Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Clue 2 : Tanda Pengenal

Malam itu jarak menuju rumahnya seakan begitu jauh, Haewon bahkan berlari sekuat tenaga sampai membuat satu orang yang baru saja melewatinya terperanjat kaget.

Sesampainya di rumah ia terburu-buru merogoh isi tas, mengambil kunci, membuka pintu dan dengan cepat pula kembali menutupnya. Tentu saja ia harus mengunci pintu dengan rapat pula, bergegas menyalakan lampu. Haewon melangkah menuju jendela, mengintip apa lelaki bernama Matthew itu masih mengikutinya.

“Jantungku berdetak kencang, oh, ya ampun… benarkah dia hantu.”

Haewon tidak tenang, karena kalau benar yang dilihatnya hantu, maka lelaki itu akan dengan mudah menembus pintu yang lalu masuk ke dalam rumah.

Malam pun berlalu dengan Haewon yang terjaga. Dia sama sekali tidak bisa tidur. Sampai matahari terbit, rasa takutnya masih juga belum terbenam.

***

Paginya Haewon terbangun dengan lingkaran hitam di matanya, merasa tidurnya tidak berkualitas. Memikirkan bahwa ia baru saja bertemu hantu adalah suatu kesialan terbesar dalam hidupnya. Seharusnya diusia dua puluh limanya ini, dia bertemu dengan seorang lelaki tampan yang akan menjadi pasangan hidupnya dan bukannya hantu.

Walau pun sempat terucap kata pujian tentang penampilannya yang seperti anak konglomerat, namun ia segera bergidik ngeri mengingat bahwa orang itu ternyata hantu. Rasanya melangkah keluar rumah saja ia sudah malas, bagaimana kalau hantu itu menampakan dirinya lagi.

“Aku harus tetap bekerja,” kata Haewon menatap pintu di hadapannya, seperkian detik kemudian seseorang datang dengan menembus pintu. “Wuuahh!” ia terbeliak kaget bahkan beringsut mundur, kakinya terasa lemas seketika.

“Kau… ouh, ouh sial!” rutuknya seraya menepuk-nepuk dada, “Sebaiknya kau mengetuk pintu, kalau tidak ingin aku mati muda akibat serangan jantung.”

“Maaf, aku tidak tahu kau akan sekaget itu… lagi pula aku juga tidak bisa menyentuh benda apa pun termasuk pintu.” Matthew menunjukan rasa bersalahnya, ia buru-buru menambahkan selagi Haewon merapihkan penampilannya. “Kau sudah memikirkan permintaanku semalam?”

Mana sempat Haewon memikirkan untuk membantu hantu, sedang ia sibuk dengan ketakutannya. Tapi setelah dilihat lagi lelaki ini baik, dia juga tidak menyeramkan seperti hantu-hantu yang dilihatnya di film horor.

“Minggir aku akan terlambat bekerja.”

Dikiranya Matthew akan segera menuruti, maka Haewon melangkah maju menembusnya, detik kemudian ia tersadar dan berteriak sambil berlari keluar.

"Aakh, dia benar-benar hantu!"

Entah sudah keberapa kali Haewon dibuat berteriak. Pagi harinya sudah sangat melelahkan.

“Kau tidak akan mengunci pintu rumahmu!” seru Matthew dari dalam rumah, ia menghela napas panjang melihat gadis itu lari terbirit-birit. "Kenapa dia setakut itu, bukankah penampilanku cukup baik dan rapih sebagai hantu."

Tak lama Haewon kembali lagi, berniat mengunci pintu rumahnya yang dikhawatirkan akan ada pencuri meski dirinya tidak memiliki benda berharga. Berjalan perlahan agar Matthew tak menyadarinya, bahkan memalingkan wajah dari melihat dalam rumah yang ditakutkan akan bersitatap dengan Matthew.

Setelah pintu terkunci, Haewon buru-buru pergi. Sementara di dalam rumah Matthew hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kepergian Haewon.

"Apa aku semenakutkan itu," pikirnya yang lalu menembus pintu, mulai mengikuti Haewon. "Maaf, tapi aku harus terus mendekatimu."

***

Memandu wisatawan kali ini sangatlah berbeda dengan yang sebelumnya, Haewon hampir kehilangan suaranya karena ulah Matthew yang sering sekali mengagetkannya dengan mendadak muncul. Sehingga ia mendapat pandangan heran dari para wisatawan, saat itu juga ia lebih menginginkan Matthew tersenyum manis di antara wisatawan dari pada harus membuatnya berteriak karena dikagetkan berulang kali.

“Baru saja aku mendapat teguran dari atasanku,” ucap Haewon lemah setelah menyadari kehadiran Matthew bersembunyi di semak-semak tepat di belakang bangku panjang yang ia duduki.

“Keluarlah… dan jangan pernah muncul secara tiba-tiba lagi di hadapanku,” lanjutnya menyimpan botol minuman yang telah menghilangkan rasa haus, tenggorokannya juga terasa lebih baik.

"Kau sudah tidak takut padaku." Matthew keluar dari persembunyiannya dengan sumringah.

Haewon berjanji tidak akan berteriak lagi meski melihat kepala Matthew yang menggantung di udara.

Matthew sudah duduk di sebelahnya, “Berarti kau akan membantuku?” katanya bersemangat.

"Iya, tapi aku punya satu syarat untukmu."

"Hanya satu, oke!" Matthew melanjutkan dengan cepat, "Apa itu?"

"Kau harus membayar jasa atas bantuanku, 50 ribu won saja," kata Haewon tersenyum licik, hantu mana bisa punya uang.

"Aku tidak punya uang." Haewon mengangguk pasti, lalu Matthew meneruskan, "Kalau begitu aku berhutang dulu, nanti kalau ingatanku kembali, pasti akan ku bayar."

"Hah," Haewon lupa kalau hantu bisa mengajukan pinjaman.

Sekarang alasan apa lagi agar dia bisa menolak Matthew. "Bagaimana kalau ingatanmu tidak pernah kembali."

"Tugasmu membantuku mengembalikan ingatan."

Dasar laki-laki licik. Haewon bergumam dalam hati. Dia telah kalah.

“Baiklah, aku akan membantumu asal kau berhenti menggangguku.”

Perjanjian yang sedetik kemudian disesali Haewon, akhirnya disetujui oleh Matthew.

“Bagaimana aku bisa membantumu?” Haewon yakin hantu yang ditemuinya baik, setidaknya membuat perasaan lega.

“Gampang, aku hanya ingin tau namaku sebelum menjadi hantu, dimana aku tinggal, apa aku masih memiliki keluarga dan penyebab aku meninggal,” kata Matthew tersenyum seperti pertama kali mereka bertemu.

Haewon mendengus, kenapa dari banyaknya orang justru dia yang dapat melihat hantu.

“Minta bantuan detektif swasta saja,” ketus Haewon tanpa melihat lawan bicaranya, jika orang lain melihat pasti dia sudah dianggap gila.

“Kalau seorang detektif yang bisa melihatku, maka aku akan meminta bantuan padanya dan bukan kau!” sewot Matthew tak mau menerima penolakan lagi.

Pandangan Haewon tertuju pada tanda pengenal yang dipakai Matthew di belakang tubuhnya, “Benarkan name tag-mu,” titahnya.

Matthew mengerutkan dahi, ia tidak mengerti sebelum akhirnya menyadari ada sebuah tali di sekeliling leher. Lalu ditariknya tanda pengenal tersebut.

“Seok," Haewon kesulitan membaca tanda pengenal yang sudah usang itu.

"Apa itu artinya marga keluargaku Seok?!"

Ada satu pentunjuk mengenai Matthew.

"Kepala Tim Perencanaan,” ujar Haewon membaca apa yang tertulis selanjutnya. “Untuk sekarang namamu adalah Seok Matthew."

Haewon ingin tahu di perusahaan mana Matthew mendapat jabatan yang cukup tinggi itu.

“Logo dan nama perusahaannya luntur,” terjawab sudah keingintauan Haewon yang saat itu juga terhempas, ia tidak bisa menemukan identitas lelaki itu dengan mudah.

“Namaku Seok Matthew dan aku kepala tim perencanaan di sebuah perusahaan, aku yakin aku memiliki mobil di suatu tempat.” Senang Matthew segera meneruskan. “Tapi bagaimana bisa aku mati… pertama, ayo, kita mencari petunjuk melalui kertas yang tertempel di setiap penjuru kota.”

“Dasar gila,” sungut Haewon.

Ia terpaksa menuruti permintaan Matthew, dimulai dengan mencari poster orang hilang. Mereka menemukan banyak selembaran kertas bertuliskan mencari orang hilang, dengan poto dan ciri-ciri khusus. Ketika menemukan poster tertempel ditiang listrik, Haewon menyuruh Matthew untuk berdiri sejajar lalu memperhatikan apa ada kemiripan dari orang hilang yang barnama sama dengan hantu tersebut.

“Yang itu marganya Seok juga!” tunjuk Matthew pada poster yang tertempel di pagar rumah kosong.

“Jelas itu bukan kau, dia anak kecil berusia sembilan tahun!” ini hal konyol yang tak pernah dilakukan Haewon, menolong hantu untuk mencari identitasnya tak pernah terpikirkan sama sekali. “Aku lelah… biarkan aku istirahat dulu.”

Haewon duduk selonjor di atas rumput hijau, kini mereka sedang berada di sebuah taman yang ramai pengunjung. “Kira-kira kenapa kau meninggal dan menjadi hantu gentayangan,” gumam Haewon melihat lurus ke kerumunan anak muda yang sedang asyik bermain.

“Aku tidak gentayangan,” sanggah Matthew setengah tubuhnya muncul dari dalam tanah, rupanya wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran tiba-tibanya setelah tempo hari sering dibuat berteriak saking kagetnya.

“Sudah aku bilang, aku tidak akan terkejut,” tukas Haewon penuh kemenangan, ia berhasil menangani ketakutannya dengan berpikir tidak ada hantu di sekitarnya.

“Jadi kau menganggapku tidak ada.” Matthew kecewa.

"Aku dapat melihatmu, tentu saja kau ada."

Mendengar perkataan Haewon, Matthew mengulum senyum yang lalu menyuruh agar Haewon segera berdiri, “Ayo, kita akan ke kantor polisi sekarang,” titahnya dibalas helaan.

"Seharusnya kubiarkan saja dia kecewa, kenapa aku malah menghiburnya." Dengan malas Haewon mengikuti Matthew. "Hei, tunggu aku!"

Tanpa Haewon ketahui di belakangnya, ada Sung Hanbin yang urung menyapa karena mendapati gadis itu pergi dan entah dengan siapa berbicara.

***

THANKS FOR READING
Don't forget for vote and comment

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro