Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15.

Alarm berbunyi sejak satu jam yang lalu. Namun, tidak berhasil membangunkan dua muda-mudi yang masih tertidur seraya berpelukan di balik selimut tebal tersebut.

Berkas cahaya matahari mulai mengintip dari gorden, sedikit menyinari kamar hotel yang temaram. Mereka adalah Bae Jieun dan Yook Yoongi, setelah pertengkaran semalam, keduanya terlelap. Perasaan sayang dan kerinduan mengalahkan ego keduanya untuk berpisah.

Kali ini bukan lagi suara dering alarm, melainkan nada dering panggilan dari ponsel Yoongi. Beberapa kali benda pipih itu bergetar dengan suara yang  melengking nyaring. Hingga akhirnya membangunkan Jieun dari tidurnya.

Mengucek mata menjadi kebiasaan wanita itu kala bangun, ia melihat sekitar dan pria di sampingnya. Lalu terheran saat melihat cahaya matahari yang sudah terang benderang, membuat ia terlonjak dan segera membangunkan Yoongi.

"Yoon! Bangun! Kita kesiangan!!!" seru Jieun mengguncang tubuh Yoongi.

Pria Yook itu tersadar dengan cepat saat mendengar kata kesiangan dari bibir Jieun. Ia bangkit dan meraih ponselnya. Ada beberapa notif alarm yang terlewat serta beberapa panggilan tak terjawab dari Jimin. Melihat jam, sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Oh, Tuhan!" seru Yoongi, ia segera mengambil jaketnya. "Ayo, pulang! Kita akan telat banyak jika membereskan ini semua!" ajaknya saat melihat Jieun tergesa merapikan barang-barangnya.

"Kau pulang duluan, aku akan menyusul. Hari ini aku masih izin cuti. Jadi aku bisa pergi setelah berkemas," jawab Jieun.

"Tidak, aku akan mengantarmu pulang!" tegas Yoongi, lalu ia menghubungi Jimin.

Seutas senyum tercipta di wajah Jieun, sedikitnya ia bangga pada Yoongi dengan tanggung jawabnya. Selalu memprioritaskannya menjadi yang pertama, dan Yoongi tidak pernah meninggalkannya dalam keadaan apa pun. Namun, jika melihat kilas balik penyiksaan, Jieun kembali meragukan semua itu.

Setelah menghubungi Jimin, Yoongi kembali dan membantu Jieun berkemas. Lalu mereka pulang bersama, bagi Yoongi telat pun tidak masalah asalkan wanitanya selamat sampai tujuan. Tapi apakah bersamanya Jieun selalu selamat?

-------

Bae Jieun merasa beruntung memiliki Yoongi, pria itu sangat perhatian padanya. Sejak pagi tadi ia ditinggalkan, Yoongi menghubunginya melalui panggilan video. Sudah hampir dua jam, meski tidak obrolan pasti, Jieun hanya melihat Yoongi yang sedang bekerja, sesekali Jimin dan rekan yang lainnya terlihat di kamera.

Mengingat Jimin, ia malu sendiri pada pria Choi itu. Pasalnya kemarin Jieun meminta Jimin agar menyembunyikan keberadaannya pada Yoongi. Namun, hari ini ia kembali lagi bersama Yoongi. Mau disimpan di mana wajahnya ketika ia bertemu Jimin nanti?

"Aku tutup, aku akan mandi," ucap Jieun, lama-lama ia pegal juga harus terus memegang ponselnya.

"Tidak! Kau pergi mandi saja, jangan dimatikan teleponnya!" bantah Yoongi.

Jieun menghela nafas. Lagi, posesif Yoongi kumat. Sebenarnya tidak apa jika Yoongi menghubunginya setiap waktu, Jieun senang karena tandanya Yoongi benar-benar mencintainya. Ia membuktikan jika hanya bekerja dan pulang untuk Jieun setiap harinya.

Namun, Jieun juga butuh privasi. Ia butuh waktu sendiri, memanjakan dirinya sendiri. Dan perlu Yoongi ingat, jika Jieun kurang menyukai komunikasi melalui ponsel. Hanya seperlunya, tapi Yoongi tipikal orang yang terus menghubunginya selalu.

"Yoon," ucap Jieun dengan wajah memelas.

"Ck, ya, sudah, tutup saja!"

Meski dengan wajah cemberut, Yoongi akhirnya mengakhiri panggilannya.

"Aargh!!! Akhirnyaa!!!" seru Jieun, ia melemparkan ponselnya ke samping. Menggeliat untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku, lalu berbaring sebelum ia beranjak mandi.

Menatap langit-langit rumahnya, Jieun tersenyum sendiri. Ia memikirkan hidupnya yang sangat berwarna setelah bersama Yoongi. Alur hidupnya sudah seperti rollercoaster yang naik dan turun dengan cepat.

Yook Yoongi yang bisa membuatnya tertawa lepas dan menangis kemudian. Membuatnya tersakiti dan Jieun menikmati itu semua. Sedikit bingung dengan dirinya sendiri, sebenarnya ia takut atau malah menikmati semua ini?

Karena di sisi lain ia merasakan kepanikan yang hebat, tapi di sisi lain lagi Jieun menikmati semua perlakuan Yoongi meski kasar padanya. Terlebih ketika ia bersikap posesif, itu menyebalkan, tapi terlihat keren dalam waktu bersamaan. Dalam pandangannya, Yoongi seperti seorang pahlawan yang selalu melindunginya ketika ia dalam ancaman dan bahaya.

Entahlah, Jieun menjadi pusing sendiri akibat perasaannya itu.

Tanpa terasa, ia terlelap begitu saja. Membayangkan semua yang telah terjadi padanya, membuat ia lelah dan mengantuk.

-------

"Jadi, kau sudah menemukan Jieun?" tanya Jimin ketika ia makan siang bersama dengan Yoongi.

"Sudah, ia berada di hotel," jawab Yoongi.

Jimin mengangguk, ia menatap Yoongi dalam diam. Banyak yang ingin ia tanyakan, tapi tidak mungkin bertanya secara gamblang. Akhirnya ia kembali menyuap makanannya lalu membuka topik dengan beberapa pertanyaan.

"Kenapa dia bisa pergi? Apa yang terjadi?"

Pertanyaan bagus dan tidak bisa dicurigai jika Jimin sedang mencari tahu sesuatu.

"Hanya pertengkaran biasa, dia saja yang terlalu berlebihan," jawab Yoongi.

Jawaban yang tidak memuaskan, Jimin berdecih dalam hati. Ia tidak mungkin langsung memaki Yoongi atas jawaban yang tidak masuk di akal.

Pertengkaran biasa katanya? Mana mungkin Jieun sampai lari darinya. Lalu, Jieun berlebihan? Bukankah pria di hadapannya itu yang berlebihan? Pasti ada alasan di balik perginya Jieun. Meski Jimin tahu Yoongi lah penyebabnya, tapi ia pun ingin tahu langsung dari bibir Yoongi.

Namun, ia berpikir lagi, mana mungkin Yoongi membuka aibnya sendiri. Lalu, mana ada maling ngaku di dunia ini?

Hingga akhirnya, Jimin selesai dengan makan siangnya. Ia tidak melayangkan lagi pertanyaan pada Yoongi. Ia lebih baik bangkit, dan pamit kembali ke ruangan lebih dulu.

Yoongi sendiri tidak acuh, ia kembali melanjutkan makan siangnya, meski hatinya sedikit kesal karena Jieun tidak membalas pesannya.

"Oi, Hyung, kau sendirian?"

Jungkook datang membawa makan siangnya, ia duduk di hadapan Yoongi yang sudah selesai makan.

"Jimin baru saja pergi," jawab Yoongi.

"Biarkan aku duduk di sini, dan temani aku, Hyung. Taehyung tidak masuk karena demam!" kata Jungkook to the point.

"Ck, kau seperti anak TK minta ditemani," cibir Yoongi.

"Hanya kesepian, tidak nikmat jika makan sendiri," bela Jungkook, lalu menyuap suapan pertamanya. "Ngomong-ngomong, ke mana Jieun? Sudah dua hari aku tidak melihatnya," tanya Jungkook lagi.

"Sakit. Dia ambil cuti," jawab Yoongi.

"Oh? Bagaimana keadaannya sekarang?"

"Sudah membaik."

"Boleh aku menjenguknya? Sekalian menjenguk Taehyung nanti malam. Aku akan mengajak Jimin," kata Jungkook.

Yoongi terdiam, lama untuk menjawab.

"Datang saja," jawabnya pada akhirnya.

Ia bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan Jungkook yang mencibir sikap menyebalkan rekan kerjanya itu.

Sebenarnya Jungkook tahu dari Jimin tentang kaburnya Jieun kemarin. Ia berniat ikut saat Jimin bilang akan mengunjungi Jieun di hotel. Namun, Jimin menolak dan menyuruhnya untuk datang ke esokan harinya.

Namun, tadi pagi Jimin menghubunginya kembali bahwa Jieun sudah pulang bersama Yoongi. Sedikit kesal sebenarnya, kenapa Jieun masih bisa luluh pada pria sakit itu? Ingin memberi saran, tapi rasanya percuma. Orang dimabuk cinta susah untuk disadarkan.

Jadi, Jungkook hanya akan melihat ending-nya seperti apa pada hubungan Jieun dan Yoongi.

()

Ayang Afrianti
03 Februari 2025

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro