Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01 | Alin & Sindromnya

This story is dedicated to turmalin_

Baru-baru ini Alin menjadi buah bibir di fakultasnya, bahkan mungkin sampai ke fakultas-fakultas lain. Terdengar kabar burung bahwa Alin mempunyai sindrom tak dapat berdiri di depan orang yg dia suka.

Sontak topik itu menjadi perbincangan hangat di fakultasnya. Ada yang menanggapi dengan iba, ada yang menanggapi dengan julid bahwa Alin hanya pura-pura jatuh di depan doi untuk mencari perhatian.

Nyatanya itu benar 😳

Insiden ini dimulai saat Alin diam-diam naksir ke salah satu cowok di fakultasnya yang terkenal. Ia baik hati, pintar, tampan. Tak heran menjadi primadona para ciwi-ciwi. Tak terkecuali Alin yang ikut terpesona padanya.

"Sumpah ... gimana ya caranya biar gue bisa ngobrol sama doi?"

Alin bermonolog pada dirinya sendiri di siang bolong. Nyaris putus asa mencari cara agar dapat menarik perhatian cowok idamannya, Farid. Rasanya sungguh menjengkelkan hanya dapat diam mengamati dari jauh layaknya outcast dan Farid si tokoh utama cowoknya.

Sepersekian detik ide konyol nan membagongkan itu muncul di benaknya. Di novel-novel teenfic satu-satunya cara agar dapat menarik perhatian cowok adalah dengan cara jatuh di dekatnya. Maka mulailah Akun menjalankan aksi konyolnya.

Di setiap kesempatan Alin selalu berusaha terjatuh di dekat Farid. Hingga tanpa dia sadari perilaku tersebut lama-lama berubah menjadi kebiasaan. Bahkan sekarang menjadi topik hangat pada mahasiswa.

Mahasiswa dapat langsung menebak bahwa Alin suka dengan Farid dari tindakan terjatuhnya selama ini. Bahkan sampai bosan dan muak melihatnya. Namun mereka mulai menyadari kejanggalan-kejanggalan, bahwa Alin sengaja atau tidak sengaja selalu terjatuh tiap Farid ada di dekatnya.

Hingga kabar tersebut tersampaikan ke telinga doi, yaitu Farid. Pemuda tersebut segera menghampiri Alin untuk berbicara langsung secara 4 mata. Maka untuk pertama kalinya Alim dapat berbicara dengan doi secara dekat, bahkan bukan ia yang menghampiri, tapi pemuda itu yang menghampirinya!

Walau begitu, itu bukan sesuatu yang dapat ia banggakan. Jujur Alin sendirii takut, menyesal telah melakukan tindakan bodoh itu. Ia tidak mengira dampaknya akan sebesar ini bahkan sampai menjadi sindrom. Ia merasa sangat bersalah telah merepotkan Farid. Satu-satunya cara adalah minta maaf dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Alin harap pemuda itu sudi menerima maafnya.

Mereka janjian bertemu di kafe dekat kampus jam 3 sore. Sekarang pukul 2.45, Alin sedang dalam perjalanan naik mang ojek online. Ia harap pemuda itu tak menunggu lama. Pukul 2.57 Alin memasuki kafe. Dengan mudah ia menemukan sosok pemuda yang dicari.

Segera saja Alin berjalan menghampirinya. Begitu mata mereka bertatapan secara dekat, refleks Alin lupa bagaimana caranya berdiri dan terjatuh. Membuat suara gaduh di kafe hingga beberapa orang menoleh untuk sekedar mencari tahu.

"Jadi ... rumor tersebut benar ya?"

Alin terdiam, tak dapat mengeluarkan sepatah katapun kecuali anggukan. Helaan panjang terdengar dari Farid. Ia menopang dagu dan menatap Alin insten membuatnya sedikit salah tingkah. Namun setelah itu tak sepatah kata terucap dari masing-masing bibir.

Alin pun berinisiatif untuk meminta maaf duluan, "Emm anu, maa—"

"Selama ini kau pasti kerepotan, maaf yah."

Ucapannya terputus. Alin kaget, cengo, bingung, terheran-heran. Apa ia tak salah dengar? Doi meminta maaf karena perbuatan bodohnya?

"Sudah sejak kapan kau menyukaiku dan mengalami hal ini?"

Alin mengusap tengkuknya, bingung mau menjelaskan seperti apa. "Entahlah, aku tidak begitu ingat ...."

Diam kembali mengisi kekosongan. Pemuda tersebut berdeham dan kembali menatapnya. "Sudah coba cek ke dokter?"

Sontak Alin segera menolaknya. "Eh, gak perlu! Bukan hal serius sampai harus periksa ke dokter kok!"

Farid kembali menghela napas, "Tetap saja aku merasa tidak enak, kau jadi seperti ini karena menyukaiku. Apakah itu konyol? Bagaimana nanti jika ada kegiatan di fakultas yang mengharuskan kita bersama?" Alin menunduk, tak juga menemukan solusi dari permasalahan itu.

"Gini deh, nanti aku antar kamu ke rumah sakit buat periksa dan konsultasi. Kamu ga perlu khawatir karena biayanya akan aku tanggung."

Alin membelalakkan matanya. "Eh, ga usah!"

"Udah ga apa-apa, kalau begitu aku jadi ngerasa tenang. Kalau sindrom kamu dibiarin gitu juga aku jadi ngerasa laki-laki yang gak bertanggung jawab."

Alin ga tahu dia kerasukan apa. Bukannya sedih, atau marah, ia justru senang dengan perhatian besar yang dikasih oleh pemuda itu. Di dalam sana jantungnya menggila, debarannya bahkan bisa dia dengar. Wajahnya pun kian memanas.

Alin tahu tidak seharusnya ia merasa begini, tapi bolehkah ia mengambil sedikit keuntungan lagi dari perhatian pemuda itu?

Alin mengangguk, "Yaudah kalau itu bisa membuatmu nyaman."

Setelah itu Alin selalu konsultasi ke dokter setiap sebulan sekali, dan dengan sabar Farid selalu menemaninya. Bukannya kondisi kaki Alin semakin baik, Alin malah didiagnosa akan lumpuh selamanya karena doi selalu berada di dekatnya sepanjang waktu.

— The End —

Amanat : Jangan jadi budak cinta dan memanfaatkan perhatian orang seenaknya jika tidak mau lumpuh 💌💫

Semoga ceritanya dapat menghibur dan hikmahnya bisa sampai ke kalian semua yaa 😇

Dan untuk kak Alin tersayang (uwu)  semoga bisa lebih bijak dalam menyikapi perasaan sukanya ya aww ꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

- Warm hug, Hayla 🧚🏻‍♀️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro