Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

― 5 ―

Tibalah hari penentuan kerja kerasnya. Kumiko merasa bahwa ia akan mendapatkan hadiah atas kegigihan selama ini, meskipun sebelum itu ia harus menghadapi sidang terlebih dahulu.

Benar, sidang akan rasa masakan dan Jun adalah juri yang akan menyidang. Kumiko memang tidak sepercaya diri seperti biasanya, karena memasak bukanlah bidangnya. Tapi, ia tentu saja akan membuat pria tersebut menyadari dan tersenyum tulus setelah memakan masakan ini.

Lain hal dengan Jun, ia malah kebingungan. Mengapa Kumiko memintanya untuk datang di saat seperti ini? Bukankah gadis itu sudah harus memberikan masakannya kepada sang penerima? Jun menghela napas, ia tidak mengerti akan jalan pikiran gadis berambut biru muda tersebut.

"Jun-kun, ayo coba cicipi! Bagaimana rasanya?!" seru Kumiko dengan iris berbinar.

Oh benar, Jun lupa. Tentu saja harus ada beta tester, berjaga-jaga jikalau masakan Kumiko tak sesuai selera.

Pemuda yang berada di unit Eden itu menggerakkan tangan kanan, mengambil omelet menggunakan sumpit lalu memakannya dengan tenang. Bentuk masakan Kumiko memang terlihat normal, namun tidak ada yang tahu seperti apa rasanya nanti.

Omelet seperti umumnya, meskipun sedikit asin dari omelet selama ini yang pernah ia rasakan. Jun menggumam, "lumayan. Tak buruk ...."

"Lumayan? Hanya itu?"

Jun tak tersenyum sama sekali seperti dugaan. Membuat Kumiko mengerutkan wajahnya, menatap cemberut pada Jun. Hah, padahal dia berharap untuk reaksi yang lebih wah dari ini. Mungkin, Kumiko terlalu berekspetasi tinggi pada masakan pertama yang ia persembahkan pada Jun.

Jun sadar akan tingkah si gadis. Kelopak matanya pun menutup, helaan napas yang keluar juga terdengar berat.

"Untuk hasil kali ini, bukankah itu sudah lebih dari cukup? Jangan bilang kau ingin memaksakan dirimu lagi hingga bisa mencapai tahap sempurna?" tanya Jun bertubi-tubi.

"Uh, bukan itu! Reaksi Jun-kun tak mencapai ekspetasiku, itu membuatku ... terasa gagal."

Jun mengerjapkan mata, berpikir apakah ada yang salah. Alisnya tertaut, tangannya mengambil potongan omelet lalu menyuapi Kumiko tanpa izin.

"Bagaimana? Lumayan, kan?" tanya Jun.

Kumiko cemberut, menggerutu lalu memukul tangan Jun. "Kok lumayan?! Ini enak, lho! Garamnya sudah pas!"

Kadar gula dan garammu itu seperti apa, sih? batin Jun facepalm.

Meskipun Kumiko terlihat seperti biasanya, wajah yang dibingkai rambut biru muda tersebut nampak sayu. Sepertinya masih kecewa akan reaksi Jun.

"Kumiko, kau ... kenapa?"

"Huh, Jun-kun ini. Aku belajar mati-matian untuk membuatkanmu makan siang tapi reaksimu biasa saja, tak senyum tulus saat seperti bersama Tatsumi-san. Lain kali aku tidak mau mentraktirmu," omel Kumiko.

Mendengar Kumiko yag mengomel seperti itu, membuat Jun tersadar. Kalau sebenarnya pemuda yang Kumiko tuangkan kerja keras selama ini adalah dirinya. Bagaimana bisa Jun tidak menyadari hal tersebut?

Jun menutup mulutnya. "Pfft―"

Kumiko menoleh, mendapati Jun yang berusaha menahan tawa. Wajah gadis itu memerah, entah karena marah atau malu. Ia sudah tak tahu lagi.

"Jun-kun kenapa, sih?!"

"Hahaha, aku? Itu karena kau! Lucu sekali, heh."

"Jun-kun menertawakanku, lagi?! Padahal aku berusaha keras agar aku bisa melihat kau tersenyum tulus, lho! Tapi kau malah seperti ini, huh."

Hanya perasaan gadis itu saja yang merasa diledeki, ia saja yang tidak sadar. Padahal Jun sudah merasa sangat senang, keberadaan Kumiko adalah hal tulus yang pernah ia rasakan selama ini.

"Terimakasih, ya."

Jun tersenyum dan berujar dengan nada kecil―mungkin ia berpikir kalau sang gadis tak mendengar. Yah apapun itu, saat ini Kumiko melebarkan irisnya untuk beberapa saat. Sontak saja, gadis itu menolehkan wajahnya, kemudian berjalan menjauh dari pemuda tersebut.

Pemuda bermarga Sazanami itu kembali mendekatinya, menyodorkan obento buatannya. "Hee, bagaimana kalau kita habiskan berdua ini? Aku jujur saja tidak tahan dengan kadar garam berdasarkan lidahmu."

"Jun-kun mengejek? Lidahmu saja yang lemah, blee!" balas Kumiko tak mau kalah.

Meskipun mereka kembali seperti hari-hari biasanya, rencana Kumiko tetap berhasil. Ia membuat pemuda itu tersenyum tulus padanya. Yah, meskipun harus dibilang secara langsung agar Jun menyadarinya.

Dan Hiyori, sosok yang sedari tadi memperhatikan dari tempat tersembunyi hanya bisa tersenyum bangga.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro