06: Salah tingkah
"Ulangannya susah." Jinan beringsut. Dia yang semula duduk tegak di atas kursinya kini berubah, kepalanya dia letakkan di atas meja dengan tangan sebagai bantalan.
Ulangan harian matematika kali ini Jinan akui agak sulit, padahal menurutnya saat belajar materi itu dia mengerti, tetapi pada saat pengerjaan otaknya justru tidak bisa diajak kerja sama. Dia khawatir nilainya kurang bagus atau lebih parah lagi di bawah KKM.
"Nggak apa, lo udah usaha keras." Jisel menyemangati sahabatnya yang tampak tak bersemangat.
"Tapi kalau di bawah KKM gimana?" tanya Jinan. Wajah yang terlihat lesu itu menghadap Jisel, membuatnya spontan tertawa kecil.
"Pesimis amat idup lo," cibir Jisel sembari tangannya mengusap wajah Jinan yang tentu saja mendapat decakan.
Tadi pagi suasana hati Jinan baik, dia bahkan banyak tersenyum, tetapi sekarang keadaan berbalik. Dia sedang dalam kondisi lemah, letih, lesu, loyo, letoy atau biasa disebut 5L.
"Ini bukan pesimis, tapi namanya jaga-jaga!" kata Jinan tak terima dikata pesimis.
Jisel terkekeh, Jinan memang selalu punya jawaban konyol dari setiap kalimat yang dilontarkannya.
"Mau jajan nggak?" tanya Jisel mengalihkan topik.
Sekarang jam istirahat kedua dan setelah ulangan tadi mereka masih ada di kelas. Sama-sama malas pergi ke kantin yang sudah pasti penuh dengan para murid.
"Enggak."
Jisel geleng-geleng melihat kelakuan Jinan yang seperti ini, ralat, hampir semua kelakuan Jinan membuatnya geleng-geleng.
"Buat lo." Seseorang datang dan meletakkan satu bungkus roti dan susu di meja Jinan.
Jinan mendongak untuk melihat siapa pelakunya. Dalam hitungan detik matanya melebar, sadar siapa yang ada di depannya, Jinan buru-buru duduk merapikan posisinya.
Ansel. Itu Ansel! Jinan yakin dia tidak salah lihat, ini bukan skenarionya sebelum tidur apalagi mimpi. Ini sungguhan!
Melihat Jinan yang memandang Ansel dengan tak biasa, Jisel terkikik geli. Seperti bisa membaca pikiran Jinan, Jisel lantas berkata, "nyata kok, Ji."
"Hah? Eh-oh lo ngapain, Sel?" Jinan malah jadi salah tingkah.
"Buat lo, gantiin yang waktu itu," kata Ansel. Jinan segera memutar kembali ingatannya. Dia tersenyum kala tahu apa yang dimaksud.
"Serius?" tanya Jinan sedikit tak percaya, bagaimanapun ini terasa aneh.
"Serius."
"Oke terima kasih!" ucap Jinan girang.
"Terima kasih kembali." Usai berkata demikian, Ansel pergi ke tempat duduknya. Jinan yang melihat pemandangan itu hanya bisa menahan teriakannya.
"Gila maksudnya apa secakep itu? Maksudnya apa bilang 'terima kasih kembali' sambil berdamage gitu? Pingsan gue, Mal." Jinan bertingkah seperti orang pingsan pada umumnya, Jisel yang harus menahan berat badan Jinan pun mau tak mau memukul lengan perempuan itu.
"Bangun, Ansel nggak suka cewek yang alay lebay modelan lo!" seru Jisel dibarengi gerakannya mendorong tubuh Jinan agar duduk tegap.
"Ciaelah jantung gue, Mal!" Tangan Jinan memegang dadanya, mendramatisir keadaan.
Ya beginilah Jinan dengan suasana hati yang cepat berubah. Sebentar murung, sebentar ceria. Hal yang membuatnya sedih tidak memengaruhi kesenangannya sekarang, pun sebaliknya.
"Lo ngapain?" tanya Jisel heran ketika Jinan memainkan handphonenya.
"Nyari wedding organizer buat gue sama Ansel yang sehari jadi." Jawaban ngawur Jinan tentu saja mendapat bogem mentah dari Jisel.
Pendek dulu yaw! Ngomong-ngomong kalau kalian ngerasa tulisannya berantakan atau ada plot hole, aku minta maaf karena aku emang selalu nulis dulu baru revisi belakangan
Ini juga riil, pas ulangan mtk nggak tau kenapa otakku ngeblang. Jadi, Jinan adalah aku wkwkwk tapi kayaknya kita semua adalah Jinan ahahahaha
Minimal vote komen lah ya wkwkwk
[230922]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro