06.
"Bae Jieun, aku lihat kau sedang tidak baik?" tanya Hoseok, datang menghampiri meja kerja Jieun.
"Hanya demam biasa, Pak," jawab Jieun, tersenyum ramah.
"Jika kau ingin mengambil cuti, ambillah. Kau harus istirahatkan dirimu dulu," kata Hoseok lagi.
"Tidak, terima kasih, aku masih bisa bekerja kok," bantah Jieun.
"Hmm, baiklah. Bagaimana naskah yang masuk minggu ini? Apakah banyak?" tanya Hoseok lagi.
"Cukup banyak, ada dua puluh lebih yang lolos seleksi."
"Bagus, berikan usaha terbaik untuk menerbitkan karya mereka."
"Baik, Pak!"
Hoseok menepuk bahu Jieun sebagai apresiasi, lalu ia kembali pergi.
Sebenarnya Jieun butuh istirahat, ia butuh tidur untuk meredakan sakit di tubuhnya. Namun, rasanya tidak mungkin. Banyak naskah yang masuk dan harus ia seleksi, tidak mungkin membiarkan rekannya sibuk begitu saja. Maka dari itu Jieun lebih memilih masuk bekerja dan istirahat di malam hari.
Jika bisa.
Menghela nafas panjang, ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Hubungannya dengan Yoongi baru berjalan beberapa bulan, namun ia sudah merasakan kepelikan dalam hubungan ini. Terlebih sikap Yoongi yang sulit ditebak, pencemburu berat, dan ucapan pedas selalu terlontar dari bibirnya.
Bukan hanya itu, perlakuan kasar Yoongi pun membuat tubuh Jieun menjadi samsak hidup untuknya. Dekat dengan kekasihnya bukan menjadi aman, tapi Jieun malah merasa terancam. Namun, di sisi lain, Jieun kagum melihat Yoongi yang sedang berinteraksi dengan orang lain. Pria itu terlihat dingin, bicara seperlunya, dan tidak pernah meninggalkannya terlalu lama sendirian.
Seperti kali ini mereka sedang berada di kantin untuk makan siang. Jam sebelas tadi, Yoongi tiba-tiba mengirimnya pesan teks permintaan maaf, ia mengakui jika ia keterlaluan. Dan ia pun berjanji akan lebih menjaga Jieun lagi di lain waktu.
Ingin terus kesal dan bersikap biasa saja, namun hati Jieun menghangat ketika mendengar bahwa Yoongi sangat menyayanginya. Perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan memang sangat Jieun rasakan.
"Mau makan apa lagi?" tanya Yoongi ketika nasi sup di mangkuk Jieun habis.
"Sudah," jawab Jieun.
"Minum obat, ya? Aku sudah bawa."
Tangan besarnya mengambil sebutir obat dari dalam plastik klip, lalu memberikannya pada Jieun.
"Nanti pulang langsung istirahat, ya!" ucap Yoongi lagi. Jieun tersenyum dan mengangguk patuh.
Senyum Yoongi pun merekah lebar, ia menatap sayang pada Jieun, dan memberikan elusan pada puncak kepala Jieun, salah satu perlakuan yang Jieun suka.
"Aku hanya ingin kau menjaga jarak dengan mereka, jangan buat aku cemburu lagi," pinta Yoongi.
Permintaan sulit sebenarnya untuk menjawab, karena sejak awal pertemanan Jieun dengan Taehyung, Jungkook, dan Jimin sangat biasa saja, hanya seperlunya saja. Mereka tidak pernah main bersama dengan sering, atau bertegur sapa dengan intens, hanya saja karena sama-sama senang bercanda, mereka selalu bicara santai setiap bertemu. Mungkin bagi Yoongi itu berlebihan, dan Jieun berusaha untuk mengatur keramahannya sekarang.
Namun, kenapa ia harus melakukan ini?
Bukankah prinsip hidup Jieun adalah memperbanyak teman agar relasi menjadi luas? Kenapa ia menurut saja ketika Yoongi meminta ia menjauhi mereka semua? Kenapa memaafkan begitu saja? Sakit yang Jieun terima bukan hanya di hati, melainkan fisik juga.
Itu pertanyaan dari otak Jieun, logika wanita itu tetap jalan dan merasa ini tidak beres. Namun, nyatanya logika kalah oleh hati yang mulai terjatuh semakin dalam pada Yoongi. Ia memaafkan karena memang ia yang salah. Belum bisa menyesuaikan sikapnya saat ia single dan sekarang sudah mempunyai kekasih.
Di sisi lain, Taehyung memperhatikan mereka. Ia melihat ada yang aneh dari kedekatan keduanya, seperti memiliki hubungan spesial, lebih dari teman. Biasanya jika melihat Jieun di kantin, Taehyung akan menghampiri untuk mengobrol dan bercanda bersama. Kali ini ia lebih memilih untuk diam, terlebih melihat perubahan sikap Jieun pagi tadi yang tidak biasanya.
"Tae, sedang apa?"
Jungkook menghampirinya, ia ikut melihat apa yang Taehyung lihat. Senyumnya merekah, ada Jieun di sini. Baru saja ia akan melangkah, tiba-tiba Taehyung menarik belakang kerah kemejanya hingga membuat Jungkook sedikit oleng.
"Kenapa?" tanyanya.
"Jangan pergi," jawab Taehyung.
"Aku harus membicarakan masalah desain cover kemarin."
"Lebih baik kau sampaikan pada Jimin."
"Kenapa? Jieun ikut andil dalam hal ini."
"Tunggu Yoongi Hyung pergi."
Ucapan Taehyung membuat Jungkook terdiam, ia kembali memperhatikan Jieun dan Yoongi yang sedang mengobrol dan sesekali tertawa.
"Mereka beneran pacaran?" tanya Jungkook tanpa mengalihkan pandangannya.
"Entah, dari kedekatannya, sih, iya," jawab Taehyung.
"Oh, God."
Tatapan mereka akhirnya beradu dengan manik Jieun, wanita itu terdiam sejenak, bola matanya bergerak gelisah, namun ia tutupi dengan senyum kecil.
Jungkook dan Taehyung pun hanya membalas senyuman Jieun, lalu mereka memilih pergi dari sana.
Di sisi lain, Jieun merasakan kelegaan di dalam hatinya. Ia berhasil selamat dari siksaan Yoongi nanti malam. Sepertinya Taehyung dan Jungkook mengerti akan sikapnya hari ini. Meski ada kelegaan, Jieun merasa sedikit kehilangan.
Waktu istirahatnya hanya bersama Yoongi, tanpa adanya keseruan dari teman-temannya. Namun, Jieun pun merasa senang karena berbicara dengan Yoongi tidak pernah membosankan. Ia mendapatkan sosok paket lengkap di diri pria Yook tersebut, seperti kata Airi.
Di lain tempat, Taehyung dan Jungkook menemui Jimin yang sedang duduk di lobby. Pria berambut kuning itu sedang serius dengan ponselnya, merasa kehadiran orang lain di dekatnya, ia mendongak dan saling tatap dengan dua anak manusia di hadapannya.
"Apa?" tanyanya.
Jungkook dan Taehyung saling tatap, lalu menyerbu kursi di samping Jimin dengan cepat.
"Bae Jieun," kata Taehyung.
"Kenapa dengan Jieun?" tanya Jimin, ia bersandar dan menyimpan ponselnya. Memperhatikan gelagat Taehyung yang ingin berbicara namun terlihat gelisah.
"Dia bilang Jieun berubah," kata Jungkook, malas dengan sikap hati-hati Taeyung yang akhirnya pembicaraan tidak pernah dimulai.
"Berubah? Berubah apa? Dia tetap manusia, tidak berubah jadi Ironman," gurau Jimin, terkekeh sendiri.
"Serius, Jim."
Tatapan mata Taehyung tajam, Jimin akhirnya jadi diam.
"Maaf," ucapnya, tersenyum simpul.
"Aku rasa Jieun dan Yoongi ada hubungan, sekarang mereka terlihat bersama."
Jimin menyimak ucapan Taehyung.
"Dan aku rasa ada perubahan dari sikap Jieun sekarang. Ia lebih tertutup dan menjadi pendiam jika bertemu."
"Mungkin itu perasaanmu saja," kata Jimin.
"Tidak. Aku yakin ada yang terjadi dengannya."
Taehyung bersikeras meyakinkan Jimin, sedangkan Jungkook hanya terdiam, ia tidak tahu harus bicara apa karena belum mengobrol lagi dengan Jieun, jadi ia tidak akan menilai Jieun seperti yang Taehyung katakan. Namun, jika dilihat gelagat wanita itu tadi, memang sedikit janggal.
"Lalu kau berpikiran jika Yoongi menyuruhnya diam dan tidak bersosialisasi, begitu?" tanya Jimin.
"Aku tidak tahu," jawab Taehyung.
"Yoongi terbilang orang baru di hidup Jieun. Dia pun tahu sikap Jieun selama ini, jadi jika Yoongi seposesif itu, aku pikir tidak mungkin."
"Kau yakin?"
"Ya."
"Baiklah, kau buktikan sendiri. Dia di kantin bersama Yoongi, ajak untuk membicarakan cover yang Jungkook buat. Barulah kau tahu bagaimana Jieun sekarang," kata Taehyung menatap Jimin serius.
"Aku merasa kita sedang dalam misi penyelamatan!" keluh Jungkook, menguap lebar, sementara Jimin terkekeh. Ia bangkit setelah menyetujui ucapan Taehyung, dan berjalan menuju kantin.
Di sana memang terlihat Jieun dan Yoongi sedang bersama, sepertinya mereka terlibat dalam obrolan santai dan lucu, terbukti Jieun beberapa kali tertawa.
"Hai, Ji!" sapa Jimin, ia duduk di samping Jieun dan menatap Jieun dengan senyuman.
"Jimin?"
Ya, Jimin bisa merasakan itu. Keterkejutan Jieun saat ia menyapa, suaranya yang bergetar, dan gerakan matanya yang liar seperti orang panik. Beberapa kali Jieun menatap Jimin dan Yoongi bergantian. Pun Jimin melirik Yoongi yang tiba-tiba terdiam, pria itu fokus pada minumannya dengan tatapan ke arah lain.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jimin.
"Tentu, memang aku kenapa?" jawab Jieun, tertawa sumbang.
Tawa yang tidak terdengar seperti biasanya. Namun, Jimin tetap berusaha tenang dan menatap Jieun tanpa berkedip. Ia ingin tahu respons apa yang akan wanita itu berikan. Dan kenyataannya, mengejutkan Jimin, perkataan Taehyung terbukti dengan benar.
()
Ayang Afrianti
3Jan2025
Hai Achers, apa kabar?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro