Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4 : The Sweeptakes

"Perkenalkan, saya Qian Kun. Saya ditugaskan oleh wakil presdir OJS Group."

"OJS? Ah, Oh Sehun?" tanya Saehyun memastikan.

"Syukurlah jika Anda sudah mengetahuinya. Tuan Oh meminta saya menemui Anda untuk menyampaiakn pesan bahwa beliau ingin bertemu dengan Anda."

"Astaga, untuk apa juga dia repot-repot menyuruh orang hanya untuk bertemu denganku, sih?" Saehyun meringis, bergidik ngeri membayangkan senyuman licik Oh Sehun di benaknya. "Baiklah. Sampaikan padanya, jangan menyuruh orang lagi hanya untuk bertemu denganku. Dan juga langsung saja hubungi aku kalau ada perlu."

"Baik, akan saya sampaikan. Kalau begitu saya pamit undur diri, Nona Ji." Kun membungkuk, memberi hormat pada Saehyun.

"Astaga jangan seperti itu! Dan juga panggil saja Saehyun."

Kun hanya tersenyum canggung menanggapi permintaan Saehyun. Setelahnya Kun langsung pamit, meninggalkan Saehyun yang masih berdiri memperhatikan gerak-gerik Kun sampai pemuda keturunan Tiongkok itu menghilang dari pandangannya.

Sepeninggal Kun, Saehyun mendapat kabar bahwa Nayoung baru saja tiba di ruang kerjanya dari Mina. Saehyun berlarian kecil mengutari lobi rumah sakit menuju tempat Nayoung berada.

Kemarin Saehyun mendapat kabar kehamilan Nayoung dari Mina dan langsung ingin kembali ke rumah sakit kalau saja tidak ditahan oleh Jungkook mengingat sudah larut malam.

Pintu terbuka dengan sekali hentakan, menimbulkan suara deguman yang cukup memekakkan telinga siapa saja yang ada di dalamnya. Saehyun muncul dengan napas tersengal. Gadis itu langsung berhambur kepelukan Nayoung begitu melihat sosok senior yang sangat diseganinya itu.

"Astaga Ji Saehyun! Kamu harus berhati-hati! Awas saja kalau sampai bayinya terluka!" teriak Mina menceramahi Saehyun.

Saehyun tidak memperdulikan pekikan Mina yang menyuruhnya melepaskan pelukan. Samar-samar, Nayoung bisa mendengar isakan tangis dari orang yang memeluknya. Nayoung melepaskan pelukan Saehyun demi memastikan pendengarannya. Dan benar saja, Saehyun menangis dipelukan Nayoung.

"Kamu kenapa, hey?"

"Aku bahagia sekali mendengar kabar menakjubkan ini, makanya aku terharu sampai menitikkan air mata," ucapnya sembari menghapus jejak air mata dipipinya.

Nayoung tersenyum mendengar penuturan Saehyun, pun dengan Mina yang ikut terisak. Nayoung merangkul kedua junior kesayangannya itu, membawa keduanya ke dalam dekapan hangat. "Aku malah lebih bahagia karena ada kalian disisiku. Yang selalu menghiburku dikala sedih, menjagaku dan mengingatkanku kalau aku berbuat salah. Terimakasih Park Mina, Ji Saehyun."

***

Suasana kelas pagi ini cukup ramai. Banyaknya mahasiswa terutama laki-laki yang mengikuti kelas tidak luput dari alasan karena dosen pengampu yang katanya baik dan cantik. Hana, Taehyung dan Jungkook duduk bersejajar.

Sudah tidak asing lagi jika mereka terus bersama-sama, mengingat ketiganya sama-sama seorang chaebol. Jungkook putra kedua pemilik Jeon Group, Taehyung pewaris tunggal sebuah rumah sakit ternama di Seoul yang memiliki cabang hampir di setiap penjuru Korea Selatan, sedangkan Hana, orangtuanya merupakan koki kelas dunia sekaligus pemilik restoran kelas internasional.

Seorang dosen senior memasuki kelas, diikuti oleh seorang wanita cantik yang dirumorkan akan menggantikan dosen pengampu mata kuliah pagi ini. Semua mata tertuju pada paras wanita berpenampilan bak artis papan atas itu.

Dosen senior itu meletakkan kedua lengannya di atas meja. Matanya menelisik setiap mahasiswa yang berada di kelas. Tatpannya berhenti pada sosok Jungkook yang juga ikut menatapnya. Dosen tersebut menghela napas sesaat sebelum membuka pembicaraan.

"Baiklah. Karena untuk satu bulan ke depan dosen pengampu mata kuliah bisnis tidak bisa mengisi kelas, maka akan ada dosen pengganti yang akan mengajar dikelas ini," tutur dosen senior tersebut.

"Silakan perkenalkan diri Anda," ucap dosen tersebut mempersilahkan dosen pengganti untuk memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan, saya Park Chanmi yang akan menjadi dosen pengganti mata kuliah bisnis."

Semua mata tertuju pada Chanmi saat wanita cantik itu memperkenalkan diri. Namun tidak dengan ketiga orang ini, Jungkook malah lebih memilih untuk fokus pada kertas kerjanya, Hana yang entah melamunkan apa, dan Taehyung yang sedari tadi menatap Hana khawatir.

Tanpa Jungkook sadari, sejak pertama kali masuk ke dalam ruang kelas mata Chanmi tertuju padanya. Chanmi tersenyum penuh arti mengakhiri perkenalannya.

Kelas berlangsung selama kurang lebih dua jam. Selama itu pula Hana tidak sedikitpun memperhatikan dosen barunya. Taehyung menarik lengan Hana ketika gadis itu hendak keluar kelas. Hana menatap Taehyung risih.

"Ada apa denganmu hari ini?"

"Maksudmu apa?"

"Aku perhatikan sejak awal perkenalan dosen baru itu kamu terus melamunkan sesuatu. Ada apa?"

Mendengar pertanyaan Taehyung membuat mata Hana berkaca-kaca. Gadis bermarga Choi itu menunduk, menyembunyikan matanya yang berair dari Taehyung. Tiba-tiba saja Taehyung teringat pembicaraannya dengan Hana mengenai hubungan Saehyun dan Jungkook. 'Jadi karena itu' batin Taehyung menyadari penyebab perubahan sikap Hana.

***

Sebuah mobil sport merah memasuki area rumah sakit Myongwoon. Sehun keluar dari mobilnya dan langsung melesat memasuki lobi rumah sakit.

Kedatangannya membuat semua mata tertuju padanya. Semua itu tidak lepas dari wajahnya yang begitu tampan, kulit pucatnya, dan langkahnya yang terlihat bak model kelas dunia. Ditambah sebuah kaca mata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya.

Langkahnya terhenti saat manik matanya menangkap objek yang sedang dia cari. Sehun kembali melanjutkan langkah menghampiri seorang dokter berkuncir kuda yang tengah melihat daftar pasien tidak jauh dari jangkauannya.

Sehun menyampirkan lengannya pada bahu kecil Saehyun, yang membuat sang gadis menoleh dan menatap tajam padanya.

"Morning, baby!" sapanya sembari menurunkan kacamata hitamnya sesaat.

"Jauhkan tangan kotormu itu dari pundakku, Oh Sehun!" Saehyun memicingkan matanya pada Sehun.

"Ow---baiklah. Santai saja."

Berbeda dengan Saehyun yang merasa kesal melihat Sehun, suster dan dokter yang berada di sekitarnya malah terpana oleh penampilan Sehun. Pemuda Oh itu membuka sedikit kaca mata hitamnya, memamerkan kerlingan matanya pada dua orang dokter pemula yang mendampingi Saehyun tadi.

Menyadari ada yang tidak beres, Saehyun segera melesat menyeret Sehun menjauh dari juniornya yang menurut dia masih terbilang polos.

Di sinilah mereka berada, di sebuah kedai pinggir jalan yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Sehun mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kedai. Sesekali Sehun meringis saat matanya menelisik keadaan di dalam kedai. Melihat tingkah pria di hadapannya membuat Saehyun terkikik geli. "Biar ku tebak!" Sehun terperanjat mendengar suara Saehyun, "Kamu baru kali ini makan di kedai pinggir jalan, kan?" tebak Saehyun.

Sehun berdeham, "Begitulah...." Dan dugaan gadis itu ternyata benar, tepat sasaran.

"Jangan khawatir, bibi penjual di sini menggunakan bahan yang baik dan tidak beracun, lalu cara pembuatan dan penyajiannya pun tidak buruk."

Sehun mengarahkan matanya pada sosok wanita berumur awal empat puluhan yang tengah memasak sajian yang dipesan Saehyun tadi. Sehun begidik ngeri melihat bagaimana tangan polos bibi tersebut mencampur bahan-bahan untuk membuat japchae yang tadi dipesan Saehyun.

Sehun menelan ludahnya dengan susah payah saat sajian kegemaran gadis dihadapannya ini tersaji di depan mereka. "Terima kasih, Bi."

Terlebih saat dia melihat dengan santainya Saehyun menyumpit makanan itu dan melahapnya. Mata Sehun semakin melebar kala dia lihat Saehyun begitu menikmati sajian rumahan tersebut.

"Kamu tidak makan? Atau mau pesan yang lain?" Saehyun bertanya dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Ah, a-aku su-sudah kenyang." Dengan susah payah Sehun menjawab pertanyaan Saehyun, masih syok berat dengan apa yang dilihatnya barusan.

Wajar saja sikap Sehun seperti itu. Bisa dibilang setiap hari, sejak dia lahir, belum pernah sekalipun Sehun makan di tempat seperti ini. Biasanya kalau tidak makan di rumah, dia pasti akan mendatangi restoran hotel bintang lima yang ada di sekitaran Seoul sekedar untuk makan. Sedangkan Saehyun, meski gadis itu keturunan chaebol, namun karena sudah terbiasa hidup mandiri makanya dia tidak segan makan di mana saja.

"Terima kasih, silahkan datang kembali!" seru bibi tersebut ketika Saehyun dan Sehun berpamitan.

'Jangan harap!' Batin Sehun.

"Hei! Kamu itu kan seorang dokter, kenapa kamu tidak bisa menjaga pola makanmu?!" cerca Sehun begitu keduanya jauh dari kedai.

"Apa maksudmu?"

"Kamu tidak lihat, bibi itu menggunakan tangan polos tanpa sarung tangan plastik untuk mencapur Japchae tadi?! Jorok sekali hidupmu!"

Saehyun menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Sehun yang memasang ekspresi wajah terkejut, "Untuk apa kamu ingin bertemu denganku?"

Tanpa menghiraukan ocehan Sehun perihal pola hidupnya, Saehyun langsung bertanya tujuan utama mereka bertemu saat ini.

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu."

"Iya, aku tahu itu!" Saehyun mendengus sebal, "Apa?"

Sehun berdeham, "Ku dengar kamu dijodohkan dengan Jeon Wonwoo."

Saehyun mengangguk menjawab pertanyaan yang menurutnya siapapun yang membaca berita di media cetak atau media massa lain, termasuk di televisi, pasti tahu.

"Kamu---" Sehun memicingkan matanya, "--menyetujuinya?"

"Maksudmu?"

"Maksudku kamu menerima perjodohan itu?"

Saehyun menghela napas berat, "Mau bagaimana lagi. Kalau itu sudah keputusan Ayahku sulit bagiku untuk menolak. Karena aku sudah menggunakan kesempatanku menolak rencana Ayah dulu." Saehyun tersenyum miris di akhir kalimatnya.

"Kamu tidak berencana untuk menghindari perjodohan ini?"

"Bagaimana bisa? Yang ada hanya akan membuat perselisihan antara Jeon Grup dengan perusahaan Ayahku. Aku tidak mau hal itu terjadi lagi pada Ayahku."

'Benar juga! Dulu perusahaan Ayah Saehyun sempat ada masalah dengan Anyang Corp. karena gagal menjodohkan putranya,' batin Sehun menyadari sesuatu.

"Lalu, kalau ada orang yang peduli padamu dan ingin membatalkan perjodohan ini bagaimana?"

Saehyun terlihat berpikir, matanya menulusuri sekitar jalan setapak yang tidak jauh pandangannya. Sebelum akhirnya hazel itu kembali menatap manik hitam nan kelam milik Sehun. "Jadi ini hal penting yang mau kamu bicarakan padaku?" Saehyun mendengus sebal, "Sudah ya, aku harus kembali ke rumah sakit, kalau tidak entah itu Sunkyo atau Manajer Park pasti akan membunuhku."

"Jeon Wonwoo bukanlah orang baik!" teriakan Sehun berhasil membuat langkah Saehyun terhenti.

Saehyun menghela napas dengan kasar. Tanpa menoleh gadis itu menjawab, "Itu bukan urusanmu."

Saehyun mengambil langkah seribu meninggalkan Sehun yang masih berdiri tegap di tampatnya berpijak. Dibalik punggung Saehyun, terlihat jelas Sehun tersenyum licik dengan mata yang menyalang pada punggung Saehyun yang semakin menjauh.

***

Begitu melihat sosok Saehyun yang berjalan menelusuri lobi, dengan cepat Mina menghadang langkah gadis itu.

"Ji Saehyun! Gawat!" Mina setengah berteriak memekik pada Saehyun yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

Kening gadis itu berkerut, "Ada apa? Apa yang terjadi pada Nayoung Eonnie?"

"Bukan Nayoung Sunbae, tapi calon suamimu!"

"Calon su- APA?!"

Saehyun berlari menelusuri setiap lorong rumah sakit menuju ruangan Manajer Park setelah mendapat kabar dari Mina bahwa Wonwoo datang kemari dan menemui Manajer Park. Yang membuat Mina khawatir adalah kabar yang menyebutkan Wonwoo datang dengan tampang tidak mengenakkan.

DDUAK

Saehyun membuka pintu ruangan Manajer Park dengan sekali hentakan. Deguman keras terdengar, menggema di seluruh penjuru ruang Manajer Park. Dilihatnya Wonwoo dengan santainya duduk berhadapan dengan Manajer Park di sofa tidak jauh dari meja kerja Manajer Park. Kedua tangannya dia lipat di depan dada.

Saehyun membungkuk, meminta maaf atas kegaduhan yang dibuatnya saat menyadari wajah terkejut Manajer Park. "Maaf Manajer, saya sungguh minta maaf. Ini sungguh mendesak." Saehyun mengangkat kepalanya dan menghampiri kedua pria tampan itu.

"Tidak usah menatapku dengan mengerikan seperti itu!" Wonwoo balik menatap Saehyun yang berdiri di sampingnya, "Ji Saehyun." lanjutnya kemudian.

"Tenanglah dokter Ji, tidak ada yang perlu Anda cemaskan. Tuan Muda Jeon hanya ingin menjengukmu di tempat kerja." Pembelaan itu datang dari bibir manis Manajer Park.

"Terima kasih atas jamuan Anda." Wonwoo menurunkan kakinya yang tadi dia silangkan, "Berhubung dia sudah datang, saya pamit undur diri, Manajer Park." Wonwoo berdiri menghampiri Saehyun yang masih tidak mau menatapnya.

Pemuda Jeon itu melirik Saehyun yang tingginya hanya sebatas telinga saja. "Ikut aku!" katanya dan langsung menghilang di balik pintu.

Di sinilah keduanya berada sekarang. Di taman belakang gedung rumah sakit yang cukup ramai. Wonwoo menghentikan langkah kaki panjangnya tepat di depan sebuah air mancur buatan dengan logo rumah sakit Myungwoon yang bertengger di tengah pancuran air. Saehyun yang mengekorinya juga mendadak ikut berhenti.

Wonwoo terdengar menghela napas. "Jangan pernah menemui Oh Sehun lagi!" singkatnya.

Kening Saehyun mengkerut, "Kenapa?"

"Aku sudah bilang padamu berkali-kali, jangan dekat-dekat dengan Oh Sehun! Siapapun, asal jangan Oh Sehun!" Wonwoo terdengar geram, napasnya sampai bergemuruh.

"Kamu boleh dekat dengan siapa saja. Bahkan dengan Jungkook sekalipun. Asalkan tidak dengan Oh Sehun." Wonwoo mulai terdengar tenang. "Dia itu ancaman terbesar bagi kerja sama antara perusahaan ayahku dan ayahmu."

Saehyun mendengus, "Aku tidak mengerti sama sekali maksudmu. Kamu dan Oh Sehun sama saja."

Wonwoo menatap nyalang, "Apa maksudmu?!"

"Bukan apa-apa. Tapi kalau itu demi kepentingan kerja sama orang tua kita," Saehyun menjeda kalimatnya sebentar dan balik menatap pemuda tinggi di hadapannya, "--apa boleh buat," lanjutnya kemudian.

Saehyun mengedarkan mata menelusuri sekitaran taman. Senyumnya merekah saat hazelnya menangkap sosok yang sangat dia kenal sedang bersenda gurau dengan salah seorang pasien tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Eoh? Eonnie!" Saehyun melambai-lambaikan tangannya ke arah seorang dokter cantik yang tersenyum hangat membalas sapaan Saehyun.

Wonwoo ikut menoleh, mencari tahu apa yang membuat gadis di hadapannya tampak sesumringah ini. Mata sipit Wonwoo ikut membulat, tangannya terkepal kuat, giginya menggeretak kala maniknya menangkap sosok yang selama ini dengan setia hinggap di hatinya. Gadis yang dia beri julukan sebagai cinta pertamanya. Seorang dewi yang tega mengubah malaikat menjadi seorang iblis biadap bernama Jeon Wonwoo, yang tega menghianati Ayahnya sendiri hanya demi mencapai apa yang dia tuju. Dialah sang dewi itu, Lee Nayoung.

Berbanding terbalik dengan Wonwoo, Nayoung yang rupanya tidak menyadari kehadiran lelaki jangkung di samping Saehyun masih terus menampilkan senyuman manisnya saat menghampiri Saehyun. Begitu berhasil menyambangi junior kesayangannya itu, mata bulatnya semakin membola saat netranya menangkap wajah terkesima Wonwoo yang tengah menatapnya.

Menyadari perubahan air muka Nayoung, dengan cepat Saehyun menoleh, ikut melihat objek apa yang menarik perhatian seniornya itu. "Ah---eonnie, kenalkan dia---"

"Aku tahu," potong Nayoung cepat.

Saehyun terkejut mendengar penuturan Nayoung. Seingatnya meskipun Nayoung juga menyaksikan kabar perjodohannya di televisi tempo hari, tapi Saehyun tidak pernah menyebut nama ataupun memperlihatkan wajah calon suaminya pada Nayoung maupun Mina.

"Kau tahu dia siapa?"

"Jeon Wonwoo." Nayoung tersentak dengan jawabannya sendiri. Dengan cepat Nayoung mengalihkan pandangannya dari Wonwoo dan lebih memilih untuk menatap Saehyun. "Aku tahu dia dari media massa dan juga kamu juga pernah bercerita padaku," jelas Nayoung terkesan terburu-buru. Nayoung menatap Saehyun penuh harap agar gadis itu mempercayai apa yang dia ucapkan tadi.

Seingat Nayoung, Saehyun itu sedikit pelupa, maka tidak akan masalah kalau dia berbohong pada gadis itu. Dalam hatinya Nayoung terus mengucapkan kata maaf pada juniornya ini.

Saehyun terlihat berpikir sejenak, "Ah, benarkah?" Wajah polosnya semakin membuat Nayoung merasa bersalah dan hanya bisa tersenyum kikuk.

"Mungkin kamu sudah lupa. Kamu kan pelupa, Saehyun." Satu kebohongan ditutupi oleh kebohongan lainnya, pikir Nayoung.

Wonwoo masih mematung ditempat. Mendengarkan secara seksama percakapan dari kedua orang yang berhasil masuk ke dalam kehidupannya. Cinta pertamanya dan orang yang dijodohkan dengannya.

Hening,

Tidak ada yang kembali membuka suaranya. Hanya semilir angin yang mengisi ruang kosong akibat jarak yang dibuat ketiga manusia penuh rahasia ini. Dering ponsel Saehyun berbunyi, membuyarkan pikiran mereka masing-masing. Saehyun beranjak dari tempatnya untuk menjawab panggilan yang tadi masuk. Membiarkan Wonwoo dan Nayoung berdua dalam kebisuan.

Tidak lama Saehyun kembali ke tempatnya tadi. Sedikit bingung dengan keadaan dua insan yang sedari tadi diam membisu. Mungkin karena baru kenal jadi mereka merasa canggung, batinnya. "Eonnie, maaf aku harus segera kembali ke ruanganku. Ada sedikit masalah mengenai hasil dari percobaan obat baru kemarin."

"Tidak apa-apa, pergilah. Aku yakin Sunkyo akan marah besar kalau rekan kerjanya lamban."

Saehyun tersenyum mendengar jawaban hangat Nayoung. "Kau benar! Aku permisi!" pamitnya pada Wonwoo dan langsung berlari meninggalkan dua manusia yang saling mengalihkan pandangan.

***

"Aw, Noona lepaskan! Ini sakit!" jerit Taehyung yang memohon ampun pada seorang wanita yang tega menjewer telinganya.

"Sudah aku bilang jangan pernah main ke club lagi! Belajar yang rajin dan cepat lulus, lalu cari kerja! Kalau sudah punya penghasilan sendiri baru kamu boleh main ke tempat biadab ini lagi!" cerucus Yura---kakak perempuan Taehyung.

Yura menyeret Taehyung keluar dari club malam yang dia kunjungi bersama Jungkook dan teman-temannya yang lain. Usai kuliah tadi, Taehyung mengajak teman-teman sepermainannya termasuk Jungkook untuk clubbing. Tapi sialnya Taehyung malah bertemu dengan kakaknya yang super-over-protective, macam Kim Yura.

"Aku tidak akan segan-segan untuk menguncimu sepanjang hari di gudang kalau sampai aku tahu kamu datang ke club lagi!"

Yura menghempaskan tubuh Taehyung ke dalam mobilnya.

DDUUUGG

Yura menutup pintu dengan sekali hentakan. Wanita itu berbalik dan menatap sinis pada Jungkook yang sedari tadi mengekorinya. "Aku tidak mengerti kenapa Ayahmu yang terpandang itu bisa memiliki anak-anak seperti kalian!" Yura memberi pekananan saat mengatakan kata 'terpandang' dalam kalimatnya.

"Saya juga tidak mengerti, kenapa orang berpendidikan seperti Anda tidak bisa berbicara dengan lebih sopan," timpal Jungkook.

Yura mendesis. "Cih, perbaiki saja perilakumu sebelum mengkritik ucapanku! Kamu sama saja seperti kakakmu yang sialan itu!"

Jungkook tersenyum miris, kepalanya menunduk sesaat sebelum akhirnya terangkat kembali dan menatap Yura nyalang. "Jangan samakan aku dengannya. Aku-berbeda-dari-Jeon-Wonwoo!" ucapnya dengan penuh penekanan.


*to be continued*

Hai chapter 4 sudah hadiiir kkk selamat membaca. Jangan lupa vommentnya yaa 😊👍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro