♟️5/5♟️
Desir angin menggoyangkan helaian rambut [Name] maupun Regis. Keheningan sesaat mencekik keduanya sebelum gadis yang tampak bingung itu membuka suara.
"A-apa maksud Anda, Guru?" [Name] menatap Regis tidak mengerti. "Pergi? Pergi kemana?"
Regis tak langsung menjawab. Pria itu terlihat berperang dengan batinnya sendiri.
"Guru ..."
"Kau harus pergi dari Kekaisaran ini." Regis memotong kalimat [Name]. Gadis itu terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja sang guru katakan.
"Apa?" Mata [Name] mulai berkaca-kaca. "Pergi dari Kekaisaran? Kenapa? Apakah aku melakukan kesalahan?"
Regis mengalihkan pandangannya saat melihat raut wajah [Name] yang menyedihkan. "Sejak awal, tempatmu memang bukan disini," ucap Regis pelan. Tangan terkepal erat di sisi tubuhnya. "Tidak seharusnya kau disini."
"Lalu dimana seharusnya aku berada? Neraka?"
Regis menoleh seketika begitu kata itu tertangkap indra pendengarnya. Dia bisa melihat senyum pedih menghiasi wajah [Name] mulai basah oleh airmata.
"Apa kau begitu membenciku, Guru?"
Iris biru Regis membulat mendengar pertanyaan tersebut. "Apa? Itu tidak m-..."
"Ya, tentu saja kau membenciku." [Name] meracau. "Kau muak padaku, makanya kau menyuruhku pergi."
"Itu tidak benar, [Name]. Aku tidak membencimu!"
"LALU KENAPA?!" [Name] mulai berteriak. Ini adalah kali pertama gadis itu berbicara dengan nada tinggi pada Regis. "Kenapa Guru menyuruhku pergi?! Aku tidak mengerti!"
"Kaisar menginginkanmu!" Regis balas berteriak. Pria itu lalu meraih bahu [Name] dan meremasnya. "Kaisar menginginkanmu! Entah sebagai ksatria atau selir, dia menginginkanmu!"
[Name] hanya bisa terdiam dengan iris [eye color] nya yang membulat sempurna.
Apa?
Kenapa?
Kenapa tiba-tiba Kaisar menginginkannya?
"Dia Kaisar yang licik, [Name]. Aku tidak bisa menyerahkanmu padanya," ucap Regis lemah. Kepala berhelai peraknya jatuh begitu saja di bahu [Name] yang sempit. "Aku juga tidak kuasa menolaknya karena Kaisar memegang kelemahanku. Jadi jalan satu-satunya adalah kau harus pergi dari sini. Aku sudah mencaritahu tentang asal usulmu. Orang tuamu masih hidup. Mereka adalah bangsawan di negara tetangga. Aku akan mengutus orang untuk menemanimu kesana."
[Name] diam tak menjawab. Tubuhnya kaku, dan matanya hanya bisa menatap kosong ke depan.
Kembali pada orangtuanya? Untuk apa? [Name] sudah dibuang, jadi untuk apa dia kembali?
[Name] kira setelah bertemu dengan Regis ia bisa mengobati luka hatinya, tapi ternyata tidak. Pada akhirnya, Regis pun membuangnya.
Apa sebegitu tidak bergunanya [Name] bagi mereka?
[Name] hanya tidak tau betapa Regis peduli padanya.
Gadis itu tidak tau betapa Regis ingin melindunginya.
"Tolong mengertilah, [Na-...."
"Aku mengerti, Guru," potong [Name] cepat. "Aku akan pergi dari sini. Sesuai keinginanmu."
Regis tidak tahu harus merespon seperti apa. Yang jelas, kata-kata [Name] berhasil membuat jantungnya seolah dihujam ribuan anak panah.
Apakah ini memang pilihan terbaik?
Baik [Name] dan Regis sudah sering bersama, berbicara, tertawa, dan beradu argumen yang kadang tidak terlalu penting. Namun itu yang membuat mereka semakin dekat.
Dimana [Name] bisa menatap dengan puas senyum tipis yang jarang tersungging di bibir Regis. Dimana [Name] bisa berdua dengan pria itu dalam waktu yang lama.
Salahkah [Name] bila jatuh cinta pada Regis?
Cinta bisa datang kapan saja, cinta mampu membuat seseorang lebih kuat, cinta mampu membuat kita berkorban lebih dari segalanya, dan cinta mengerti bahwa cinta tidak egois dengan harus memiliki segalanya.
[Name] bersyukur bertemu dengan Regis meski mereka harus berpisah pada akhirnya.
[Name] bersyukur karena di antara semua orang, ternyata Regis lah yang mengulurkan tangan padanya disaat ia jatuh terpuruk.
Meski sakit, [Name] harus berterima kasih untuk segala kenyamanan yang Regis berikan. Mulai saat ini, [Name] harus mampu berdiri tanpa pria itu. Walaupun begitu tertatih, [Name] harus bisa.
Bukan karena [Name] merasa hebat, tapi karena keyakinan bahwa hidupnya harus dilalui tanpa Regis mulai saat ini.
"Terimakasih untuk semuanya, Guru. Aku mencintaimu."
.
.
.
.
.
Words : 582
Rabu, 1 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro