― 2 ―
Rencana pertama, membuatkan Jun bekal makan siang atau yang sering disebut obento. Meskipun Kumiko tidak tau memasak, tapi ia bisa meminta bantuan orang lain agar mewujudkan rencananya tersebut. Contoh, bantuan Ohiisan misal.
"Hm, Kumi-chan beneran mau belajar masak dari para chef-ku?" tanya Hiyori memastikan. Memang benar jika gadis itu sudah bertekad bulat, maka tidak ada yang bisa menghentikannya.
Kumiko mengangguk sebagai jawaban. Netra biru tuanya yang segelap lautan terlihat agak bersinar dari biasanya. Mulut kecil itu pun membuka, "Ohiisan akan membantuku untuk mengerjai Jun-kun, kan?"
Bohong, Kumiko tidak akan pernah berhasil mengerjai Jun dan dia sudah menyerah akan hal itu. Namun, nampaknya Hiyori percaya akan pertanyaan yang dilontarkan gadis tersebut. Sehingga memberikan reaksi yang cukup meriah―seperti biasa saat mood-nya membaik.
"Hm, hm! Tentu saja, aku akan membantumu!" ujar Hiyori seraya mengelus kepala Kumiko.
Ah, menyenangkan sekali berteman dengan Ohiisan. Tidak kayak di unit sebelah, batin Kumiko.
"Oh ya, sisanya akan kuserahkan padamu kalau begitu. Aku pergi dulu, ya! Dadah!"
Di toko ini, Hiyori telah berjalan keluar meninggalkan gadis biru tersebut. Perasaan senang mulai timbul di dadanya. Oh, Kumiko merasa kalau ia bisa saja berteriak senang. Tapi ia harus menahan diri dan menunggu chef tersebut datang.
Ia penasaran, akan seperti apa chef-nya nanti? Yah, walau situasinya agak aneh. Bagaimana bisa toko ini sangat sepi? Seakan tidak buka sama sekali. Bagaimana kalau orang itu tidak akan datang?
Kring!
Suara lonceng akibat pintu yang dibuka telah terdengar di indra pendengarannya. Kumiko menoleh untuk mengetahui siapakah yang akan menjadi gurunya nanti.
"Hah?" Kumiko membeo sejenak. Merespon dengan amat sangat tidak baik ketika mendapati pemuda dengan warna rambut biru tua dan iris emas berdiri di depan pintu.
"Jun-kun? Lho, kok ... bisa? Kok bisa Jun-kun ada di sini?!"
Gadis itu hampir menjerit histeris seraya menunjuk ke arah Jun kalau saja pemuda itu tidak menjitak kepalanya. Kumiko mengaduh kesakitan lalu memasang wajah cemberut.
Ia menghentakkan kakinya kekanakan, seperti biasa. Lalu mengulangi pertanyaannya, "Jun-kun kok bisa ada di sini?"
"Apa maksudmu? Ohiisan menyuruhku untuk menjemputmu karena dia bilang kau aneh sekali hari ini," balas Jun dengan alis yang tertaut kebingungan.
Iris biru tua segelap lautan itu membulat sempurna. Wajahnya yang putih, langsung dipenuhi rona merah di sekitar pipi.
OHIISAAAAAAN
"Huh."
Jun menghela napas, menyadari bahwa sepertinya mood gadis itu memburuk semenjak kedatangannya beberapa menit yang lalu. Meskipun ia tidak tau apa penyebabnya. Tanpa basa-basi, pria itu menggenggam tangan Kumiko. Membawa gadis tersebut keluar dari toko.
Masih dengan nada yang sama, pria itu berujar dengan harapan dapat membujuknya. "Kumiko, ayo jalan-jalan."
"Huh, anak Eve dan Knights sama saja. Aku mau jadi produser Ra*bits saja," ujarnya ngambek.
Yah, mulai lagi, batin Jun facepalm.
"Goddamn, kalau kau marah seperti itu―Ohiisan akan memarahiku nanti. Ayo cepat, katakan apa yang kau mau."
Mendengarnya, iris Kumiko berbinar. Sontak, ia mendekatkan diri pada Jun. Entah kemana perginya mood buruk tadi. Suara gadis itu pun terdengar riang seperti biasanya.
"Janji, ya! Aku mau belajar masak! Aku akan membuat seseorang terpukau dengan masakanku lalu ia akan tersenyum, hehe!" serunya bersemangat.
Jun mengernyit tak suka. Ada apa ini? Ia tak pernah melihat gadis tersebut begitu bersemangat membicarakan hal seperti ini untuk seseorang. Yah, kalau untuk si rambut merah kelas satu―siapa lagi kalau bukan Tsukasa―sudah bukan hal yang jarang karena gadis itu sangat sayang padanya karena menganggap sebagai adik.
"Untuk kouhai-mu, ya?" tanya Jun memastikan. Ia tersenyum miring selepas memasang wajah tak suka.
"Kalau Kasa-kun mah, beli dessert juga sudah cukup. Ngapain repot buat lagi."
Oh.
"Hah, untuk makanan simple, kupikir aku bisa mengajarimu." Jun menghela napas sesekali memijat pelipisnya.
"Lho, Jun-kun tau masak?"
Ngeremehin ternyata.
Jun tersenyum kesal lalu mengacak rambut Kumiko. "Tentu saja aku tau. Jangan samakan levelmu denganku, ya, haha."
"Jun-kun!"
Gadis itu merenggut tak suka karena rambutnya diacak tanpa seizin. Membuat Jun tertawa dengan maksud mengejeknya.
Dan rencana pertama setengah berhasil. Kumiko tidak tau, apakah pemuda itu akan menyadari tujuan dari rencananya. Yang pasti, hari tersebut diakhiri dengan Jun dan Kumiko yang saling meledek, lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro