Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SEMBILAN BELAS

•Odiodidi•

©Elsy Jessy

                Bangun tidur Odi mengambil ponselnya. Dia sebenarnya jarang menggunakan akun sosial medianya. Entah mengapa pagi ini Odi ingin memeriksanya. Odi iseng membaca kolom komentar di foto awal membuat konten mukbang pada instagramnya.

Rakus amat, Neng.

Ni cewek cacingan kayaknya. Hahaha.

Anj** sampah.

Unfaedah banget.

Idih apaan nih, nggak banget.

Bang*** kayak gini doang banyak viewers.

Modal tampang doang ini mah. Hahaha.

Editan tuh. Hahaha.

Nyinyiran dan kata-kata kasar warganet membanjiri kolom komentar. Odi membacanya satu per satu. Sebenarnya lebih banyak yang memuji dan takjub ketimbang hujatan yang dia terima. Tapi tetap saja sebagai manusia biasa, komentar-komentar miring itu membuat Odi sakit hati.

Kacau. Mood Odi seketika hancur. Air matanya sedari tadi tak kunjung berhenti. Odi mengurung diri di kamar. Menangis hingga matanya bengkak. Odi sedih sekaligus marah. Tapi dia tak bisa melakukan apa-apa. Terbesit keinginan untuk berhenti saja menjadi youtuber. Menjadi populer tak seindah yang dia bayangkan. Odi telah menukar ketenangan dengan ketenaran.

Sudah waktunya berangkat sekolah, namun Odi tak kunjung keluar kamar. Nenek mengetuk pintu kamarnya. Nenek pikir mungkin Odi bangun kesiangan. Tapi nenek malah mendengar tangisan dari dalam kamar.

Nenek panik. "Odi, kamu kenapa?" Nenek mengetuk beberapa kali dan berusaha membuka pintu.

Tak ada jawaban. Lagi-lagi hanya terdengar suara isakan.

"Cerita sama nenek, Di." Suara nenek di balik pintu.

Odi mengusap air matanya. Tanpa membuka pintu dia menjawab, "Nggak apa-apa, Nek. Odi lagi nggak enak badan. Hari ini Odi nggak berangkat sekolah dulu ya, Nek."

Odi tak pandai berbohong, nenek tahu itu. "Ya sudah. Nenek ambilkan sarapan ya, Sayang?"

"Nanti saja, Nek. Odi belum lapar."

Tak biasanya Odi menolak untuk makan. Nenek pikir Odi sepertinya memang ingin sendiri. Kemudian Gery datang menjemput untuk berangkat sekolah bersama.

Setelah cium tangan, Gery bertanya, "Nek, Odi udah siap belum?"

Ekspresi nenek berubah khawatir. "Hari ini Odi nggak berangkat sekolah, Ger. Katanya sakit, tapi dari tadi nggak mau keluar kamar. Nenek udah tanyain, tapi dia bilang nggak ada apa-apa. Coba bujuk dia. Siapa tahu kalau sama kamu, Odi mau cerita."

Gery bergegas menuju kamar Odi. Dia mengetuk pintu sambil berteriak, "Di, lo nggak berangkat sekolah?"

Mendengar suara Gery, Odi langsung beranjak dari tempatnya dan membukakan pintu.

"Bang Geeeer." Odi membaur ke pelukan Gery sambil sesenggukan.

"Lo kenapa? Cerita sama gue." Gery membelai rambut Odi penuh sayang.

Odi melepas pelukannya dan mengambil gawainya. Kemudian menunjukan komentar-komentar negatif yang diterimanya. "Ini, Bang."

Gery ikut geram setelah membaca komentar-komentar haters itu. Ini bukan lagi kritikan tapi penghinaan dan jelas tak bisa dibiarkan.

"Ini udah online bullying namanya." Gery bersuara. "Beraninya ngehujat pake akun bodong," tambahnya.

Tangis Odi semakin menjadi. "Te-terus gi-gima-na, Bang?"

"Lo tenangin diri dulu. Yang terpenting lo tetep kudu makan. Ngvak usah dengerin kata orang. Lo matiin kolom komentar. Dan jangan buka sosmed dulu buat sementara. Oke?"

Odi menganggukan kepala. "Iya, Bang." Kemudian menghapus air mata dengan punggung tangannya. "Gue mau berhenti ngeyoutube aja. Gue mau kembali ke kehidupan gue yang dulu. Gue nyesel, Bang," ujar Odi.

"Udah nggak usah dipikirin. Lo istiharat aja. Nggak usah mikir yang macem-macem." Gery melihat jam tangannya. "Kurang lima belas menit lagi nih, gue berangkat dulu ya, Di."

"Iya, Bang." Tiba-tiba Odi tertawa.

Gery heran. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu?"

Odi menunjuk seragam Gery. "Ituh."

"Lo seneng ya, liat seragam gue basah kena air mata lo?" sindir Gery.

"Sorry ya, Bang. Makasi juga."

"Yaelah kayak sama siapa aja lo. Gue berangkat, ya." Gery buru-buru pergi.

Tak lama setelah Gery berangkat sekolah, Odi keluar kamar menuju meja makan. Terlihat nenek masih cemas dengan keadaan Odi dan memeluk gadis itu.

"Kamu kenapa, Di? Ada yang jahatin kamu lagi?" tanya nenek.

Odi menggeleng. "Nggak apa-apa, Nek. Odi cuma sedih aja."

"Sedih kenapa? Coba cerita sama nenek."

"Odi nyesel, Nek. Harusnya dulu Odi bersyukur aja dan dengerin kata-kata nenek. Biarin Kak Bella mau ngomong apa. Harusnya Odi nggak kepancing."

Nenek tersenyum. "Tapi pencapaianmu sampai sekarang sudah bagus, lho. Sekarang kamu sudah mulai membuka diri. Berinteraksi dengan orang lain. Jadi punya banyak juga teman, kan?"

"Iya sih, Nek. Tapi gara-gara kepopuleran ini, orang-orang jadi seenaknya nilai Odi yang bukan-bukan. Padahal mereka nggak kenal Odi secara personal."

"Ya udah. Nggak usah didengerin. Yang penting kamu nggak seperti yang mereka tuduhkan. Kalau kamu benar. Nggak usah takut atau sedih. Udah, dari pada sedih terus, mendingan sarapan aja, yuk. Nih, nenek udah beliin nasi uduk."

"Beli nasi uduk di mana, Nek?"

"Itu tadi lewat depan rumah. Nenek beliin dua porsi buat kamu."

Odi tersenyum. "Makasih, Nek."

"Ni buruan dimakan."

"Iya, Nek. Lho, nenek nggak makan?"

"Tadi nenek udah makan, kok."

Setelah makan, Odi menuju kamar. Dia ingin mengaktifkan ponsel, tetapi Odi ingat kata-kata Gery. Akhirnya dia mengurungkan niatnya.

Sepanjang hari dia habiskan untuk tidur-tiduran di kasur, ngemil sambil membaca majalah dan mendengarkan musik Kpop idolanya.

Tiba-tiba terdengar suara di balik pintu. "Di, ini gue, Rani. Buka pintunya, dong."

Bergegas Odi membukakan pintu. Dia melirik jam di dinding, belum waktunya pulang sekolah. "Lo kok ada di sini?"

"Gue cabut." Rani meringis. "Lagian, ponsel lo nggak aktif. Gue kan jadi khawatir."

Odi memeluk Rani. "Uh, makasi ya sahabatku. Gue nggak apa-apa, kok." Lalu mengajaknya masuk.

Rani duduk di pinggir ranjang. "Nggak mungkin. Kalo nggak ada apa-apa, lo nggak mungkin sampe non aktifin ponsel. Kenapa? Ayo coba cerita sama gue. Nggak usah pake rahasia-rahasiaan."

"Gue dibuli."

"Hah? Siapa? Siapa yang berani ngebuli temen gue? Kurang ajar banget tuh orang."

"Gue juga nggak tau dan nggak kenal, Ran."

"Kok bisa? Tuh orang ngebuli lo padahal nggak kenal sama lo."

"Gue dibuli netizen di akun media sosial gue."

"What? Udah laporin aja, Di. Sekarang tuh udah ada undang undang ITE. Bisa kena tuh orang."

"Nggak usah, lah. Lagian mereka pake akun bodong."

"Ih, jangan salah. Sekarang mau pake akun bodong atau akun asli bisa ketauan dan keciduk, lho. Bisa kena pidana, tuh. Jarimu harimaumu."

"Gue nggak mau masalahnya jadi tambah panjang. Udah, cukup gini aja. Gue mau nenangin diri, sehari tanpa sosial media dan interaksi sosial."

"Oke. Gue dukung. Apapun itu. Oh iya, ini gue bawain cemilan keripik kentang buat lo. Gue tau lo lagi suntuk pasti bawaannya laper."

Odi tersenyum. "Makasih ya, Ran. Lo emang sahabat gue."

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro