Prolog
Play the music for better reading.
🎧🎹🎶
Lucas King - Hate (Dark Music Box Version).
***
"Kudengar ada penebang yang menghilang lagi, beneran?" tanya pria berambut merah kecokelatan dengan suara rendah dan setengah berbisik ke pria yang ada di sebelahnya.
Teman pria berambut merah itu sejenak melemparkan pandangannya ke segala arah. Dia tidak mau ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Iya, betulan," sahutnya bersemangat, tetapi dengan nada yang sama rendah. "Bukan cuman itu, banyak truk dan mobil lenyap tiap malam--bersama dengan pengemudi dan penumpangnya! Sampai-sampai dipasang papan peringatan tentang jam malam. Tapi, kamu taulah, masih ada aja orang yang enggak percaya sama begituan."
Pria berambut merah mengangguk setuju. "Untung kita kerjanya di siang bolong. Tidak mungkin terjadi hal-hal yang aneh, ya kan?"
Teriknya matahari, asap, debu, serta suara bising yang memekakkan telinga tidak dipedulikan oleh para pekerja. Rantai besi berputar sangat cepat, berhasil membelah batang kokoh yang telah menjulang tinggi ke angkasa. Sudah lebih dari tujuh puluh tahun pohon itu berdiri. Namun, dalam hitungan menit bisa ditumbangkan dengan mudahnya.
Setelah batang terpisah dari akarnya, dari sumber kehidupannya, para penebang bergerak cepat untuk memotongnya menjadi ukuran yang lebih kecil lagi. Kegiatan ini terus dilakukan setiap hari, berulang-ulang. Sudah tidak terhitung korban dari gergaji yang meraung penuh kemenangan itu.
Mereka yang berkuasa.
Apalah dayanya bagi makhluk malang yang berteriak untuk meminta tolong pun tidak bisa.
Tidak jauh dari tempat kerja para penebang kayu, segerombolan anjing hitam menyalak ganas pada sosok makhluk berbulu di atas pohon yang rindang.
"Hei! Ada orang utan. Cepat bidik dia sebelum kabur," perintah seorang pria yang mengenakan topi fedora. Tampaknya dia adalah pemimpin dari kawanan pemburu satwa liar.
Tanpa ragu, salah satu anak buahnya telah menumpu popor senapan di bahu kanan, menentukan momentum yang tepat, menarik pelatuk dengan lembut, dan melepaskannya dengan cepat. Suara ledakan dari bubuk mesiu menggelegar bagaikan petir di siang bolong. Satu detik kemudian, makhluk berbulu itu telah kehilangan kekuatan untuk kabur akibat rasa sakit yang menjalar dari sisi kiri, tempat di mana peluru bersarang di tubuhnya.
"Nanti malam, bisa makan enak nih." Pria bertopi fedora tersenyum puas dengan hasil tangkapannya.
Bukan hanya membunuh ribuan pohon, hewan-hewan tak berdosa yang hidup di sana juga tak luput dari tindakan keji. Daging, kulit, kuku, taring, tanduk, bahkan ditangkap hidup-hidup dalam jeruji besi yang sempit; semuanya demi memuaskan perut, hati, dan pundi-pundi kekayaan yang semu.
Semakin berkurangnya penduduk hutan, semakin rusak pula lingkungan sekitar. Aliran air mulai tidak terarah. Tanah mulai tandus dan mengeras. Udara segar semakin langka.
Kalau saja makhluk malang itu bisa berbicara, mungkin hutan tersebut sudah menjadi tempat paling memilukan. Dipenuhi tangisan yang tidak ada hentinya.
Bunyi peluit panjang sontak menghentikan segala aktivitas yang ada.
"Sudah sore ternyata. Semuanya ... hentikan pekerjaan kalian! Besok lagi kita lanjutkan."
Mereka tidak menyadari bahwa dendam dari seluruh penghuni hutan sedang berkumpul menjadi sesuatu yang tidak akan bisa mereka lawan. Makhluk yang akan menyebarkan teror kepada umat manusia. Dan seseorang, atau sesuatu, telah ikut campur di dalamnya.
***
Vote, koment dan krisarnya. 🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro