Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03: Perpustakaan dan Lesmana

"Cakep bener," puji Jisel saat melihat foto di story instagram temannya.

"Siapa?" tanya Jinan penasaran.

Jam kosong di kelas mereka gunakan untuk berselancar di dunia maya. Jinan membuka aplikasi twitter, sedangkan Jisel membuka instagram.

"Ansel." Jawaban singkat Jisel dibalas tabokan oleh Jinan. Cewek itu tidak terima dengan pernyataan yang diucapkan Jisel, sedangkan yang ditabok hanya menunjukkan wajah masamnya. Padahal kalimat tadi tidak bermaksud apa-apa, tetapi Jinan malah berpikir yang tidak-tidak.

"Jangan gitu dong, gue nggak mau saingan sama lo," kata Jinan seolah-olah Jisel ini suka pada Ansel.

"Apaan tadi?" Jinan segera beralih ke topik awal.

Jisel menyodorkan handphone-nya. Terpampang jelas foto Ansel bersama Jena dan Lesmana.

"Ih darimana itu?" tanya Jinan.

"Story instagram-nya Ansel."

Mendengar itu Jinan spontan merengut, dia tidak bisa melihat akun instagram Ansel karena akun miliknya tidak di-accept. Padahal Jinan dan Jisel mengikuti di waktu yang bersamaan, tetapi sampai sekarang hanya Jisel saja yang diterima. Sepertinya Ansel sengaja melakukan itu.

***


Jam istirahat kedua Jinan pakai untuk mengembalikan novel yang dia pinjam dari perpustakaan. Iya, begitu-begitu juga Jinan suka membaca.

"Mau pinjem lagi, Ji?" tanya penjaga perpustakaan yang merupakan kakak kelasnya.

"Liat-liat dulu deh, Kak," katanya sembari memberikan novel yang dia bawa ke Resa, nama penjaga perpustakaan.

"Ada novel baru di rak ujung loh, Ji!" ucap Resa menunjuk rak yang dimaksud.

Mata Jinan berbinar. Dia bergegas mencari novel tersebut. Di saat dia ingin mengambil novelnya, sebuah tangan juga hendak melakukan hal yang sama. Jinan menoleh, dia terkejut melihat sosok di sampingnya.

"Loh Lesmana!" seru Jinan.

Lelaki yang namanya disebut itu hanya tersenyum. Dia mempersilakan Jinan mengambil novel itu.

"Nggak apa?" tanya Jinan tak yakin, pasalnya novel itu hanya tersisa satu.

"Nggak apa, ambil aja."

"Makasi!" ucap Jinan.

Lesmana mengangguk, dia beralih ke rak lain untuk mencari novel yang sekiranya menarik. Jinan memerhatikan gerak-gerik lelaki itu, seharusnya yang dia lakukan adalah kembali ke Resa untuk mengisi data peminjaman buku, tetapi entah kenapa dia malah mengikuti Lesmana.

"Lah ngapain di sini?" tanya Lesmana heran ketika Jinan berdiri di sebelahnya.

"Bareng aja ke kelasnya."

Lesmana mengiyakan, dia melanjutkan lagi aktivitasnya, sementara yang dilakukan Jinan hanyalah mengamatinya. Sebenarnya jika dilihat-lihat lagi Lesmana itu tampan sekali, bahkan Jinan akui lebih tampan dari Ansel. Lesmana juga baik dan ramah, berbanding jauh dengan Ansel yang cuek, mungkinkah seharusnya Jinan menyukai Lesmana? Bukan Ansel yang boleh jadi tidak pernah menganggap dirinya ada. Buru-buru Jinan menggeleng, pikiran seperti itu harus ditepis.

"Cowok modelan lo beneran jomblo, ya?" Jinan berkata tiba-tiba.

Lesmana terkekeh, tidak menduga Jinan akan bertanya demikian.

"Kenapa? Lo mau daftar jadi calon pacar gue?" tanyanya bercanda.

Jinan berdecak. Ucapan tadi seakan-akan Lesmana ini banyak yang suka, tetapi mustahil juga cowok seganteng dia tidak ada yang suka.

"Atau maunya Ansel?" Setelah dibuat kesal karena tingkat percaya diri Lesmana, kini Jinan dibuat salah tingkah karena kalimatnya barusan.

"Diem deh lo!" katanya malu-malu. Membahas Ansel memang hal yang bisa membuat suasana hatinya membaik.

"Pesona Ansel kuat banget, ya?" tanya Lesmana.

Jinan mengangguk semangat. "Ansel tuh biasa aja, tapi entah kenapa rasanya dia kayak istimewa gitu lah pokoknya."

Tidak ada kalimat yang bisa menjelaskan seberapa istimewanya Ansel. Meski terlihat biasa saja, tetapi Ansel tidak sesederhana itu.

"Setuju sih gue," ucap Lesmana sambil mengambil novel yang baru saja dia baca blurbnya.

Lesmana menoleh pada Jinan, segera paham apa yang dimaksud, keduanya segera mengisi data peminjaman buku dan kembali ke kelas. Tentu saja dengan obrolan tentang Ansel yang masih berlanjut.

"Ansel beruntung banget nggak sih diperjuangin sama lo," celetuk Lesmana.

Jinan menghela napas. Mungkin harusnya seperti itu, tetapi entah kenapa Ansel malah seperti tak suka.

"Harusnya, tapi faktanya?" Jinan cemberut.

"Lagian kenapa deh dia begitu? Lo tau alesannya?" Pertanyaan Jinan tidak langsung dijawab, yang ditanya sedang memikirkan jawaban yang tepat.

"Mungkin dia ragu, karena jujur aja kalau gue jadi Ansel juga bakal ngerasain hal yang sama." Lesmana berkata dengan sedikit gurauan. Dia khawatir menyinggung perasaan temannya.

Jinan manggut-manggut. "Mungkin kali, ya? Padahal gue beneran suka sama dia."

"Ansel tuh sukanya apa sih?" tanya Jinan penasaran.

"Yang pasti bukan lo," jawab Lesmana bercanda. Sontak saja mata Jinan melebar, dia memukul bahu lelaki di sampingnya tanpa peduli itu sakit atau tidak.

"Kebanyakan bergaul sama Jena nih," celetuk Jinan menanggapi kalimat nyelekit tersebut.

Jena memang dikenal sebagai tukang julid nomor satu di kelas. Apa saja dia komentari, dari hal penting sampai yang tidak. Ucapannya yang terus terang dan impulsif tak jarang membuat orang lain kesal. Ya begitulah, Jena si tukang julid.

"Ansel suka apa, ya? Suka novel kayaknya, beberapa kali dia bawa novel ke sekolah."

Lesmana yang bisa dibilang teman dekat Ansel saja berpikir cukup lama mengenai hal yang disukai pemuda itu, apalagi Jinan yang jika ingin tahu tentang Ansel selalu mengalami kesulitan.

"Ah bener juga." Jinan jadi teringat momen di mana dia melihat Ansel ke luar dari gramedia beberapa bulan lalu.

Berbicara soal gramedia Jinan jadi kepikiran sesuatu yang berkaitan dengan Ansel.

Vote komen itu gratis yaw 🤍

[030922]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro