Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LIMA

•Odiodidi•
©Elsy Jessy

                Setelah meninggalkan ruang ekskul dance, Odi tak sengaja berpapasan dengan Rio di koridor. Odi mencoba tersenyum. Tak disangka Rio membalas, memperlihatkan lesung pipitnya. Manis sekali. Mood Odi seketika membaik. Senyuman Rio cukup menghiburnya.

Bertemu Rio membuat Odi senyum-senyum sendiri. Sambil berjalan, dari kejauhan Odi melihat Gery. Sepertinya Gery sedang menunggu seseorang. Odi berlari menghampiri, Gery terlihat sedikit kaget.

"Lo nyariin gue, Bang?" tanya Odi.

"Eng.. Eh, i-iya," jawab Gery gelagapan. Tapi sepertinya Odi tak menyadarinya. "Lo kemana aja, Di?" Gery mencoba tetap tenang.

"Gue abis dari ruang ekskul dance, Bang."

"Oh, ngapain? Sejak kapan lo join ekskul dance?"

"Tadinya sih mau ikutan, tapi ngga lolos." Odi cengengesan. "Lo tahu kan, kalo gue enggak bisa nge-dance," tambahnya lagi. "Yuk pulang, Bang," ajak Odi sambil menarik lengan Gery.

Gery mengikuti Odi ke area parkir, tapi pandangannya mengedar kemana-mana. Seperti sedang mencari seseorang.

"Lo kenapa, Bang? Ada yang ketinggalan?"

Merasa takut ketahuan, Gery berujar sekenanya. "Eng-nggak, ini gue mau nunjukin ini sama lo. Siapa tahu aja lo minat." Gery memperlihatkan brosur di tangannya.

"Apaan itu, Bang?"

"Ini brosur seleksi Olimpiade Sains Nasional tadi gue dapet dari Pak Bandi." Gery meringis sambil menyerahkan brosur yang sebenarnya tadi hendak dibuang, karena dia sama sekali tak berminat.

Setelah membaca brosur itu, tiba-tiba Odi mendapat ide. Jika berpatisipasi dalam Olimpiade Sains Nasional, pasti dia langsung terkenal di sekolah. Karena Odi yakin, Bella tidak akan ikut seleksi ini. Odi pasti akan dinilai teman-temannya lebih pintar dari pada Bella. Apalagi kalau Odi berhasil menang, namanya akan terpampang di laman berita. Bukan hanya dirinya yang bangga, pasti nenek dan teman-temannya juga ikut bangga. Memikirkannya saja Odi sudah senang. Dia memutuskan untuk ikut seleksi minggu depan.

Melihat Odi tersenyum sambil memegang brosur itu, Gery tahu kebiasaan melamun Odi. Dengan iseng Gery memudarkan lamunan Odi dengan mencubit hidungnya.

Odi mengaduh. "Aw.. Sakit, Bang."

"Hahaha, lagian lo senyum-senyum sendiri. Lo lagi ngelamun jorok, ya," ejek Gery sambil tertawa.

"Ih, apaan, sih. Enak aja. Emangnya lo, Bang." Odi menunjuk brosur yang ada di tangannya itu. " Gue minat ikutan seleksi ini, nih." Odi berkata dengan mata berbinar.

Odi terus berbicara entah apa, Gery tak fokus memperhatikan. Mata Gery menangkap Bella. Gadis itu tadinya hendak berjalan ke arah area parkir, tapi malah membalikan badan dan menjauh setelah melihat Gery dengan Odi.

***

"Eh, mau ke mana?" tanya Rani ketika Odi buru-buru keluar kelas setelah bel istirahat berbunyi.

"Gue mau ke Pak Bandi," jawab Odi singkat.

"Mau ngapain? Pak Bandi kan bukan guru yang ngajar kelas kita."

Odi mengambil brosur OSN kemudian memperlihatkan pada Rani. "Gue mau daftar ini."

Setelah membaca, Rani menunjukkan ekspresi tak percaya. "Hah? Serius?"

"Iya. Kenapa? Lo ragu sama kemampuan gue?" serang Odi.

Rani mencoba menjelaskan maksudnya. "Bukan gitu, Di. Tapi tumben aja, lo mau ikutan lomba beginian."

Tiba-tiba Rani mengingat sesuatu. Dia menggeleng beberapa kali. Lalu menatap Odi. "Jangan-jangan lo mau ikutan cuma pengen cari popularitas?"

Odi meringis. "Emang kenapa? Nggak ada salahnya juga, kan? Lagian ini kegiatan positif," kilah Odi.

"Iya, sih. Emang kemaren ekskul cheers gimana?"

Odi mengerucutkan bibirnya. "Nggak lolos, Ran. Gue nggak bisa nge-dance. Gue pikir asal masuk aja, ternyata pake seleksi segala."

"Iya namanya juga ekskul besar dan banyak prestasinya, pasti peminatnya juga banyak."

"Bener juga, sih. Emang lo tahu Pak Bandi yang mana?"

Seketika Odi menggeleng disertai cengarian yang terbit di bibirnya. "Enggak."

Rani menggandeng tangan Odi. "Yuk, sekarang gue anterin ketemu Pak Bandi."

Mereka menuju ruang guru di dekat deretan kelas sebelas. Sambil berjalan, Odi melirik kanan dan kiri.

"Lo kenapa, Di? Nyari siapa?" Rani ingin tahu.

"Ini kan deretan kelas sebelas, siapa tahu bisa ketemu Kak Rio."

"Kirain apaan. Kalo lo pengen ketemu Kak Rio, samperin aja di ruang OSIS. Dia nggak keliaran di sini kalo jam istirahat."

"Hm. Apa gue ikut OSIS aja, ya."

"OSIS lagi nggak buka rekrutment. Udah deh, lo fokus daftar OSN aja."

Mereka berhenti di depan ruang guru. "Tuh, mejanya Pak Bandi dan itu Pak Bandinya." Rani menunjuk kubikel pojok dekat jendela kemudian menuding guru gemuk dan botak yang tak jauh dari sana.

"Oke. Gue masuk dulu. Lo tungguin gue, ya."

"Siap."

Beberapa saat kemudian.

"Gimana?" tanya Rani setelah Odi keluar dari ruang guru.

"Gue udah daftar. Ini gue dikasih silabus materi yang harus dipelajari buat lomba. Dua minggu lagi seleksi sekolah. Kalo lolos, gue bakal dikirim buat mewakili sekolah," jelas Odi.

"Semangat, Di. Gue yakin lo pasti bisa."

"Iya, Ran. Makasih." Odi memeluk sahabatnya itu.

***

"Bang, gue pinjem buku Geografi kelas dua belas sama kelas sebelas lo, dong," ujar Odi ketika baru tiba di gerbang rumah.

"Buat apaan? Lagian lo kan masih kelas sepuluh."

Odi melepas helm lalu menyerahkannya pada Gery. "Buat belajar. Gue kan ikut seleksi OSN Geografi, Bang."

Raut wajah keterkejutan Gery persis yang ditujukkan Rani pada Odi tempo hari ketika mengetahui ambisi gadis itu. "Yang bener, Di? Gue kira cuma becanda doang."

Odi sedikit menyombongkan diri. "Bener, dong. Gue udah daftar ke Pak Bandi tadi siang."

"Di, mendingan lo nggak usah ikut lomba gituan, deh," saran Gery.

Tak terima, Odi tetap bersikeras. "Ih, kenapa sih, Bang? Ini kan lomba bagus. Gue juga nggak bego-bego amat."

Gery mengembuskan nafas kasar. "Iya gue tau. Tapi ni bukan lo banget. Pasti ada alesan lain, kan?"

"Gue pengen populer, Bang. Biar bisa ngalahin Kak Bella. Gue mau buktiin ke dia, kalo gue bisa populer tanpa pansos."

Gery tertawa renyah. "Yaelah, Di. Gue kira kenapa. Udah, deh. Lo nggak usah mikirin kata-katanya si Bella. Dia tuh cuma asal ngomong aja. Lagian mau lo populer atau nggak, emang ngaruh ke dia? Nggak, kan."

"Nggak bisa, Bang. Ini menyangkut harga diri gue."

"Ya udah terserah lo aja. Pokoknya kalo lo ada apa-apa sama Bella lagi, bilang ke gue."

"Iya, Bang. Pasti gue bilang ke lo, kok."

Gery mengacak rambut Odi. "Ni jadi pinjem bukunya nggak?"

"Jadi, dong."

"Ya udah. Yuk, ikut."

"Gue tunggu sini aja deh, Bang."

"Oke. Tunggu bentar, ya. Gue ambilin dulu."

Gery menuju rumah, memasukan skuter ke garasi lalu segera ke masuk rumah. Beberapa menit kemudian Gery datang membawa dua buku cetak Geografi tebal lalu menyerahkannya pada Odi yang masih berdiri di depan pagar rumah.

"Nih. Yang kelas dua belas jangan lama-lama ya minjemnya. Soalnya gue juga masih perlu. Tapi kalo yang kelas sebelas buat lo aja nggak apa-apa."

"Iya, tenang aja. Ntar gue pelajari yang kelas dua belas dulu, deh. Biar cepet ngembaliinnya. Thanks ya, Bang."

"Sip. Kalo gitu lo masuk gih. Kasian nenek udah nungguin tuh kayaknya."

"Iya, Bang."

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro