5
Selamat membaca ^-^
Malam yang sedikit sunyi dengan angin sepoi-sepoi menyentuh kulit putih wanita yang sedang melamun di balkon memikirkan hal yang menganjalnya sedari siang. Kiara masih memikirkan perkataan Juan yang memintanya untuk tidak terlalu dekat dengan laki-laki yang ia temui di toko kue saat itu. Laki-laki bernama Elvan dengan perawakan tinggi dengan rahang yang tegas bibir tipis lebar memiliki senyum manis. Siapa yang tidak akan terpincut dengan laki-laki seperti itu, bahkan Kiara hampir terpesona di buatnya saat pertemuan pertama. Tapi ia menepis perasaan itu saat melihat lipstik di mobil yang berwarna merah terang.
Kiara duduk di kursi yang berada di balkon dengan secangkir coklat hangat yang baru beberapa menit ia buat. Suasana malam ini sungguh indah ditambah ada beberapa bintang dan Bulan yang menerangi malam yang sunyi ini. Suasana yang menenangkan dan terasa nyaman untuk bersantai.
Saat membuka ponselnya ada beberapa pesan dari tata.
Kiara hanya tertawa saat membalas chat dari tata, tata adalah teman pertama Kiara di sekolah SMA dan tata juga yang selalu menghibur Kiara dengan perilaku anehnya. Belum pernah Kiara memiliki teman yang satu frekuensi dengannya. Yang ada hanya teman yang menusuk dari belakang, entah itu karena iri atau karena hal lain Kiara juga tidak terlalu tau dan masa bodo.
Setelah coklat hangat habis tak tersisa dan sudah larut malam, Kiara memutuskan untuk tidur. Sebelum itu ia pergi ke kamar mandi menggosok gigi dan mencuci muka, setelah selesai Kiara pun menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya yang butuh istirahat.
Rasanya hari ini sangat melelahkan bahkan tubuhnya pun merasakan pegal-pegal, ia merenggangkan tubuhnya sembari menguap.
'huaaaaa capee bangett' gumamnya dengan sedikit merenggangkan tangan.
'untuk diri sendiri terima kasih telah berjuang hingga titik ini. Semoga makin kuat menghadapi ujian yang menerpa'
✨
Sore ini pertandingan futsal di mulai, Kiara dan tata duduk di bawah pohon besar di sekolahnya tepatnya berada di depan lapangan di pertengahan lingkup sekolah. Untungnya yang lain tidak duduk di sekitar sini karena konon katanya pohon ini angker. Tapi Kiara dan tata cuek dengan hal itu, selama tidak mengganggu kenapa harus takut pikirnya.
"Ta Lo bawa cemilan?"
Tata memberikan senyum manis dan mengeluarkan makanan ringan di saku rok dengan beberapa permen dan salah satu di antara permen itu adalah permanen asam kesukaan Kiara.
Kiara ber oh ria sembari membuka bungkus permen asam yang sangat ia sukai. Tapi tiba-tiba permen itu hilang saat Kiara ingin memakannya dan pelakunya yang tak lain dan tak bukan adalah Juan, teman masa kecilnya. Kiara pun memberikan tatapan tak suka dan cemberut, persis seperti anak kecil yang mainannya di ambil.
"Asem kia, gak boleh nanti perutnya perih" tegur Juan.
"Sekali doangggg" jawabnya nyolot.
"Nih Juan kasih tapi bekas Juan, udah ga asem"
"Jorok Juan ih jijik"
Tata hanya tertawa sembari berkata " ciuman secara tidak langsung ceritanya"
"Hahaha bisa jadi ta" jawab Juan sembari memakan kembali permen asam itu.
"Ta bagi lagi dong yang asem"
"Gua cuma punya stok satu doang Ra"
Pertandingan pun di mulai, riuh suara penonton meramaikan jalannya pertandingan. Membuat pertandingan semakin seru di tambah lagi ada yel-yel dari masing-masing pendukung setiap pemain.
Kurang lebih sudah 5 menit jalannya permainan tapi masih belum ada tanda-tanda pemain yang menggolkan bola. Kiara dan tata sedikit bosan, sementara Juan adik berbincang dengan beberapa perempuan yang sedari tadi mengajaknya berbincang.
"Juan udah banyak ya gebetannya" sindir Kiara.
Juan pun melirik Kiara dan berkata " cemburu mah bilang".
Kiara hanya menatap Juan malas " pede banget anaknya".
Juan meninggalkan perempuan yang mengajaknya berbicara dan lebih memilih duduk di sebelah Kiara. Tapi Kiara bergeser sedikit agar tidak terlalu dekat dengan Juan.
"Jauh amat kaya musuhan" tegur Juan sembari mendekati Kiara lagi.
"Kamu siapa ya, aku gak kenal".
"Calon..." Juan menggantungkan perkataannya membuat Kiara menatapnya "pengusaha sukses"
"Amiin" jawab Kiara.
Di babak pertama sekolah Kiara kalah, 1- 0 membuat beberapa murid sedikit kecewa. Lalu di babak ke dua sekolah Kiara unggul, 2 - 0 membuat pertandingan persahabatan antar sekolah ini di menangkan oleh tuan rumah yaitu sekolah Kiara.
Saat sampai di lorong kelas 12 Kiara baru ingat bahwa buku paket dia tertinggal di kolong meja, sungguh sangat teledor. Kalau ingannya sudah di pertengahan jalan mungkin Kiara sudah malas mengambilnya.
Ia pun membuka pintu kelas dengan keadaan yang sangat sunyi dan sepi, bahkan ruangan sedikit gelap. Kiara menghidupkan lampu kelas mencari meja dan mengambil buku yang berada di laci.
"Akhirnya , untung masih ada" gumamnya. Saat akan menaruh buku ke dalam tas tiba-tiba lampu mati membuat Kiara refleks berteriak 'aaaaaa' sembari menutup mata menggunakan ketua telapak tangan.
Kiara melihat ke sekitar, masih ada cahaya di luar jendela membuatnya bernafas lega. Tidak beberapa lama suara ketukan pintu
'tok tok tok' membuat Kiara melirik ke arah pintu, menerka-nerka siapa yang mengetuk pintu kelasnya.
"Lo ngapain gelap-gelapan di kelas" tanya seseorang.
"Ini ngambil buku paket, tapi tiba-tiba mati lampunya" ujarnya sembari menuju ke sumber suara.
Saat sampai di pintu Kiara melihat wajah pria itu, ternyata dia orang yang sering di bicarakan tata temannya. "Lio?" Ujarnya
"Iya gua"
Tak beberapa lama lampu kembali menyala, Kiara menutup pintu kelas.
"Kalo gitu gua duluan" ujar Kiara
"Bareng" ucap Lio
"Hah?"
"Bareng gua".
"Ga usah bisa sendiri"
Emilio langsung menarik tangan Kiara menuju parkiran. Sementara Kiara hanya menepuk-nepuk tangan Emilio berharap genggamannya di lepaskan.
"Ih Lo kok maksa" gerutu Kiara.
"Udah sore, gak baik anak cewek balik sendiri"
"Tapi kan bisa persen ojol"
"Liat cuacanya mendung mau ujan, Lo mau nunggu ?".
Kiara melihat langit dan terlihat awan gelap memenuhi dengan suasana yang makin gelap, Kiara hanya bisa tersenyum kecut.
"Gua gak bawa helm dua, jadi sorry Lo gak pake helm".
"Gak apa"
Di perjalanan tidak ada percakapan sama sekali, hanya terdengar suara kendaraan. Saat Emilio mengencangkan gasnya tiba-tiba Kiara memeluk dengan erat. "Modus Lo"
"Lo bawa motor kekencangan gila gua takut jatuh" sahut Kiara kesal.
Emilio tertawa ringan sembari fokus mengendarai motornya. Ia merasa pelukan dari Kiara sangat nyaman walau ia tau bahwa saat ini Kiara menutup mata ketakutan.
Setelah sampai Kiara turun dari motor dan menceramahi Emilio.
"Udah tau gua gak pake helm malah bawa kenceng" ucapnya.
"Next time gua bawa helem dua".
"Lah kok?".
"Besok gua jemput Lo dan bawa helm dua"
"Kaga usah, gua bisa pergi sendiri"
"Sampai jumpa besok " Emilio pun pergi.
"WOY! GUA GAK MINTA LO JEMPUT GUA GILA " ucap Kiara berteriak berharap Emilio mendengar.
"Ngeselin banget tuh anak, batu banget" kesal Kiara.
Saat sampai di kamar buru-buru ia melepaskan tas dan membuka kaos kaki. Rasanya melelahkan dan sangat mengantuk.
"Sayang makan malem yu, masakannya udah siap"
"Iya ma"
Kiara berganti pakaian lalu pergi menuju meja makan. Walaupun mengantuk tapi perutnya bersuara pinta di isi membuat rasa ngantuk ya kalah dengan rasa lapar.
"Wihh, enakk nih"
"Iya dong ini ada kentang balado kesukaan kamu"
"Wah, inimah aku abis sendirian juga"
"Rakus benget"
"Papa belum pulang?" Tanya Kiara membuat ibunga berhenti mengambil nasi.
"Belum, masih di Bandung katanya masih banyak urusan" Kiara hanya mengangguk mengerti. Ayahnya jarang sekali pulang bahkan pernah selama sebulan belum pulang ke rumah karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Rasanya memiliki ayah tapi kasih sayangnya yang tidak dimilikinya. Merasa iri tapi Kiara bukan anak broken home seperti orang-orang kebanyakan. Tapi ia merasa bahwa orang tuanya hanya satu, yaitu ibunya yang selalu merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.
26 Des 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro