Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in Wonderland | 36

Bismillaah, semoga terbit cetak! Aamiin. Follow me on  instagram; bellaanjni.

Komen yang banyak gamau tau 😣😣😣


Chapter  36

Ada sebuah rasa kecewa yang enggan pergi. Berasal dari harap yang dibuat oleh diri sendiri. Ternyata benar, bukan salahmu jika kini aku merasa tersakiti. Ulahku, yang mengagumi  tanpa tahu diri.

🎼

"Gue gak tahu apa maksudnya, tapi gue yakin lo terlibat." Bintang menyeruput secangkir mokacino di depannya.

Mereka sedang berada di salah satu kafe dekat sekolah. Jam baru menunjukkan pukul satu siang tapi kelas 12 sudah dibolehkan pulang.

"Gue tahu pikiran lo lagi banyak, apalagi waktu tahu kalau nama lo tertulis jelas di kertas itu. Tapi, Than, gak seharusnya lo bersikap kayak di kantin tadi depan Rachel, dia gak tahu apa-apa." Keenan berujar serius.

"Iya tuh, lo udah denger juga kan kenapa Rachel ada sama Bidi? Mereka gak sengaja ketemu dan kebetulan Rachel lagi ada urusan sama tuh cowok." Bintang lagi-lagi menambahkan dan Lathan hanya diam.

Ponsel Bintang bergetar di atas meja. Cowok itu menatap layar dan membaca pesan yang masuk. Tak lama, Bintang beranjak dari tempatnya duduk. "Gue duluan ya!" ujarnya menyimpan selembar uang berwarna biru di atas meja.

"Tumben lo!" cibir Keenan yang dibalas kekehan oleh Bintang.

***

Guru rapat tapi tingkat satu dan dua belum boleh pulang karena katanya, guru hanya rapat sebentar. Rachel memainkan ponselnya tidak minat. Siswa di kelas 11 IPA 1 itu sedang bermain poker, meski itu dilarang di sekolah.

Tawa mereka menggelegar, beberapa siswa seperti Dito dan Arya mengambil bedak milik Tania dan liptint milik Rachel pun turut menjadi sasaran. Yang kalah mereka dandani, kemudian Rachel terbahak melihat Sena yang sudah cantik.

"Ck! Sialan!" ujar Sena ketika menatap dirinya depan cermin. Bisa Rachel lihat bahwa Sena mengambil tisu dan mengelap bibirnya yang merah merona, membuat tawa siswa kelas ini pecah.

Ngomong-ngomong, Rachel sekarang tidak melihat keberadaan April. Ke mana perempuan itu? Rachel bangkit, sudah lama ia tidak bermain piano. Dan kabar baiknya, katanya ekskul piano akan diaktifkan kembali karena pihak sekolah sudah menemukan guru baru.

Rachel menuju ruang musik. Ia masih kesal dengan Lathan, baru saja cowok itu mengiriminya pesan namun Rachel masih enggan membalas pesan tersebut. Rachel akan terus melanjutkan langkahnya, andai saja jika ia tidak melihat apa yang terjadi di depannya.

Gadis itu mundur kembali saat akan berbelok di koridor menuju ruang musik. Karena tepat di depan ruang musik, ia melihat April dengan Bintang. Sepertinya mereka mengobrol serius karena keduanya jelas menahan volume suara.

Karena koridor ini tiba-tiba berubah sepi semenjak kejadian Ralin, jadi sayup-sayup Rachel mendengar apa yang mereka berdua bicarakan.

"Please lo jangan kasih tahu siapapun, itu akan memperburuk suasana. Ini udah berlalu, gue gak mau masalah baru bermunculan." April berujar serius, dan sepertinya April menangis.

Apa yang jangan dikasih tahu siapapun? Rachel semakin penasaran.

Rachel bisa melihat bahwa Bintang mengedik, "Sebaik-baiknya lo menyembunyikan bangkai, baunya bakal tercium juga. Orang-orang bakal tahu, cepat atau lambat, dari gue maupun dari orang lain."

"Tapi gue mohon sama lo, Kak. Cukup berhenti di lo," April lagi-lagi memohon.

"Lathan udah tahu tentang nama dia yang emang tertulis di sana, dia sahabat gue. Dia juga mati-matian nyari penyebab kematian Ralin, bukan salah gue kalo dia bentar lagi bertindak."

Rachel masih mencerna apa yang baru saja Bintang ucapkan, jadi, mereka tahu tentang kematian Ralin? sebenarnya Rachel gemas ingin segera meluapkan emosinya karena mereka terkesan menutup-nutupi sesuatu, namun sebisa mungkin Rachel menahan.

"Bahkan dia sampai rela-relain deketin Rachel cuma biar tahu lebih jauh tentang Ralin. Padahal lo tahu? Lathan itu cowok yang paling ogah deketin cewek duluan! Gue kasih tahu kalau Lathan adalah orang yang disebut Ralin sebagai Awal. Gue gak tahu apa maksudnya, dan sekarang cowok itu pun lagi kacau," jelas Bintang.

Rachel mematung seketika. Lathan deketin gue cuma buat cari informasi tentang Ralin?
Suara langkah kaki semakin mendekat.

mungkin pembicaraan mereka telah selesai. Tepat saat mereka berbelok, Rachel berujar. "Apa yang mau lo sembunyiin, Pril?"

Baik April maupun Bintang mematung, "Hel? Sejak kapan lo?" tanya Bintang kehabisan kata-kata.

"Sejak tadi, gue denger semuanya, Kak!" jawab Rachel yakin.

April menunduk sekarang sementara Rachel berdiri di depannya. "Jadi apa yang lo sembunyiin?" tanya Rachel tenang sementara air mata sudah berderai di pipi April.

"Udah, kita bicarain semuanya baik-baik." Bintang mencoba menengahi.

Bintang menarik keduanya masuk ke dalam ruang musik, menghindari perhatian dari luar. Lagi pula, mau berteriak sekeras apapun, ruang musik ini kedap suara.

Rachel masih menatap April tajam, "Pril, gue gak mau maksa lo buat jawab pertanyaan gue sebelumnya. Tapi tolong, jawab yang ini. Apa orang yang selama ini disebut Akhir itu adalah lo?" tanya Rachel setenang mungkin namun April masih diam, gadis itu tidak bisa membendung air matanya.

"Jawab, Pril!" Bintang melipat tangannya dan berdiri di ambang pintu.

"Lo gak akan ngerti, Hel!" ujar April tersengal.

"Gue ngerti semuanya!" bentak Rachel tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Apa lo gak tahu gimana rasanya dijadikan umpan biar cowok yang sayang sama Ralin tahu apa penyebab kematiannya? Gue gak ngerti salah gue di mana, tapi orang-orang sekitar gue emang bener-bener jahat ya! Jadi lo sekarang tinggal jawab aja! Apa lo, orang yang disebut Akhir?"

Air mata Rachel saja sudah berderai entah sejak kapan, mengingat ucapan Bintang jika Lathan mendekatinya hanya karena ingin mengetahui informasi lebih. Itu jauh menyakitkan dibanding ketika melihat Lathan memberi Clary es krim.

April mengangguk, "Iya, gue! Akhir itu gue! Puas lo!" ujar April keras.

Bintang membulatkan matanya, tidak percaya jika ia baru saja mendengar bahwa April mengakuinya. "Bodoh!" Bintang berujar keras lantas keluar dari ruang musik, membanting pintu dengan keras dan cukup membuat mereka berdua diam beberapa saat.

"Gue gak nyangka lo semunafik itu! Salah Ralin apa sih sampe lo kayak gitu? Lo teror dia! Lo bikin dia tertekan! Apa lo tahu? Ralin punya sindrom yang sama kayak gue, yang orang lain gak bisa ngerasainnya!"  Rachel masih menatap April tidak percaya.

April yang mendengarnya diam beberapa saat. "Maafin gue, Hel! Hukum gue, gue pantas dapat hukuman apapun atas semua rasa sakit yang lo alami, atas semua kesalahan yang gue lakuin," April berujar parau.

Rachel menggeleng pelan. "Bahkan nyawa lo gak cukup buat bayar semuanya!" ucap Rachel tajam, kemudian meninggalkan April sendiri di ruang musik.

Gadis itu menyusuri koridor dan bel pulang berbunyi, saat sampai di kelas, Rachel melihat kelasnya sudah kosong yang artinya itu baik karena Rachel bisa menangis dengan keras.

Benar dugaannya, bahwa memang April penyebabnya. Rachel menangis, pertama karena tahu bahwa yang selama ini meneror Ralin adalah temannya sendiri.

Kedua, karena ia juga tahu bahwa Lathan mendekatinya dengan maksud tertentu, bukan karena tulus. Apa ketika ini sudah terbongkar, Lathan akan berhenti bersamanya?

Bukannya Bintang bilang bahwa Lathan memang tahu? Apa ini penyebab Lathan akhir-akhir ini berubah? Rachel menangis semakin menjadi dan ia merasakan ponsel yang berada di sakunya bergetar.

0816******90
Lihat kertas di kolong meja lo.

Rachel mengerutkan kening seketika, saat melihat profil ternyata itu nomor Bintang. Gadis itu meraba kolong mejanya dan tangannya menyentuh sebuah kertas yang terlipat.

Rachel membukanya perlahan kemudian terbelalak melihat isinya.

Ada dua harapannya sekarang sebelum Rachel berlari ke bawah untuk kembali menuju ruang musik, semoga April masih berada di ruang musik dan semoga keadaannya baik-baik saja. Karena ucapan yang dilontarkannya tadi terdengar sangat menyayat.

***
TBC.. !

Banyak banget fun fact yang nanti bakal  aku share di akhir cerita ini.

Gimana kabarnya?

Aku sih seperti biasa, mencoba baik-baik saja dan selalu menunggu keajaiban Tuhan datang.

Selama aku mau berusaha, bersabar dan ikhlas, dan bersyukur aku yakin keajaiban itu pasti datang.

Apa hari ini kamu sudah tersenyum? Atau, apa hari ini kamu sudah merasa lebih baik?

Jika belum, pergilah ke depan cermin. Lihat dirimu baik-baik, lalu tanyakan. Apa maunya kamu?

Aku yakin, bukan hanya sembab yang dirimu ingin.

Tersenyumlah, sedikit saja. Beri dirimu penghargaan atas perjuanganmu yang tidak mudah hingga kamu sampai pada titik ini.

Aku sering seperti itu ketika merasa lelah atau sulit. Memberi penghargaan atas apa yang aku perjuangkan bukanlah hal yang salah, kan?

Aku percaya, bahwa perlahan-lahan usahaku akan mengikis semua letih dan rasa sakit yang hinggap menjadi sebuah hasil yang bisa aku nikmati setelahnya.

Aku percaya, bahwa setiap makian yang mereka lontarkan, akan menjadi tepuk tangan riuh yang membanggakan.

Dan nanti, pada hari itu, aku bisa membuktikan bahwa aku mampu berdiri di atas kakiku sendiri, meskipun pernah ambruk, pernah mencoba bangkit lagi dengan susah payah.

Karena kamu tau? Bahwa, yang cuma banyak gaya akan kalah oleh mereka yang benar-benar berusaha.

Salam, Bellaanjni

Author jahat yang lagi nunggu keajaiban, ya Allah kalo boleh nawar, keajaibannya dateng cepet dong, hehe.

Maaf ya, aku hamba yang tidak tahu diri.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro