hikikomori (4) yang mengisolasi diri dari dunia luar, tapi bukan berarti dia tidak suka dengan apa yang ada di balik pintu kamarnya. Mira hanya berharap tidak bertemu dengan orang-orang sok benar yang cuman mau membandingkan kehidupannya yang berantakan dengan anak mereka, membuat sebuah pembelaan atas sindiran-sindiran buruk dengan menggunakan namanya.

Mira hidup seperti ini juga bukan atas keinginannnya. Dia berhenti masuk sekolah setelah masa SMA-nya hancur berantakan akibat teman sekelasnya yang kurang ajar. Belum lagi dengan guru-gurunya yang
tidak paham atas penyakit ADHD-nya (5) yang membutuhkan perlakukan khusus dan bukannya dicap murid tolol.

Memang apa salahnya kalau Mira tidak memperhatikan guru? Dan lebih memilih menatap ke luar jendela yang terlihat lebih menarik daripada papan putih yang dipenuhi coretan hitam yang menjemukkan?
Mira tidak suka dikekang dan dikurung dalam tempat yang membosankan. Dia ingin bebas seperti lebah yang bisa bertengger di atas bunga yang indah dan terbang sesukanya, bisa hidup dengan kawanannya tanpa dibeda-bedakan.

Kawan ... kata yang sudah Mira lupakan makna sebenarnya. Sudah tiga tahun Mira tidak punya teman. Saat SMP dia hanya punya teman hitungan jari. Selepas kelulusan pun dia sudah tidak bisa menghubungi mereka lagi. Sepertinya mereka memblok seluruh akun sosial media milik Mira. Entah karena alasan apa.

Semenjak itu Mira sekolah di rumah, namun masih belum terlepas dari drama yang dia buat sendiri. Beberapa kali Mira membuat guru-gurunya berhenti dengan alasan tidak tahan. Mira memang tidak bisa diam dalam waktu lama, paling banter sekitar tiga menit. Itu saja sudah dengan dirinya yang sibuk sendiri di atas meja belajar atau berkali-kali naik turun kamar karena lupa mengambil alat tulisnya.

Mira tidak pernah menginginkan kondisinya sekarang. Dia tidak pernah ingin sakit. Dia hanya ingin hidup menjadi gadis normal seusianya.

Mira menyibak selimutnya dan berpindah posisi untuk melihat poster-poster film kesukaannya tertempel memenuhi satu bagian dari kamarnya.

Berkat keterbatasannya, Mira sering lupa dengan apa yang pernah dia lakukan atau hal-hal yang pernah dia lalui. Itulah sebabnya setiap kali dia menonton film dan jatuh hati dengan ceritanya, dia akan mencetak posternya, menulis kesan-kesan selama menonton di atas note pad warna-warni, terakhir dia menempelnya menghadap tempat tidur agar tidak lupa dengan kenangan selama dia menonton film favoritnya.

Film yang selesai dia nonton bersama Nina kemarin adalah 50 First Dates, film romantis komedi tahun 2006 yang cukup lawas. Alasan Mira menyukainya karena dia seperti senasib dengan Lucy, mudah melupakan kejadian yang sudah terlewati, sampai membuat Henry si protagonist rela membangun kisah cinta mereka dari nol setiap harinya.

Kalau saja ... Mira bisa bertemu dengan pria yang bisa mencintainya dengan tulus, tanpa memandang keterbatasannya, dia pasti akan menjadi wanita paling bahagia sejagad raya.

Tapi, apa ada manusia seperti itu di dunia nyata?

Kalau ada, tolong, beri satu untuk Mira.

--- --- ---

(1) Selingan orkestra yang ditulis oleh Nikolai Rimsky-Korsakov.

(2) Tempat wisata air yang terletak di Poros Samarinda-Bontang Km 24, Guntunglai, Samarinda.

(3) Violinis dan penulis lagu "Indonesia Raya".

(4) Istilah orang Jepang untuk menggambarkan seseorang yang mengisolasi dirinya sendiri.

(5) Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan mental yang menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif, sehingga dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah.

--- --- ---

Penasaran? Langsung klik linknya di bio-ku. 💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro