Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kedua

"Permisi, mau pesan apa?" tanya pelayan yang sudah berdiri dengan celemek yang melekat di tubuh. Beberapa dari mereka dengan seragam serupa pun tampak sibuk mondar-mandir. Dan betapa beruntungnya kami tidak perlu menunggu lama untuk dihampiri.

Aku dan Aida duduk bersebelahan. Sengaja tidak berhadapan memang. Bukan berarti membiarkan pandangan matanya berlarian ke sana kemari melihat orang lain, tetapi aku ingin ia merasa tidak tertekan dan terkekang. Ya, ya, harus kuakui jika ini sangat berisiko. Apalagi saat tatapan pria-pria di sini mulai mengarah padanya. Oh, ayolah. Lihat saja perempuan yang lain! Jangan yang ini! Dia milikku!

"Teh."

"Kopi."

Kami saling menoleh dan menunjuk berlawanan. Kemudian menampakkan seulas senyum lebar. Lengkap dengan tatapan intens yang tak terbantahkan. Perempuan yang enam bulan lalu wisuda sarjana ini, selalu membuatku jatuh hati setiap hari. Apalagi tiga bulan yang lalu, ia resmi menjadi tanggung jawabku.

Oh, alangkah indahnya dunia dan betapa bersyukurnya bisa memiliki nona teh yang mandiri ini. Bagaimana ia tidak mandiri? Biaya kuliah, ditanggungnya sendiri. Sedangkan aku waktu itu masih mengandalkan bantuan dana dari Papa. Tetapi, pada kuliahku yang kedua, alhamdulillah, semuanya bisa kutanggung sendiri.

"Nona teh selalu minum teh," kataku.

"Tuan kopi, selalu minum kopi. Satu lagi: dan tidak pernah tidak," ujarnya diselingi dengan senyuman yang menampakkan sepasang cekungan di pipi.

Demi apa pun, mataku tak bisa sedetik pun tak melihatnya. Juga tangan ini, tak mau jika tak menggenggamnya. Apalagi saat tatapan beberapa pria mengarah padanya. Serta gadis-gadis yang ikut-ikutan menatapku juga. Percayalah, itu meresahkan. Aku tidak suka, bahkan sangat membenci hal itu.

"Baik, teh dan kopi. Ada lagi?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro