Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in Wonderland | 27

A/n: jangan lupa vote, comment, ajak temen kalian buat baca biar gak tereliminasi.

C h a p t e r   2 7

I'm a girl. A girl with feelings. People don't like me. But it's ok. I don't like me too.

I'm a girl. I'm depressed and sad. I don't understand it. But i guess it's ok.

I'm a girl. I'm always sad. But i smile. People don't realize that it hurts. But it's ok.

Nobody will understand.

-Rachel Zui

***

Rachel membuka matanya perlahan, aroma khas obat-obatan nmenusuk penciumannya. Bisa ia pastikan bahwa dirinya sekarang berada di UKS. Gadis itu mengangkat tangan kirinya yang sudah terbalut perban.

Tidak ada seorangpun di dalam UKS—menurut Rachel. Namun dugaannya itu salah ketika tirai di sampingnya tersingkap.

"Akhirnya... Bangun juga!"

Rachel mengerutkan kening, "Kak Bintang? Ngapain di sini?" tanyanya bingung.

"Nungguin lo lah, ngapain lagi. Gue cuma mastiin lo baik-baik aja semenjak pingsan tadi," ujarnya kemudian tersenyum.

Rachel berpikir sejenak, Gue kira Lathan yang bawa gue ke sini.

"Kak Bintang yang bawa Rachel ke sini?" tanya gadis itu tidak bisa membendung lagi rasa keponya.

Bintang mengangguk, "Ya," jawabnya singkat.

"Emm, makasih ya!" Rachel tersenyum.

"Oke, kalau gitu gue balik ke kelas deh."

Bintang turun dari brankar yang ia duduki, tepat saat ia berada di ambang pintu keluar, Bintang menoleh lagi. "Oh ya, Hel," Rachel menoleh, "Sebenernya, gak ada yang namanya orang jahat. Yang ada, mereka hanya tertekan oleh keadaan," Bintang tersenyum lantas pamit.

Rachel bingung, sebenarnya siapa yang Bintang maksud orang jahat? Gadis itu justru jadi teringat pada Akhir, dia orang jahat menurut Rachel

***

Tanah yang ditutupi rerumputan itu terlihat damai. Lathan menyimpan bunga mawar putih di atasnya. Langit kelabu, bahkan beberapa tetes air hujan sudah membasahi sekitar.

"Lathan jatuh cinta, Ma." Cowok itu bergumam, menerawang hamparan luas di sekitarnya. "Tapi rasanya, berdamai dengan masa lalu itu sulit." Rongga dadanya sesak, dan Lathan masih enggan meninggalkan makam ibunya.

Cowok itu mengingat kejadian tadi pagi, ketika ia menyusuri koridor yang terlihat ramai. Setelah melihat biang masalah Clary– seperti biasanya, Lathan tidak peduli.

Namun semakin lama di dengar, Lathan merasa tidak ada yang benar dari apa  yang diucapkan Clary.

Dan Lathan cukup terkejut ketika melihat perempuan yang menjadi pusat perhatiannya adalah Rachel, apalagi ketika gadis itu ambruk, dengan sigap Lathan menopang, membuat suasana hening seketika.

Lathan membawa gadis itu ke UKS, membaringkannya di atas kasur. Tangan kiri Rachel tak luput dari perhatian cowok itu. Lathan menolak ketika penjaga UKS menawarkan bantuan.

Saat selesai mengobati tangan gadis itu, Lathan menyuruh Bintang untuk menemani gadis itu, dan membuat seolah-olah Bintang yang melakukan semuanya.

Lathan hanya tidak mau jika Rachel kembali mengharapkan sesuatu yang lebih atas apa yang cowok itu lakukan. Karena mungkin, akan hanya sakit yang gadis itu dapatkan. Lathan hanya belum bisa berdamai dengan masa lalunya, atau mungkin tidak akan pernah, Lathan tidak tahu itu.

Hujan turun menderas, membuat Lathan terpaksa bangkit dari posisinya. Ia berlari kecil menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari makam ibunya itu. Sebelum kembali ke rumah, Lathan memutar balik arah menuju rumah sakit.

Ia diamanati Mario untuk membayar sejumlah uang yang dibutuhkan untuk pengobatan May.

Sebenarnya, ia bisa bersikap seperti iblis. Tidak perlu menyampaikan amanat tersebut, membiarkan May berjuang sendiri dengan penyakitnya hingga ajal tiba. Namun, Lathan kira ia bukan laki-laki berengsek dengan jenis seperti itu.

Ketika Lathan sampai ia langsung menuju tempat administrasi, membayar sesuai jumlah yang ditagihkan kemudian berniat kembali ke parkiran. Namun saat berbalik, ia melihat gadisnya tengah menepuk-nepuk bahu yang terlihat basah karena tetesan air hujan. Jaraknya tidak terlalu dekat, namun sayupan percakapan antara Rachel dan satpam rumah sakit masih bisa terdengar.

Gadis itu tampak bergurau, kemudian sedikit mematung ketika melanjutkan langkah dan menemukan Lathan tengah berdiri di dekat pintu masuk. Rachel ragu akan melanjutkan langkahnya atau tidak, tapi sepertinya, Lathan juga enggan melihat dirinya. Terbukti ketika cowok itu berbalik, memutuskan berjalan menuju parkiran.

Sebenci itu ya Lathan sama gue? Bahkan cuma buat nyapa?

Rachel tolol!

Jelas lah dia benci, masih syukur bapaknya mau biayain pengobatan!

Rachel terus saja berdebat dengan dewi batinnya yang menyebut Rachel tidak tahu diri, memang.

***

Lathan sampai di rumah dan menemukan Feyca sedang mengerjakan PR bersama Mario.

"Abang dari mana?" tanya Feyca khas dengan suara imutnya.

Lathan mendekat, duduk di salah satu sofa yang bersampingan dengan tempat Mario.

"Abangmu itu dari rumah sakit," jawab Mario melihat Lathan yang tampak lelah.

"Lathan juga habis dari makan Mama," tambah cowok itu.

Mario menganggguk, "Ya... Bagus!" ujarnya santai. "Rachel itu teman dekatmu?" tanya Mario sontak membuat kening Lathan berlipat.

"Aduh... Fey ngantuk, mau tidur aja ya, Pa!  Dadah Abang!" Feyca beranjak sambil menenteng beberapa buku di tangannya, menuju kamar.

"Papa memang harus bicara," Mario berdehem pelan. "Papa awalnya terkejut, ketika bulan-bulan lalu dengan jelas melihat mobil kamu mengantarkan Rachel ke rumahnya. Di sana, Papa langsung bilang ke Rachel kalau Papa tidak suka melihat dia dekat dengan cowok yang mengantarnya, karena Papa yakin itu kamu." Lathan menyimak dengan seksama.

"Karena Papa tahu, ini akan sangat sulit, baik untuk kamu maupun Rachel. Papa menjadi orang yang paling gadis itu benci, karena Papa memang seorang yang berengsek, tidak pantas untuk dimaafkan. Jika ada pihak yang layak disalahkan atas semua ini, Papa orangnya. Dan, kamu sedang patah hati, begitupun dia.

"Papa minta maaf, mengacaukan semuanya dari awal. Papa ingin menghukum diri, pada kamu, pada Rachel dan semua orang yang pernah Papa sakiti."

Lathan mendengus, "Lathan gak mau buat rumit semuanya, Lathan cuma butuh waktu buat berdamai sama masa lalu, setelah itu semuanya bakal baik-baik aja."

Lathan bangkit, "Lathan mau istirahat," ujarnya kemudian berbalik, sampai kata-kata yang dilontarkan Mario berhasil membuatnya berhenti.

"Kamu tidak perlu berdamai dengan masa lalu, seberapa besar pun rasa sakitnya, karena itu pelajaran hidup. Kamu hanya perlu berdamai dengan diri sendiri." Mario tersenyum di akhir kalimatnya

***
TBC.

Aku curiga kalo Mario itu adalah..



Ehh salah, maksudnya:

Om Mario teduh,

Eh teguh maksudnya.

Salam, Bellaanjni.

Author jahat yang lagi berpikir keras.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro