Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in wonderland | 7

Rachel: akhir-akhir ini makin kepo sama hidupnya yang makin aneh.

Lathan: akhir-akhir ini lagi banyak mikir.

Sena: akhir-akhir ini lagi seneng liatin Rachel.

Bella: Akhir-akhir ini lagi sering ngebacot, "Sumpah ya USBN praktek, USBN teori, UN, UJIKOM GAK ADA JEDA!"

Kamu, akhir-akhir ini lagi apa?

🔸C h a p t e r   7🔸🔶

Aku pernah patah. Sampai kamu datang menjamah rasa yang tak mau beramah-tamah. Akhirnya, siklus bodoh itu tak pernah berkesudah.

🎼

Rachel menyimpan sebuah roti juga susu di depannya. Kafetaria jika masih pagi cukup sepi. Penjual saja baru bersiap memasak dagangannya. Rachel mengeluarkan laptop, memastikan  file untuk presentasi hari ini ada. Setelah mengotak-atik sebentar, Rachel kembali menutup laptop tersebut dan hampir saja Rachel jantungan, ketika seorang perempuan sudah duduk di hadapannya.

Bagaimana Rachel bisa tidak menyadari kehadirannya?

"Apa lo liat-liat!" ucapnya ketus, jelas-jelas dia yang memerhatikan Rachel duluan.

"Kalau sakit di rumah aja, gak usah ke sekolah!" sarkas Rachel yang membuat perempuan itu melotot.

"Lo pikir gue sakit, ha?" tanyanya melengking.

Rachel semakin mengerutkan kening, membuka rotinya. "Gue gak bilang lo sakit, ngerasa?" Rachel berujar sangat santai.

Cewek itu memutar bola mata, "Mungkin gue salah orang," ucapnya kemudian beranjak. "Mungkin Rachel Zui yang gue cari gak akan se-rese ini," lanjutnya.

"Ya, lo salah orang. Kenapa nyari Rachel Zui? Gue kenal baik dia," ucap Rachel memakan kembali rotinya.

"Karena dia berurusan dengan Bebep Kaisar gue! Semua yang berhubungan sama Kaisar pokoknya berhubungan sama gue!" ucapnya mengintimidasi.

Rachel mengangguk, cewek itu salah satu yang pernah Rachel temui di toilet, yang roknya kurang bahan.

"Menurut penglihatan gue sih, Bebep Kaisar lo itu pasti lebih milih lo ketimbang Rachel Zui," ujar Rachel membuat mata perempuan itu berbinar.

"Kalau seandainya paha lo gak diliatin sana sini, belahan lo gak di umbar, dan kalau lo gak tolol." Rachel beranjak, mengambil laptop juga susu kotak yang belum sempat ia minum. Bisa ia pastikan cewek itu murka sekarang.

"Lo berani sama gue?" Perempuan satu tingkat diatasnya menarik lengan sweater yang dikenakan Rachel.

"Apa yang perlu gue takutin?" tantang Rachel membuat orang-orang semakin berkerumun.

Perempuan itu juga menarik resleting jaket agar dia bisa melihat badge nama yang tercantum pada dada kanan Rachel.

"Oh jadi lo," ucap Clary, nama yang baru saja Rachel baca di nametag kakak kelas itu.
Rachel membenarkan sweater-nya.

"Rachel Zui yang ternyata gak seberapa cantik! Gue kira lebih baik dari temennya yang mati itu!" Clary berucap sangat tajam.

Sebenarnya tangan Rachel gatal untuk menampar mulut sampah itu. Hanya saja laptop menglahangi dan tangan satunya lagi sedang terluka.

"Dibayar berapa semalem?" tanyanya semakin kurang ajar.

Plakk!

Rachel menamparnya dengan tangan yang terluka, terasa sakit di tangannya itu dan bisa ia rasakan bahwa cairan segar akan kembali menetes di perbannya.

"Sialan!" Kakak kelas itu menjambak rambut yang semula Rachel cepol kini tergerai bebas. Clary merebut laptop Rachel secara paksa, menjatuhkan kemudian menginjaknya.

Orang yang menonton cukup terkejut, pasalnya ini masih pagi. Rachel membulatkan matanya, hampir saja ia menarik lengan Clary jika saja tangan itu tidak membawanya keluar dari kerumunan.

"Lepasin gue!" ucap Rachel berusaha menepis tangan yang enggan melepasnya, membawanya pada suatu tempat.

Mereka berhenti tepat di sebuah ruangan. Cowok itu mengambil kunci dari saku celananya, membuka ruangan tersebut dan membawa Rachel masuk.

"Ngapain lo pake acara tarik-tarik gue!" Bentak Rachel kesal, mengabaikan telapak tangannya yang kini kembali meneteskan darah.

Lathan melipat tangan dibawah dadanya.

"Lo pikir berantem di depan umun itu bukan sesuatu yang tolol?"  tanya Lathan tak habis pikir, Lathan seperti merasakan dejavu.

Dulu, ia pernah melakukan hal yang sama terhadap orang yang berbeda. Tapi dulu, alasan Lathan itu jelas, karena Lathan melindungi perempuan itu, karena Lathan tidak ingin perempuan itu terluka.

Tapi sekarang? Memangnya siapa Rachel? Menaruh rasa pada gadis itupun tidak. Tapi kenapa nalurinya berkata bahwa Lathan harus melakukan hal yang sama? Bahwa Lathan harus membuat gadis itu aman.

"Cewek itu yang tolol! Lo yang bikin cewek itu tolol!" jawab Rachel mengabaikan rasa sakit yang semakin menjadi pada telapak tangannya.

Lathan mendekat, memegang lengan kiri Rachel yang terluka. Rachel mengepal tangannya erat, namun Lathan berusaha membuka kepalannya.

"Lo mau mati gara-gara abis darah? Gak ada cara yang lebih elit apa?" ucap Lathan yang kini berhasil membuka tangan kiri Rachel yang semula terkepal.

Dibukanya perban yang pasti sudah Rachel ganti. Lathan menggiring lengan itu pada wastafel yang berada di dalam ruangan. Mencuci tangan Rachel yang sudah mulai coklat tertutupi sebagian darah yang mengering.

Lukanya memang cukup dalam, apalagi luka di telapak tangan itu cukup lama sembuh. Lathan menggeser kursi, mengisyaratkan Rachel untuk duduk. Dia mengambil kotak P3K yang berada di kolong meja, mengeluarkan kapas, rivanol, perban juga beberapa helai tisu.

Rachel memerhatikan setiap gerik cowok itu, bagaimana caranya menyentuh, memerhatikan, juga berucap ketus. Yang perlu Rachel kuasai sekarang adalah, detak jantungnya yang tidak berirama. Seolah ini tidak mau berakhir.

Gadis itu kemudian menggelengkan kepalanya kuat, apa yang dia pikirkan? Rachel tidak mau tersihir oleh pesona seorang Lathanael Kaisar, tidak boleh. Jika mau, harus Lathan duluan yang jatuh cinta, bukan dirinya.

Perban itu selesai dipakaikan. Rachel mendengus, dirinya berada di ruang jurnalistik. Penuh dengan kertas, juga foto dan dokumen yang tidak mau ia ketahui.

"Arghh!" Gadis itu mengerang mengingat laptopnya, sesaat kemudian ruang jurnalistik itu diketuk.

Lathan membukanya kemudian seorang cowok yang tidak Rachel ketahui namanya itu masuk sambil membawa laptop milik Rachel.

"Gue Keenan!" Cowok bernama Keenan itu mengulurkan tangan. Rachel menyambutnya tanpa mengucap nama.

Lathan sudah membuka laptop Rachel, namun laptop itu mati.

"Lo pake aja dulu punya gue." Lathan mengeluarkan macbook dari dalam tas hitam, menyerahkannya pada Rachel.

"Pulangnya, lo ambil punya lo kesini."

"Gue gak mau berhutang budi sama lo!" ucap Rachel membuat Keenan terkekeh,

"Keraddd boss!" komentar Keenan.

Seorang cowok satu lagi masuk, "Hai! Bintang disini!" ucap cowok itu terlihat sangat ceria dan konyol. Lathan dan Keenan mengusap wajahnya kasar, membuat Bintang tertawa.

"Kalau lo anggap dengan gue minjemin laptop, lo harus balas budi. Terus yang kemaren itu apa? Lo harus balas budi seperti apa atas yang gue lakuin?" ucap Lathan membuat Rachel langsung mengambil macbook di tangan Lathan dan keluar ruangan, menghindar dari tiga orang kurang waras dalam ruang jurnalistik itu.

Mana Lathanael Kasar yang menurut orang beku? Gak ada beku-bekunya tuh! Batin Rachel sepanjang koridor.

***

"Lo kok tumben deket sama cewek, udah move on emang?" tanya Keenan ikut memerhatikan Lathan yang mengotak-atik laptop di depannya yang tak lain milik Rachel.

"Gue cuma penasaran, dia temen sebangkunya Ralin," jawab Lathan jujur.

Bintang menganggukan kepala, "lo mau cari info tentang Ralin dengan cara deketin dia? Sama aja lo manfaatin dia, Boss!" ujar Bintang yang tiba-tiba bijak.

Mereka dekat, karena sejak SMP mereka sudah satu kelas.

Lathan melirik Bintang, "Kalau gak ada yang sampe naro rasa, ya, sah-sah aja. Lagian tuh cewek kayaknya gak berperasaan, gak peduli, galak, bringas." Lathan mengambil obeng kecil berwarna merah.

"Tang! Taruhan yok!" Keenan berucap nyaring.

"Baru gue mau ajak lo taruhan Nan!" balas Bintang lebih nayaring.

"Menurut lo, siapa yang bakal luluh duluan Tang?" Keenan lagi-lagi berucap menarik perhatian Lathan.

"Diliat dari ilmu kekuningan gue sih, kayaknya tuh cewek deh!" Bintang menjawab, dan Lathan menahan bibirnya agar tidak tersenyum, mereka konyol.

"Kalau gue liat dari gelagat ceweknya sih, kayaknya cowoknya duluan yang luluh!" Keenan melihat Bintang.

"Yang kalah bayarin tiket konser bulan depan ya?" Keenan berucap mantap.

Bintang menjabat tangan Keenan. "Deal!" ucap Bintang lebih mantap.

TBC

Hai, gimana? Bisa kan jalanin semuanya? Ini udah awal Maret. Apa harapan kamu kedepannya?

Buat kamu yang belum bersyukur hari ini, ayo jangan lupa bersyukur dulu. Karena sebenarnya, jika kamu mengeluh ini itu, diluaran sana masih banyak orang yang ingin berada di posisi kamu sekarang.

Kemarin-kemarin, aku diajarkan bertahan dalam kondisi sulit.

Emang susah, pengen nyerah. Ada yang sama?

Disitu, aku ubah pola pikir biar seenggaknya bisa bertahan kemudian cepat keluar dari kondisi sulit itu.

Aku menitikberatkan, kalau seandainya apa yang digariskan tuhan itu adalah yang terbaik buat aku kedepannya.

Mungkin, yang kita mau itu bukan yang terbaik menurut Tuhan. Jadi, kalau kamu berpikiran bahwa Tuhan tidak mengabulkan doamu, kamu salah besar.

Balik lagi, Tuhan tau yang terbaik buat kamu.

Sabar yaa, sedikit lagi kamu pasti beruntung.

Bellaanjni
Author jahat yang.. Kalian sayang aku gak sih?

Bandung, 1 Maret 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro