Prolog
Di sebuah malam, tampak seorang gadis yang sedang berlari dengan cepat. Dari raut wajahnya, dia tampak begitu khawatir dan juga ketakutan. Dia berlari memasuki rumahnya dan menemukan kedua orang tuanya dalam kondisi mengenaskan. "Ayah, Ibu." butiran kristal mengalir di pipi gadis yang berusia 13 tahun tersebut.
"Wah wah, lihat siapa yang kembali?" Gadis itu menoleh ke arah sumber suara tersebut. Dia melihat seorang pria yang berusia 30-an sedang memegang pisau yang berlumuran darah segar. "Kau lagi? Kenapa kau selalu mengganggu keluargaku!? Kenapa kau membunuh orang tuaku!?" tanya gadis itu dengan penuh kemarahan.
"Wow wow, sabar nona. Aku hanya ingin mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku." ujar pria itu. "Jika yang kau maksud adalah benda itu, maka kau sudah terlambat. Aku sudah menyembunyikannya di tempat dimana kau tidak akan menemukannya." ujar gadis itu. "Oh, benarkah? Kalau begitu kau akan memberitahukan tempat itu padaku."
"Jangan harap! Aku tidak akan memberitahukannya padamu!" kata gadis itu. "Oh, benarkah? Kalau begitu aku akan membuatmu bicara. Bruno, pegangi dia!" tiba-tiba seorang pria muncul dan memegangi kedua tangan gadis tersebut. "Hei, apa-apaan ini? Jika kau berpikir dengan menyiksaku, aku akan memberitahukan tempatnya, maka kau salah."
"Menyiksamu? Untuk apa aku menyiksamu jika aku akan menyiksa dia untuk membuatmu bicara. Roky, bawa dia kemari!" "Siapa yang kau maksud, hah!?" "Lihatlah di sebelah sana." seorang pria lainnya muncul sambil membawa seorang lelaki yang terikat tubuhnya. Gadis itu terkejut begitu melihat siapa lelaki yang dibawa oleh pria tersebut.
Lidah gadis itu kelu, dia tidak bisa berkata apapun. "Jadi, bagaimana? Berubah pikiran? Jika kau memberitahukanku dimana lokasi benda itu, aku akan membiarkan kau dan kakakmu tetap hidup. Tapi, jika kau menolak, akan kupastikan kau dan kakakmu akan bernasib sama dengan kedua orang tuamu itu." "Y/N, jangan beritahu padanya." ujar lelaki itu pada gadis yang ternyata bernama Y/N itu.
Gadis itu menoleh ke arah kakak lelakinya itu. "Kak Aiman..." "Y/N, jangan khawatirkan kakak. Jangan beritahu dia lokasi benda itu. Jika benda itu jatuh ke tangan yang salah, maka dunia ini dalam bahaya. Hanya kau satu-satunya harapan dunia ini." ucap Aiman "Jangan banyak bicara kau." pria yang membawa Aiman itu, menusukkan pisau yang ada ditangannya ke bagian perut Aiman.
"ARGHH!" darah mengalir dari luka tersebut. "KAKAK!" "Masih tidak ingin memberitahukan dimana lokasi benda itu?" "Y/N, jangan.... Beritahu.... Dia.... Lokasi.... Nya." ujar Aiman. Y/N hanya bisa menangis melihat kakaknya dilukai. "Tidak mau, ya? Roky, lakukan sampai gadis ini bicara!" "Baik Boss!"
Pria yang bernama Roky tersebut terus menerus menggores dan menikam tubuh Aiman menggunakan pisaunya. "ARGH!!! ERH!!! AAHH!!!" "KAKAK!!! Hentikan! Tolong hentikan!" pinta Y/N sambil menangis. "Baiklah. Roky, lepaskan dia!" "Baik boss." Roky melepaskan ikatan pada tubuh Aiman. Aiman yang hampir tak sadarkan diri itu terjatuh ke lantai. "KAKAK!!" jerit Y/N. Y/N menangis terisak-isak melihat kakaknya dalam keadaan yang penuh luka tersebut.
"Jadi, bagaimana sekarang, Y/N? Masih tidak ingin memberitahukan dimana lokasinya?" tanya pria itu. "Kakak...." "Y/N, jangan...... Beritahu...... Mereka....." "Begitu mengharukannya. Bruno, lepaskan gadis itu. Mari kita lihat apa yang akan mereka lakukan." pria yang bernama Bruno itu melepaskan pegangannya. Y/N langsung berlari mendekati kakaknya yang terluka itu. Y/N meletakkan kepala kakaknya di pangkuannya.
"Kak Aiman.... Hiks... Hiks...." "shhh... Jangan katakan apapun, Y/N. Apapun yang terjadi, kau harus menjaga benda itu. Jangan sampai dia jatuh ke tangan yang salah." ucap Aiman sambil memegang wajah adik perempuannya tersebut. Y/N memegang tangan kakaknya sambil menangis. "Kak Aiman, Y/N sayang Kakak." "Kakak juga sayang padamu, Y/N. Jagalah..... Benda.... Itu..... Dengan..... Baik... Y/N" Aiman menghembuskan nafas terakhirnya tepat didepan adiknya itu.
"Kakak? Kakak, bangun kak! Bangun kak, bangun. KAKAK!!!!" Y/N menangis sekencang-kencangnya "ck ck ck, lihatlah ini. Aku begitu terharu. Tapi, karena kau tidak akan mengatakan dimana lokasi benda itu, kurasa aku tidak punya pilihan yang lain. Bruno, Roky, kalian tunggu di mobil. Aku akan menyusul kalian." "Baik boss." Y/N masih menangis dengan mayat Aiman berada di pangkuannya. Pria itu mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya.
Dia menyodongkan pistol tersebut ke arah Y/N. "Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini, gadis kecil." DOOR!! Terdengar bunyi pistol yang ditembakkan. Benar, pria itu menembak Y/N tepat di bagian jantungnya. Membuat gadis yang malang itu meninggal dunia. Keesokan harinya, berita kematian keluarga Y/N menyebar kemana-mana. Rumah tempat terjadinya pembunuhan itu dikosongkan. Polisi masih menyelidiki kasus pembunuhan itu.
Namun, dikarenakan tidak ditemukan petunjuk apapun tentang sang pelaku, maka kasus itu ditutup setelah dilakukan penyelidikan selama 4 bulan. Rumah itu menjadi kosong dan ditinggalkan. Tidak ada yang mau tinggal disana. Ada kabar yang beredar kalau ada hantu yang berkeliaran dan tinggal di rumah tua itu. Setiap malam, penduduk di sekitar rumah itu selalu mendengar suara aneh dan juga bunyi tangisan seorang gadis.
Karena ketakutan dengan sosok hantu tersebut, para penduduk pindah ke tempat yang jauh dari rumah itu. Tak lama, tempat itu menjadi sangat sepi. Rumah itu menjadi tak terurus. 5 tahun setelah kejadian itu, cerita tentang sosok hantu seorang gadis itu masih terdengar. Jika kau berjalan melewati rumah itu di malam hari, maka berhati-hatilah. Jika kau mencium bau bunga lavender, maka segera larilah. Karena itu artinya hantu gadis itu, ada didekatmu.
Hy, i'm back!! Ini cerita baru Author nih. Ini pertama kalinya aku bikin cerita "XReaders" Jadi, ini baru prolognya saja. Kalau kurang menarik atau seram, tolong berikan komentarnya, ya. Oh iya, jangan lupa untuk Voment cerita author yang disebelah, ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro