Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

OTY 46. Pertemuan

Kata rindu yang diucapkan oleh Ode membuat jantung Yerisha berdetak lebih kencang.

Hei, apa Herjuno tak sadar kata rindu yang diucapkannya secara enteng bisa memporak-porandakan perasaan seseorang?

Kalau ia tak sadar, mungkin ia perlu belajar apa itu kata 'peka'.

"Aku rindu pada adikku."

Definisi usai dibuat melayang tinggi, lalu dihempaskan begitu saja ke tanah. Sakit.

Yerisha tahu sih soal gaya gravitasi bumi yang senantiasa menarik benda yang berada di atas permukaan ke arah pusat bumi, tapi untuk perasaan, apa perlu pemuda itu menggunakan gaya gravitasi juga? Kenapa tak dibuat melayang tinggi saja terus? Kenapa harus dijatuhkan?

Yerisha belajar untuk tak cepat mengambil kesimpulan soal setiap ucapan Ode, terlebih pemuda itu sudah membuat batasan yang jelas.

Adik-kakak.

Tentang perasaannya, Yerisha perlu kembali bertanya pada dirinya.

Apa arti Herjuno baginya?

Apa makna detak jantungnya yang begitu cepat saat berada di dekat cowok itu?

"De, tadi om Andra ke sini," ucap Yerisha mengalihkan pembicaraan agar kekecewaannya tertutupi.

"Eum. Iya. Aku tahu, Yer."

"Kenapa nggak menemui om Andra? Sepertinya ada hal penting yang mau beliau sampaikan."

"Aku butuh waktu, Yer," ucap pemuda itu lirih.

Yerisha mencoba memahami apa yang dirasakan Ode. Terlebih apa yang dialami pemuda itu terlalu berat dan seolah datang masalah secara bergantian.

"Aku paham, De." Yerisha memilih tak bertanya lebih lanjut guna membiarkan Ode lebih tenang, tak terlalu banyak pikiran. Perkara koas pastilah cukup membuat pemuda itu pusing.

"Oh iya, bagaimana koasmu? Lancar?"

"Lancar untungnya." Ode kembali tersenyum sembari duduk di sofa ruang tengah, Yerisha mengikuti pemuda itu, duduk di sampingnya sembari meraih remote di atas meja lalu menghidupkan televisi.

"Kalau naskah kamu bagaimana Yerisha?"

"Hmmm. Lumayan lancar. Terkadang mager nulis."

"Kalau magernya sesekali nggak masalah. Manusiawi. Kalau magernya keterusan itu yang nggak boleh," terang Ode membuat Yerisha mencebikkan bibir.

"Oh iya, Yer."

"Hmmm?"

"Kalau nanti aku ingin ketemu papa, kamu mau menemaniku?"

Yerisha memiringkan kepalanya. "Dengan senang hati, De."

Setidaknya, Yerisha ingin sedikit membantu Ode. Walau hanya menemani pemuda itu saja.

***

Yerisha memandang Ode yang sedari tadi menarik napas dalam-dalam sembari bersandar pada jok mobil.

Yerisha yang berada di kursi kemudi mengambil permen coklat yang berada di dashboard lalu menyerahkannya pada Ode. "Kata kamu coklat mengandung zat Feniletilamin kan. Di otak manusia, zat Feniletilamin melepaskan endorfin, dopamin, dan serotonin, hormon yang memproduksi efek antidepresi serta menimbulkan rasa bahagia. Karena itu saat memakan coklat perasaan kita menjadi lebih tenang. Ya walau hanya permen coklat sih, kuharap efeknya sama seperti coklat yang dulu kamu berikan ke aku."

Yerisha masih mengingat betul setiap kata demi kata yang diucapkan Ode saat memberikan coklat padanya, dulu.

"Terimakasih, Yerisha," ucap Ode menerima coklat permen itu dan langsung membukanya tanpa ragu. Seperti yang Yerisha katakan, ia pun berharap coklat itu bisa memberikan rasa tenang sebelum memasuki rumah di hadapannya itu.

Butuh waktu dan butuh keberanian baginya untuk memutuskan mengunjungi rumah berlantai dua itu.

"Aku masuk ya, Yer," pamit Ode setelah merasa dirinya siap masuk ke dalam sana dan menghadapi apapun yang ada di dalam sana.

Yerisha mengangguk, walau terlihat tenang di luar, Yerisha sama gelisah ya dengan Ode. Dalam hati, cewek itu berharap pertemuan Ode dengan penghuni rumah itu berjalan lancar.

Yerisha menebak, alasan om Ardan meminta bertemu di rumahnya adalah untuk mengatakan fakta tentang Ode pada keluarga barunya ataukah—

Malah sebaliknya? Om Ardan ingin memperlihatkan pada Ode kehidupan dengan keluarga barunya sangat bahagia sehingga seharusnya Ode tak muncul untuk merusak kebahagiaan mereka?

"Hhh aku harap yang pertama saja," gumam Yerisha merapalkan doa dalam hati agar pikiran pertamanya saja yang benar. Jujur dia takut Ode terluka lagi ya walau om Ardan sudah berjanji tak akan melukai Ode lagi sih. Tetap saja Yerisha merasa takut.

Di tengah kegundahan hatinya, ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk membuat Yerisha buru-buru memeriksanya. Pesan dari mamanya yang menanyakan apakah mereka sampai di rumah om Ardan. Papa dan mamanya, sebelas-dua belas dengannya, sama-sama merasa gugup dan khawatir dengan pertemuan Ode ke rumah keluarga om Ardan. Jelas keluarga Sagara sangat peduli pada Ode.

Jemari Yerisha bergerak lincah di atas ponselnya, mengetikkan kalimat balasan untuk mamanya agar meredakan sedikit kegundahan hati beliau.

De, semoga semua berjalan lancar ya. Aku mengharapkan yang terbaik untukmu.

Kaca jendela mobil di sampingnya yang diketuk dari luar membuat Yerisha mengalihkan perhatian dari ponselnya lalu menoleh ke jendela mobil.

Mata Yerisha membulat melihat si pengetuk kaca mobilnya tersenyum lebar ke arahnya sambil memberi isyarat untuk menurunkan kaca mobilnya.

"Yerisha, kamu sedang apa di sini?" tanya pemuda itu berpegangan pada jendela mobil Yerisha yang terbuka.

"Hai, itu—aku nganterin seseorang," gumam Yerisha kesulitan mengucapkan alasannya secara gamblang di tempat itu.

Pemuda itu memiringkan kepalanya. Sedikit tak puas dengan jawaban Yerisha. "Kamu ke sini cuma mau nganter orang? Siapa?"

"Itu—lebih baik kamu masuk saja," jawab Yerisha.

Jawaban Yerisha menyisakan tanda tanya besar untuk pemuda itu.

Yerisha sengaja tak menjawab karena rasanya yang tepat untuk menjelaskan semuanya adalah om Ardan.

"Kamu sendiri dari mana?"

"Aku dari rumah sakit. Papaku tadi menghubungiku, menyuruhku pulang segera. Aku bingung juga kenapa papaku mendesak ku untuk segera pulang."

Yerisha menyunggingkan senyuman. "Masuk saja. Nanti kamu akan tahu sendiri."

Pernyataan Yerisha membuat pemuda itu kian mengernyitkan dahi. Jelas Yerisha mengetahui sesuatu namun enggan mengatakan padanya.


"Yaudah Yer, aku masuk dulu," pamit pemuda itu walau masih banyak pertanyaan yang ia tanyakan pada Yerisha.

Yerisha menghela napas panjang.


Dia berharap semua akan baik-baik saja.

Ting!

Senja: Yerisha kamu tahu Januar Wijaya?

Yerisha: Januar Wijaya? Siapa yang nggak kenal dia sih kak.

Ya seluruh fakultas juga tahu siapa itu Januar Wijaya. Alumni fakultasnya yang merupakan penulis best seller, tak hanya di Indonesia, namun juga di luar sana nama Januar Wijaya sangat dikenal. Kabarnya saat ini Januar Wijaya tinggal di luar negeri, meneruskan studynya di sana.

Tapi kenapa Senja tiba-tiba membahas soal Januar Wijaya.

Senja: Yerisha, Januar Wijaya baca novelmu, dia tertarik dengan karyamu dan ingin mengenalmu untuk berdiskusi lebih banyak tentang tulisan.

Hah apa? Januar Wijaya tertarik dengan tulisannya?

Senja: boleh kuberikan nomormu pada Januar Wijaya??????

Senja: ini kesempatan emas loh, Yer.




Tentu saja dengan semangat Yerisha akan menjawab. YA.

-tbc-

Gimana? Makin penasaran nggak nih??? Hehehehe. Santai santai. Nanti akan terjawab semua kok

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro