Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02.

"Ji, kenapa kau meloloskan naskah hancur seperti ini?"

Jieun berjengit kaget ketika suara Yoongi terdengar di belakangnya. Ia menoleh dan mendapatkan wajah Yoongi tanpa ekspresi.

Pria itu membawa laptopnya dan menunjukkan naskah mentah yang benar-benar hancur dalam pembahasaan, aksara, ejaan, dan tanda baca.

"Jelaskan!" pinta Yoongi tegas.

Ia sangat tidak terima pada keputusan Jieun meloloskan naskah tersebut karena ia sangat terbebani. Jangankan untuk meng-edit, membaca kalimat pembukanya saja sudah membuat matanya sakit dan kepalanya pusing. Benar-benar naskah yang hancur.

"Begini," ucap Jieun, sebelum menjelaskan ia menghirup nafas dalam-dalam dan mencoba mengatur nafasnya akibat kepanikan yang tiba-tiba muncul.

Sialnya memang begini, di saat kondisi genting, panic attack selalu hadir mengacaukan fokusnya dalam bicara.

"Minum," ucap Yoongi, memberikan botol minum Jieun yang disimpan di samping komputer.

Dengan cepat Jieun meneguk air dalam botol tersebut hingga habis setengahnya. Lama ia mengatur nafas, sialnya lagi kepanikannya tidak mereda, malah ia semakin merasa terancam.

Tangannya gemetar, perutnya mulas, mata Jieun mulai berair. Keringat tiba-tiba membanjiri seluruh tubuhnya. Mendadak cuaca menjadi panas membuat Jieun tidak karuan.

Yoongi paham akan kelemahan Jieun, wanita di hadapannya ini sudah mengumumkan jika ia mempunyai kesehatan mental yang buruk. Pun Kang Namjoon selaku pimpinan sudah tahu mengenai kondisi Jieun. Pria Kang itu meminta kerja samanya pada seluruh karyawan agar saling menjaga satu sama lain. Jieun diterima karena ia loyal dalam bekerja, selalu datang tepat waktu, mampu bekerja dengan baik di bawah tekanan, dan ia bisa mendapatkan naskah baru ketika naskah masuk mulai sepi.

"Tenangkan dirimu lebih dulu, aku tunggu di ruanganku. Atau kita bisa membahasnya di kantin nanti siang."

Setelah berucap demikian, Yoongi berlalu begitu saja.

Ingin mengumpat, tapi bernafas saja sulit rasanya. Akhirnya Jieun hanya bersandar pada kursinya dan mengatur nafasnya agar kepanikannya segera menghilang.

Sikap Yoongi memang tidak bisa ditebak oleh Jieun. Pria Yook itu berbeda dengan Jimin, yang lembut dan bisa berkomunikasi dengan baik. Yoongi akan mendatanginya dan mengatakan apa yang ingin ia katakan tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Mungkin sepele bagi orang normal lainnya atas pertanyaan Yoongi tadi. Namun, bagi Jieun ia seperti mendapatkan bencana besar yang mengancam hidupnya. Terlebih karena pria itu datang tiba-tiba, berbicara dengan nada dingin, dan ekspresi wajah yang datar melebihi kertas.

Sebenarnya sikap Yoongi memang baik jika di luar pekerjaan. Ia bisa membawa dirinya menjadi menyenangkan. Selama Jieun bekerja di sini, Yoongi selalu berperilaku baik dan ramah padanya. Namun, ada kalanya pria itu bersikap seperti tadi, dan Jieun tidak tahu apa penyebabnya.

Sempat terpikir, apakah Yoongi sama sepertinya? Mempunyai gangguan mood ekstrim? Namun, pemikirannya itu segera ia tepis, karena bukan haknya mengetahui kehidupan seseorang tanpa diperlihatkan oleh orang itu sendiri.

"Sial sekali hari ini!" gerutu Jieun.

Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri. Bahkan sudah ada niatan ia menemui Yoongi selaku Copy Editor mengenai naskah mentah yang hancur tersebut. Namun, mentalnya benar-benar tidak siap jika harus mendapatkan serangan dadakan seperti tadi.

-------

"Maaf soal tadi," kata Yoongi ketika mereka bertemu di kantin.

"Tidak, aku baik-baik saja," jawab Jieun tersenyum manis.

Lalu mereka membahas naskah hancur yang Jieun loloskan pada tahap seleksi. Sebelumnya Yoongi memesan dua gelas kopi dingin untuk mereka beserta camilan. Meski terlihat menyeramkan mengenai pekerjaan, ia sebenarnya orang yang santai.

"Awalnya aku tidak akan meloloskan naskah itu, tapi aku tertarik pada sinopsis dan judul yang ia buat," kata Jieun memulai percakapan.

"Bukan Cinta Asli, sedikit aneh terdengar di telinga. Namun, jika bisa dipahami, sebenarnya itu adalah kalimat lain dari Cinta Palsu," lanjut Jieun.

"Bagiku itu sudah terlalu rumit," kata Yoongi megutarakan pendapatnya mengenai judul yang penulis itu buat.

"Memang. Namun, ia punya ciri khasnya sendiri dalam menyampaikan makna dari judul tersebut."

Yoongi mengangguk mendengar pendapat Jieun.

"Tapi, apa lebih baik judulnya diganti saja?" tanya Yoongi.

"Boleh, nanti aku usulkan pada penulisnya," jawab Jieun lagi. "Selanjutnya, aku membaca sinopsis yang memang sangat berantakan dalam tanda baca dan huruf kapitalnya. Namun, saat aku mengikuti alur cerita yang ia buat, aku pikir ini menarik dan anti mainstream," sambung Jieun.

"Ji, aku akui itu memang anti mainstream, tapi kau harus lihat dulu bagaimana cara dia menulis. Aku pikir kau harus berbicara dengan penulisnya dan memberikannya revisi habis-habisan."

Jieun terkekeh.

"Ya, betul. Aku berencana seperti itu, tapi aku loloskan dulu dari tahap seleksi agar kau atau Jimin bisa menilai dulu, apakah kalian mampu editing naskah ini atau memang menyerah."

Pria berkacamata bening itu mendecak kesal.

"Aku bukan menyerah, tapi baru membaca kalimat pertama saja sudah membuat mataku sakit," keluhnya kembali membuat Jieun tertawa.

"Maafkan aku. Aku pun sama, aku tidak tertarik saat melihat gaya penulisannya yang hancur. Namun, saat aku baca, ternyata ceritanya bagus. Tidak ada plot hole, tidak ada kejanggalan apa pun. Aku pikir ini adalah cerita terbaik dari cerita lainnya yang aku kirimkan."

"Kau membaca seluruh ceritanya? Dengan kondisi naskah seperti itu?"

Mata sipit Yoongi terbuka lebar.

"Iya, aku menghabiskan waktu empat hari untuk membaca keseluruhan ceritanya."

"Hebat! Lalu kenapa tidak kau edit sendiri?"

"Aiy, itu bukan tugasku!"

Jieun tertawa puas saat melihat Yoongi kembali berdecak kesal.

Mereka memang sesantai itu jika sudah mengobrol. Sikap Yoongi saja yang tidak tertebak oleh Jieun. Padahal tidak jarang Yoongi membantunya dalam berbagai hal, seperti mengantar pulang, menjemputnya, Yoongi lakukan karena mereka memang satu arah menuju rumah.

Bukan hanya itu, Yoongi juga sering mengajak Jieun pergi ketika libur meski berujung penolakan dari Jieun. Meski sesekali Yoongi memaksa Jieun agar bersedia pergi bersamanya.

Ia melihat Jieun sebagai wanita mandiri yang sukses, cantik dan baik. Sedikit terbuka hatinya akan ucapan Jieun beberapa tahun lalu.

"Aku menyukaimu, Yoon. Tapi sepertinya kau mempunyai kekasih."

Blak-blakan, itu salah satu sifat Jieun yang Yoongi tahu. Wanita itu tidak pernah memandang apa pun ketika berbicara atau berpendapat. Ia bisa dengan gamblang mengungkapkan apa yang ia rasa pada apa pun. Termasuk dalam bekerja atau hal pribadi lainnya.

Jieun akui menyukai Yoongi sejak mereka pertama bertemu di kantor. Terlebih sikap Yoongi yang bagi Jieun tsundere. Kadang terlihat mempesona, kharismatik, tampan, dan konyol. Kadang terlihat menyeramkan, tegas, dan serius dengan sikap sedingin es.

Namun, akibat penolakan Yoongi, Jieun berdamai dengan perasaannya. Ucapan Yoongi saat itu adalah, "Aku tidak bisa menyukai wanita yang adalah temanku. Jadi sepertinya kita hanya bisa menjadi teman."

Ya, teman, teman kerja, teman bermain, dan teman biasa saja. Lagi pun, Jieun hanya mengungkapkan apa yang ia rasa tanpa mengharapkan apa pun. Anggap saja ia sedang mabuk.

Kembali pada topik mereka, akhirnya Yoongi angkat tangan untuk meng-edit naskah tersebut. Ia meminta Jieun menghubungi penulis untuk melakukan revisi hingga benar-benar terlihat membaik.

"Jika aku boleh komplen, seorang copy editor harusnya menerima naskah apa pun yang masuk. Merevisinya hingga naskahnya terlihat bagus dan rapi," kata Jieun dengan senyum kecil.

"Aku lebih baik mengundurkan diri menjadi editor daripada harus mengerjakan naskah hancur seperti itu. Ingat, editor juga manusia!"

Dan tawa Jieun pecah saat Yoongi menjawab dengan begitu kesalnya.

()

AyangAfrianti
20Des2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro