【5/5】
"Kalau kau tidak mau menyerahkan perusahaanmu pada kami.... istrimu akan berada dalam bahaya" ucap pria misterius tersebut.
Deg!
Begitu mendengar (y/n) dalam bahaya, sekujur tubuh Daisuke langsung membeku seketika.
(Y/n)... dalam bahaya?, batin Daisuke dalam hati.
Tiba-tiba ia langsung berlari keluar dari kantor.
"Oi! Matte, Kanbe!" seru Haru sambil mengejar Daisuke dari belakang.
Daisuke langsung masuk ke dalam mobilnya dan segera tancap gas kembali menuju rumahnya. Perasaannya sangat kacau saat ini. Ia benar-benar khawatir terhadap keadaan (y/n) saat ini.
***
Sesampainya di rumah, Daisuke langsung membuka pintu rumahnya. Ternyata pintu rumahnya tidak terkunci. Hal tersebut membuat Daisuke semakin panik. Dengan cepat ia pun langsung mencari (y/n) di seluruh sudut rumah.
"(Y/n)!....(Y/n)! Kau dimana?! (Y/n)!" panggil Daisuke. Suaranya menggema di seluruh ruangan rumahnya yang besar. Namun sayangnya, (y/n) tak kunjung menjawab panggilannya itu.
Haru yang mengikuti Daisuke dari belakang langsung membantunya mencari (y/n).
Daisuke berlari menuju kamarnya, tetapi (y/n) tidak ada di sana. Lalu ia mencoba mencari (y/n) di ruang makan, dapur, taman, dan bagian rumah lainnya. Namun tetap saja, Daisuke tidak bisa menemukan istrinya tersebut.
Dalam sekejap tubuh Daisuke mendadak menjadi terasa sangat berat. Ia pun menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Ia menghela nafas panjang sambil menopang dahinya dengan kedua tangannya.
"(Y/n)... pergi kemana kau?" ucap Daisuke penuh rasa khawatir.
"Gawat. Aku tidak bisa menemukannya dimana pun" ucap Haru sambil berjalan cepat mendekati Daisuke.
Tiba-tiba, ponsel Daisuke berdering lagi. Menandakan adanya telepon yang masuk.
Daisuke pun mengangkat telepon tersebut. Ternyata telepon tersebut berasal dari pria misterius yang menelponnya tadi.
"Tuan Kanbe. Apa kau mencari dimana keberadaan Kimura (y/n)?"
Tiba-tiba, Daisuke berdiri dari tempat duduknya.
"Dimana (y/n)?! Apa yang kau lakukan padanya?!" seru Daisuke.
"Tenanglah, Tuan. Kami tidak melakukan hal apapun kepada istrimu"
"Jangan bohong kalian! Katakan dimana (y/n)!"
"Kalau tidak percaya, kau bisa melihat televisimu, Tuan Kanbe"
Karena Daisuke merasa sangat bingung harus melakukan apa, ia pun mengikuti apa yang pria misterius itu perintahkan. Ia meraih sebuah remote TV yang terletak di atas meja dan langsung menekan tombol power.
Begitu televisi menyala, Daisuke benar-benar terkejut dengan apa yang ia lihat di layar TV.
Ia melihat (y/n) sedang duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kakinya yang diikat. Mata dan mulutnya pun dibekap oleh kain.
Dan, hal yang membuat Daisuke sangat panik adalah...
Terdapat sebuah bom waktu yang melingkar di perut (y/n).
Mata Daisuke seketika terbelalak melihatnya. Sekujur tubuhnya bergetar karena ketakutan. Ia tidak menyangka sekelompok orang misterius itu nekat melakukan hal tersebut kepada (y/n).
"(Y/n)...." ucap Daisuke pelan.
"Seperti inilah keadaan istrimu saat ini" ucap pria misterius tersebut.
"Berengsek kalian!" gerutu Haru geram.
"Lepaskan bom itu dari tubuh (y/n)!" perintah Daisuke.
"Tidak secepat itu, Tuan. Kalau kau mau istrimu selamat, kau harus menyerahkan semua perusahaanmu pada kami"
Daisuke pun terdiam. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain menyerahkan perusahaan miliknya kepada sekelompok orang misterius tersebut. Daisuke rela melakukan apapun asalkan (y/n) bisa selamat.
"Baiklah, kalau begitu aku akan-" ucap Daisuke yang tiba-tiba terpotong.
"Tunggu, Kanbe! Jangan dulu asal memutuskan" cegah Haru.
Daisuke pun menarik kerah baju Haru dengan sangat kasar.
"Apa maksudmu? Istriku sedang dalam bahaya! Aku tidak bisa membiarkan para penjahat itu menyakiti (y/n)!" seru Daisuke tepat dihadapan wajah Haru.
"Justru itu masalahnya! Bisa saja ini adalah sebuah jebakan. Setelah mereka menerima apa yang mereka inginkan, mereka tidak akan melepaskan bom tersebut dari tubuh (y/n)!" balas Haru.
Daisuke pun terdiam mendengar perkataan Haru tersebut. Ia pikir perkataan Haru tersebut ada benarnya.
"Baiklah, Tuan Kanbe. Sepertinya kau belum bisa memutuskannya. Kalau begitu, sesuai dengan timer dari bom ini, kami beri kau waktu 30 menit untuk memutuskannya" ucap pria misterius tersebut. Lalu tak lama kemudian, ia menutup teleponnya.
"30 menit? Apa maksudmu? Oi!.....Kusso!" seru Daisuke kesal.
"Waktu kita tidak banyak. Kita harus segera menemui (y/n). Tapi bagaimana cara kita menemukannya?"
"Tunggu. Kurasa aku bisa melacaknya dengan anting HEUSC yang ia gunakan" ucap Daisuke. Lalu ia segera membuka smarthphone-nya dan melihat GPS.
Ternyata, (y/n) berada di ruang bawah tanah salah satu gedung perusahaan milik Daisuke.
"Dia ada di sana ternyata" ucap Haru sambil melirik GPS milik Daisuke.
"HEUSC. Siapkan pakaian anti peluru dan beberapa senjata di mobil"
"Laksanakan, Tuan"
Dengan cepat, Daisuke langsung berjalan cepat menuju salah satu mobil mewahnya untuk menjemput (y/n). Haru pun ikut naik ke dalam mobil Daisuke. Daisuke pun langsung melaju menuju kantor perusahaannya.
***
Sesampainya di gedung perusahaan, dengan cepat Daisuke langsung mengenakan pakaian anti pelurunya dan membawa beberapa buah pistol. Begitu melihat teras gedung, betapa terkejutnya ia. Di luar gedung semua pegawainya diikat dengan mulut mereka yang dibekap oleh kain. Namun kelihatannya Daisuke lebih khawatir terhadap keadaan (y/n).
"Oi! Kau tidak apa-apa?" tanya Haru sambil mencoba membantu salah satu pegawai untuk melepaskan kain yang menutupi mulutnya.
"Aku tidak apa-apa. Lebih baik kalian segera pergi menuju basement. Disana istri Tuan Kanbe sedang dalam bahaya!" ucap salah satu pegawai tersebut.
"Cih!" ucap Daisuke. Lalu ia segera masuk ke dalam gedung dan bergegas pergi menuju basement.
"Tunggu, Kanbe!" seru Haru.
Untuk sampai ke basement, Daisuke memutuskan untuk pergi melewati pintu darurat.
Begitu masuk ke dalam pintu darurat, ia malah disambut oleh beberapa buah peluru yang ditembakkan kearahnya. Sialnya, peluru tersebut mengenai sedikit pipinya.
Dor...dor...!!!
"Kusso!" teriak Daisuke. Lalu dengan cepat ia langsung menembakkan beberapa buah peluru kepada orang yang menembaknya tadi.
Dor...dor...dor...!!!
Peluru tersebut mengenai tubuh orang tersebut.
Dengan cepat, Daisuke langsung berlari menuruni tangga sambil bersiap dengan pistolnya.
Begitu sampai di basement, Daisuke mencari keberadaan (y/n). Namun ia tetap tidak dapat menemukannya dimanapun.
"(Y/n)! Dimana kau!" seru Daisuke panik.
Tiba-tiba, beberapa buah laser merah mengarah kearahnya. Tak lama kemudian, laser tersebut menembakkan peluru kearah tubuh Daisuke. Untungnya, Daisuke mengenakan pakaian anti peluru sehingga ia bisa bergerak bebas menembaki mesin laser tersebut.
Setelah menembaki seluruh mesin laser yang menempel di langit-langit basement, Daisuke langsung melanjutkan mencari (y/n).
Ia menggunakan GPS nya untuk menemukan keberadaan (y/n). Ternyata, (y/n) ada di sebuah gudang basement. Daisuke langsung berlari menuju gudang tersebut.
Dan tentu saja, pintu gudang tersebut terkunci rapat. Dengan cepat, Daisuke langsung mendobrak pintu tersebut dengan menggunakan tubuhnya.
Brakkk!
Akhirnya, pintu gudang tersebut berhasil terbuka. Daisuke melihat (y/n) yang diikat di sebuah kursi dengan mata dan mulutnya yang dibekap oleh kain. Di perutnya melingkar sebuah bom waktu yang kelihatannya durasinya akan segera habis.
Mata Daisuke langsung terbelalak melihatnya.
"(Y/n)!" seru Daisuke.
Spontan, Daisuke langsung membuka penutup mata dan mulut (y/n).
(Y/n) langsung mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ia terkejut karena Daisuke datang menyelamatkannya.
Daisuke langsung memegangi wajah (y/n).
"Tenanglah. Ini aku"
"Daisuke, apa yang kau lakukan disini?"
"Tentu saja untuk menyelamatkanmu" ucap Daisuke. Lalu ia langsung mencoba melepaskan bom tersebut dari tubuh (y/n).
"Lebih baik kau hentikan saja, Daisuke"
"Apa maksudmu?!" seru Daisuke yang sibuk mencari cara melepaskan bom tersebut dari tubuh (y/n).
"Bom ini menggunakan kunci khusus yang tidak bisa dibuka oleh sembarang orang. Sebaiknya kau pergi. Nyawamu bisa terancam kalau kau tetap disini!" seru (y/n)
"Apa yang kau bicarakan?! Pasti ada cara untuk melepaskannya!"
(Y/n) mencoba menahan tangisannya.
"Tenanglah, aku pasti akan menemukan caranya. HEUSC, bagaimana cara mematikan bom ini?"
"Maaf, Tuan. Hanya orang yang memasangnya yang bisa mematikan bom ini"
"Apa kau bilang?!" seru Daisuke panik.
"Sudah kubilang. Tidak ada cara lain selain kau meninggalkan aku sendirian disini!"
"Tidak! Tidak akan pernah. Aku pasti bisa mematikan bom ini"
Waktu pada bom tersebut tersisa 1 menit lagi. Hal tersebut membuat Daisuke semakin panik.
"Kenapa kau sangat keras kepala?! Pergilah!" seru (y/n).
Daisuke terkejut karena (y/n) tiba-tiba berteriak seperti itu.
"Kumohon, untuk kali ini saja. Untuk terakhir kalinya, ikuti permintaanku ini, Daisuke" lirih (y/n) sambil meneteskan air mata.
Daisuke hanya terdiam.
"Aku bilang pergilah! Aku sangat membencimu! Kau selalu memaksaku melakukan hal yang tidak aku sukai! Kau selalu bersikap seenaknya dan selalu keras kepala! Aku juga tidak pernah sedikitpun mencintaimu! Aku tidak mau kau menjadi suamiku! Jadi pergilah, dasar bodoh!" teriak (y/n).
Tiba-tiba, Daisuke memeluk tubuh (y/n) dengan sangat erat.
"Tidak akan. Kalaupun aku harus mati bersamamu disini, aku tak mengapa, (y/n)" bisik Daisuke tepat di telinga (y/n).
"K...kenapa, Daisuke? Kau membuat pilihan yang sangat bodoh!"
"Aku tahu kau hanya berbohong. Aku tahu kau sebenarnya benar-benar mencintaiku, (y/n). Tenanglah, aku akan tetap disini bersamamu"
Spontan, (y/n) air mata langsung membasahi pipinya.
"D...Daisuke...."
10....9....8....7....
Waktu meledaknya bom tersebut tersisa 6 detik lagi.
"Kumohon, aku ingin kau tetap hidup..." ucap (y/n) pelan.
Daisuke melepaskan pelukannya dari tubuh (y/n). Lalu ia mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).
6...5...4...
Bibir mereka semakin mendekat satu sama lain. Mereka secara bersamaan menutup mata mereka.
3...
Akhirnya mereka pun berhasil berciuman untuk yang terakhir kalinya.
2...
Selama berciuman dengan Daisuke, (y/n) terus menerus meneteskan air matanya.
1...
Tiba-tiba, (y/n) dan Daisuke tidak bisa mendengar apapun.
Keadaan seketika menjadi sunyi
Dan,
Pada akhirnya...
BOOOOOMMM!!!!
Suara ledakan terdengar sangat keras dari dalam basement. Sehingga membuat beberapa bagian bagunan rusak.
***
Haru yang baru saja akan masuk ke dalam tangga darurat sontak merasa sangat terkejut. Dalam sekejap, pintu darurat tertutup oleh reruntuhan bangunan.
"Uso darou?!" ucap Haru.
Kedua kaki Haru seketika terasa sangat lemas. Tak lama kemudian ia pun terjatuh ke lantai.
"K...Kanbe..."
Haru menundukkan kepalanya sambil mengepal kedua tangannya. Ia bensr-bensr merasa sangat kesal karena tidak sempat menyusul Daisuke. Tanpa ia sadari, ia meneteskan iar matanya.
"Kusso!"
"KANBEEEEE!!!" teriak Haru. Ia benar-benar menyesal tidak bisa menyelamatkan Daisuke dan (y/n) dari ledakan tersebut.
***
Sinar yang terang benderang menyilaukan mata (y/n).
"Dimana ini?" bisik (y/n).
(Y/n) tidak bisa melihat dengan jelas suasana di sekitarnya.
.
.
.
.
.
.
Apa aku benar-benar sudah mati?, batin (y/n).
.
.
.
.
.
Sepertinya itu yang terjadi....
.
.
.
.
.
Tiba-tiba, penglihatan (y/n) perlahan-lahan semakin jelas.
Ternyata yang ia lihat tadi adalah sebuah lampu rumah sakit.
Eh?
"(Y/n)-sama...."
Seseorang memanggil namanya dengan suara yang sangat kecil. Sehingga (y/n) tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
"(Y/n)-sama...Kau tidak apa-apa? (Y/n)-sama..."
Akhirnya (y/n) bisa mendengar suara tersebut dengan jelas. Suara tersebut terdengar seperti suara seorang wanita.
(Y/n) pun mencoba melihat siapa pemilik suara tersebut.
Ternyata orang itu adalah Kanbe Suzue.
"(Y/n)-sama... Kau bisa mendengar suaraku?" tanya Suzue.
"S...Siapa kau?" tanya (y/n) dengan suara pelan. Sekujur tubuhnya benar-benar terasa lemas.
"Yokatta. Akhirnya kau sadar juga. Namaku Kanbe Suzue. Aku adalah kerabat Daisuke-sama" ucap Suzue.
Suzue? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu...., gumam (y/n).
(Y/n) berusaha mengingat-ingat dimana ia mendengar nama itu.
"Kenapa kau malah membela gadis jalang ini? Sudah kubilang, menikah saja dengan Suzue!"
Tiba-tiba, terbesit di pikirannya perkataan Kikuko saat ia tiba-tiba datang merusak pernikahan (y/n) dan Daisuke saat itu.
Aku ingat sekarang. Ternyata dia wanita yang akan dijodohkan dengan Daisuke. Dia memang wanita yang cantik. Ia juga kelihatannya sangat baik. Tentu saja ia lebih pantas dengan Daisuke dibandingkan denganku, batin (y/n).
Ngomong-ngomong tentang Daisuke, tiba-tiba (y/n) bertanya-tanya tentang keberadaan Daisuke saat ini.
"T...tunggu. D....dimana Daisuke?" tanya (y/n).
Suzue tiba-tiba terdiam. Wajahnya seketika menjadi terlihat sangat sedih.
"S...Suzue-san?" tanya (y/n) sekali lagi.
"Daisuke-sama.... belum sadar hingga saat ini. Detak jantungnya semakin lama semakin melemah. Dokter bilang ia berada dalam keadaan yang sangat kritis Aku benar-benar merasa khawatir" balas Suzue.
Deg!
(Y/n) tidak tahu harus berkata apa. Ia benar-benar shock mendengar perkataan Suzue tersebut.
Spontan, walaupun terasa sangat menyakitkan, (y/n) memaksakan dirinya bangun dari tidurnya untuk segera menemui Daisuke.
"(Y/n)-sama, jangan terlalu banyak bergerak dulu. Lukamu bisa terbuka lagi!" seru Suzue sambil menahan (y/n) bangun dari tidurnya.
"Tidak! Aku harus menemui Daisuke! Dimana dia sekarang?"
"Daisuke-sama... sekarang berada di ICU"
Dengan cepat, (y/n) langsung berdiri dari kasur.
"Tunggu, (y/n)-sama! Kau tidak bisa kesana sekarang!" tahan Suzue sambil menggenggam sebelah tangan (y/n).
"Kumohon lepaskan, Suzue-san! Aku harus segera menemui Daisuke" seru (y/n) sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Suzue dari tangannya.
Karena Suzue tidak mau menghalangi cinta (y/n) kepada Daisuke, Suzue pun akhirnya membiarkan (y/n) pergi begitu saja.
***
Sebenarnya, yang menolong (y/n) dan Daisuke dari bom adalah Suzue. Berkat adanya HEUSC, Suzue sadar Daisuke saat itu sedang dalam bahaya. Suzue pun langsung meretas sistem dalam bom tersebut agar dapat berhenti. Jadi, 1 detik terakhir sebelum bom tersebut meledak, Suzue sudah berhasil menghentikkannya.
Suzue melakukan itu karena ia ingin (y/n) dan Daisuke hidup bersama. Sejujurnya ia tidak memiliki perasaan sedikitpun kepada Daisuke. Ia sudah menganggap Daisuke sebagai kakaknya sendiri.
Dan yang meledak saat itu bukan bom dari tubuh (y/n), melainkan bom lain yang dipasang oleh orang-orang misterius itu di tempat lain.
Namun sayangnya, karena bom tersebut meledak di atas basement, membuat (y/n) dan Daisuke tertimpa reruntuhan bangunan.
***
(Y/n) memaksakan dirinya berjalan di koridor untuk segera menemui Daisuke di ruang OCU sambil bertumpu pada tembok. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lemas.
Ini semua salahku.... Kalau aku tidak diculik saat itu, Daisuke tidak akan mengalami hal ini. Aku ini memang tidak berguna. Seharusnya aku mati saja karena bom itu!, gumam (y/n) penuh rasa penyesalan. Tanpa ia sadari, ia pun meneteskan air matanya.
"D....Daisuke, tunggu aku..." ucap (y/n) dengab suara lemas.
Akhirnya, ia sampai di depan ruang ICU. Ia mencoba untuk masuk ke dalam namun sayangnya ia tidak bisa karena pintu ICU terkunci dari dalam. Sepertinya tidak sembarang orang bisa masuk kesana.
Terpaksa, (y/n) pun melihat dari jendela kaca pintu ICU tersebut.
Betapa terkejutnya (y/n).
Ia melihat Daisuke terbaring lemah di kasur rumah sakit dengan berbagai macam alat medis menempel di tubuhnya.
Hal tersebut membuat hati (y/n) terasa sangat sakit. Ia benar-benar takut kehilangan Daisuke untuk selama-lamanya.
Karena tak kuat lagi menahan rasa sakit di tubuhnya, (y/n) pun terjatuh ke lantai rumah sakit. Air matanya semakin banyak membanjiri pipinya.
"Daisuke...Kumohon hiduplah!"
"Karena.....aku sangat mencintaimu...." rintihnya sambil menangis.
***
Satu bulan kemudian, akhirnya (y/n) sudah sembuh total sepenuhnya. Ia pun diperbolehkan untuk pulang.
Dengan cepat, ia langsung berlari menuju ruang ICU. Ia ingin melihat perkembangan keadaan Daisuke. Ia masih belum bisa memaafkan dirinya karena kecelakaan ini.
Beruntungnya, pintu ICU tidak terkunci, sehingga (y/n) bisa masuk ke dalamnya.
Ia langsung berjalan menuju Daisuke yang belum sadar hingga saat ini.
(Y/n) yang berdiri tepat di samping Daisuke yang sedang terbaring langsung menggenggam erat sebelah tangan suaminya tersebut. Wajah Daisuke terlihat sangat pucat. Hal tersebut membuat (y/n) semakin khawatir akan keadaan Daisuke.
"Daisuke.... Maafkan aku.... Ini semua salahku.... Maafkan aku" rintih (y/n) sambil meneteskan air mata.
Tiba-tiba,
Detak jantung Daisuke menghilang.
Seketika seluruh tubuh (y/n) membeku sedingin es.
"D...Daisuke..."
(Y/n) pun mengguncang-guncangkan tubuh Daisuke. Mengharapkan agar Daisuke segera bangun.
"Tidak, Daisuke! Kumohon bangunlah!"
"Daisuke! Jangan tinggalkan aku sendirian! Daisuke!" seru (y/n) histeris. Tangisannya pun semakin menjadi-jadi.
Tiba-tiba, seorang dokter dan beberapa tenaga medis lainnya langsung bergerak cepat mengobati Daisuke.
"Maaf, nona. Kau harus menunggu di luar" perintah salah satu tenaga medis.
"T...tapi suamiku..."
"Mohon untuk tunggu di luar. Biar kami yang menangani suamimu"
(Y/n) pun keluar ruang ICU dengan penuh rasa pasrah di hatinya.
Daisuke... Kumohon, jangan tinggalkan aku...
***
(Y/n) dengan sabar menunggu Daisuke di ruang tunggu hingga berjam-jam. Tiba-tiba, Suzue dan Kikuko datang dengan sangat tergesa-gesa. Mereka terlihat sangat khawatir terhadap keadaan Daisuke.
"(Y/n)-sama, bagaimana keadaan Daisuke-sama?" tanya Suzue.
"Dokter sedang menanganinya sekarang. Aku harap Daisuke tidak apa-apa"
Akhirnya, seorang dokter keluar dari ruang ICU. (Y/n), Suzue dan Kikuko langsung berjalan mendekati dokter tersebut.
"Dokter, bagaimana keadaan cucuku?" tanya Kikuko.
Dokter tersebut hanya terdiam.
"Dokter, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya (y/n).
"Maafkan kami....."
.
.
.
.
.
"Kami tidak bisa menyelamatkan nyawa pria ini"
"..."
Suasana seketika hening. Tidak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun. Mereka bertiga tentunya merasa sangat shock.
Apalagi yang dirasakan (y/n). Seakan-akan langit runtuh seketika menimpa dirinya. Seketika ia kehilangan kesadarannya beberapa saat. Tubuhnya terasa sangat lemas. Ia tidak menyangka Daisuke akan pergi secepat ini.
Suzue pun tiba-tiba menangis. Lalu, Kikuko pun mencoba menenangkannya. Walaupun terlihat dari wajahnya, Kikuko pun merasa sangat terpukul.
Sedangkan (y/n). Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang. Ia merasakan kesedihan yang sangat mendalam, namun entah mengapa air matanya tidak mau keluar.
"Daisuke... Kenapa... Kenapa kau meninggalkan aku begitu saja..." ucap (y/n) sambil menundukkan kepalanya.
Ia benar-benar hidup sebatang kara sekarang. Ia terus menerus menyalahkan dirinya atas kematian Daisuke.
.
.
.
.
.
.
Bruk!
Tiba-tiba, seorang perawat keluar sambil membanting pintu ruang ICU.
"Dokter! Detak jantung pasien tiba-tiba stabil!"
"Benarkah?!" seru Dokter.
Mata (y/n) seketika terbelalak mendengar perkataan perawat tersebut. Dengan cepat, (y/n) langsung berlari memasuki ruang ICU.
Para tenaga medis sedang sibuk menstabilkan detak jantung Daisuke.
Perlahan tapi pasti, kelihatannya Daisuke mendapatkan kesadarannya kembali. Ia mulai menggerakan bibirnya. Entah apa yang ia ucapkan.
Dengan cepat, seorang perawat mendekatkan telinganya kearah mulut Daisuke.
"Apa yang ia katakan?" tanya seorang tenaga medis.
"Ia terus menerus memanggil nama (y/n)" jawab perawat tersebut.
Mendengar perkataan perawat tersebut, (y/n) langsung berlari mendekati Daisuke. Ia langsung menggenggam tangan Daisuke drngan sangat erat.
"Daisuke! Ini aku. Kau bisa mendengarku?"
"(Y/n)...." bisik Daisuke dengan suara yang sangat lemah. Perlahan, ia membuka matanya.
(Y/n) pun mendekatkan wajahnya kearah wajah Daisuke agar Daisuke bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Iya. Ini aku, sayang. Aku ada disini"
Perlahan, tangan Daisuke meraih sebelah pipi (y/n). Dengan cepat, (y/n) langsung membalas sentuhannya tersebut dengan tangannya.
"(Y/n).... syukurlah kau selamat" ucap Daisuke pelan sambil meneteskan air matanya.
(Y/n) senang bukan main. Ia sangat takut akan kehilangan Daisuke. Matanya terlihat sangat berkaca-kaca. Ia sampai-sampai tidak bisa membendung air matanya lagi. Terukir senyuman penuh rasa lega di wajahnya.
"Seharusnya aku yang mengatakan hal itu... Aku benar-benar khawatir"
Air mata (y/n) yang jatuh mengenai wajah Daisuke. Lalu Daisuke mencoba mengelap air mata (y/n) dengan jarinya.
(Y/n) yang tak kuasa lagi menahan perasaan emosionalnya langsung memeluk tubuh Daisuke dengan sangat erat.
"Yokatta....Aku benar-bebsr bersyukur kau selamat, Daisuke. Arigatou...."
Daisuke pun tersenyum.
"Semua ini berkatmu...Kaulah satu-satunya alasanku untuk hidup, (y/n)"
Lalu Daisuke mencium sebelah pipi (y/n) yang sedang memeluknya erat.
(Y/n) pun menangis semakin keras. Ia tidak menyangka keajaiban akan datang kepadanya seperti ini. Ia benarfbenar merasa bersyukur masih diberi kesempatan bersama Daisuke.
***
Sekitar satu tahun sejak kejadian itu, karena melihat cucunya yang begitu mencintai (y/n), Kikuko akhirnya mau menerima (y/n) sebagai menantunya.
Dan tentunya, teroris yang mengancam (y/n) saat itu sudah tertangkap.
Kini Daisuke dan (y/n) akhirnya bisa hidup dengan tenteram
(Y/n) sedang melihat pemandangan di luar dari balik jendela kamar.
Ia bisa melihat sinar matahari menyinari taman di pekarangan rumahnya dan Daisuke yang sangat luas.
Daisuke tiba-tiba membuka pintu kamar. Ia melihat siluet tubuh istrinya yang perutnya semakin hari semakin membesar.
Ya, (y/n) sekarang tengah mengandung anak pertamanya dengan Daisuke.
Sekarang usia kandungannya sudah mencapai 5 bulan. Perutnya kini sudah mulai terlihat membesar.
Secara spontan, (y/n) pun menoleh kearah Daisuke sambil mengelus-elus perutnya.
"Daisuke. Ada apa?"
Daisuke pun berjalan mendekati (y/n).
"Jangan terlalu lama berdiri. Perutmu sudah semakin membesar, bukan?" tegur Daisuke sambil melihat kearah perut (y/n). Ia kelihatannya khawatir terhadap keadaan (y/n).
(Y/n) pun tersenyum.
"Tidak apa-apa. Sepertinya dia lebih senang saat aku berdiri ataupun berjalan-jalan"
Daisuke pun ikut tersenyum. Lalu ia berjongkok tepat di hadapan perut istrinya tersebut dan langsung mengecupnya.
"Kami menunggu kelahiranmu, nak" ucap Daisuke sambil mengelus-elus perut (y/n).
Tiba-tiba, (y/n) merasakan janin di dalam perutnya bergerak. Daisuke pun bisa meraskaannya hanya dengan menyentuhnya.
(Y/n) pun tertawa kecil.
"Sepertinya ia tak sabar ingin bertemu dengan ayahnya" ucap (y/n) sambil melirik kearah Daisuke.
Daisuke pun segera berdiri sambil tetap mengelus-elus perut (y/n) dengan lembut.
"Bagaimana kalau kita periksakan kandunganmu ini ke dokter?" tawar Daisuke.
"Boleh. Kalau begitu, ayo kita pergi" balas (y/n) sambil menggenggam sebelah tangan suaminya. Ia sudah tidak sabar ingin memeriksakan calon buah hatinya itu.
Mereka pun keluar dari kamar dan segera menutup pintu kamar.
(Y/n) dan Daisuke sudah sangat menantikan kehadiran anak mereka tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
~↞TAMAT↠~
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Hwaaaaa....
Akhirnyaaa beres jugaaa nih, reader-chan.... uppuppuppu~
Haduh maap yaa kalo tulisan Yami ini emang gaada estetik2 kiasannya. Jujur, Yami bener2 gabisa bikin kek begituan(つд⊂)エーン. Jadi mon maap kalo ga bikin baper huhuhu~~
Dan gak lupa juga Yami mau ngucapin makasihh yang sebanyakk banyaknyaa buat semua yang udah dukung ff collab pertama Yami inii.
Oh iya, karena ini chap terakhir, Yami juga nambahin ost nya Ghost in the shell. Gatau kenapa ngerasa pas aja gitu feel nya padahal ni anime gak ada romance2 nya awoakwoak....
Oke demikianlah karya Yami yang super duper absurd ini.
Yami mau lanjut lunasin utang book Yami yang laen skrg (ToT)
Dann...
Sampai ketemu di karya Yami selanjutnya, yaaa...
Babaiiiiii
uppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro