Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in Wonderland | 2

A/n: How about 2k Comments? No, i'm just kidding:)

Happy reading, Madam, Sir.

🔶🔸 C H A P T E R    2  🔸🔶



Sebelumnya, tidak pernah ada yang berani menatapku seberani kamu. Bahkan hanya dengan ditatap saja, aku rasa kamu terlalu lancang untuk ikut menyelinap masuk kedalam pikir yang aku sendiri tak kuasai.

🎼

Bandung, 13 Mei 2019.

Seorang siswi Ralin Zaran (16) ditemukan menggantung di sebuah ruang kesenian SMA Araswara. Setelah dinyatakan hilang pada Sabtu, 11 Mei 2019, ia ditemukan tak bernyawa. Pihak kepolisian masih mencari motif yang dilakukan gadis belia itu. Namun dugaan sementara, Ralin murni dinyatakan bunuh diri, karena di dalam ruang kesenian hanya terdapat keyboard tidak berpenyangga, juga genangan air dan ruang itu dikunci dari dalam.

Dengan tangan yang bergetar, Rachel meremas kertas kabar berbahan murah itu. Seluruh siswa heboh dengan kabar yang beredar, gadis itu masih terguncang. Di pojok kelas ia tidak berbaur, Sena terlihat menuju ke bangkunya, cowok itu terlihat sama terpukulnya.

"Untung, waktu itu kita gak jadi masuk!" ucap Sena menepuk bahu Rachel.

Rachel tidak menanggapi, suara ketukan di pintu kelas berhasil membuat perhatian seluruh kelas tertuju, "Rachel Zui, benar menduduki kelas ini?" tanya seorang polisi berkepala plontos dengan kumis tebal juga seragam lengkapnya.

Perhatian murid-murid kini langsung tertuju pada pojok kelas, tempat Rachel duduk. Gadis berwajah sembab itu bangkit, tak luput dari seluruh tatapan yang menatapnya aneh dan mulai mengeluarkan berbagai pendapat.

"Saya," ucap Rachel masih menunduk.

 Polisi itu mengangguk, "ikut saya untuk dimintai keterangan." Rachel memejamkan matanya, bisik-bisik itu semakin menjadi.

 Sena yang mendengar berbagai pendapat buruk kini menatap mereka tajam, "jangan pernah pikir aneh-aneh tentang Rachel!" ucap Sena tegas, membuat semua murid mengunci mulutnya masing-masing.

***

Ruangan berwarna coklat itu tidak tampak horor sama sekali bagi keduanya. Hanya saja, mereka sedikit kalut. Polisi tadi membuka sebuah map berwarna coklat, "saya menemukan sidik jari kalian dipintu, sedang apa?" tanyanya tanpa basa-basi.

Rachel mendengus, "Cuma buat ngubah nilai Pak," jawabnya jujur, berharap ini segera berakhir.

"Tapi berarti, kalian tahu kejadian tersebut? Kenapa tidak melapor?" cercanya curiga.

Kepala sekolah menatap dua orang siswa di depannya, "saya kira mereka tidak bersalah, hentikan saja kasusnya. Bilang pada orang tua murid itu jika anaknya memang murni bunuh diri. Saya tidak mau nama sekolah ini tercemar," jelas Pak Affandi.

"Gak bisa gitu dong, Pak!" Rachel berucap tegas, "saya bersedia dimintai keterangan berapa lamapun, asal kasus ini tetap berada di jalur yang seharusnya," sambung gadis itu.

Lathan menyeringai geli, benar dugaannya bahwa gadis itu keras kepala. Setelah bercecok beberapa saat, akhirnya Pak Affandi menyuruh Rachel dan Lathan untuk kembali ke kelas. Dengan kaki yang dihentak, Rachel keluar karena pendapatnya belum bisa diterima. Ia menatap cowok yang namanya belum ia ketahui itu, terlihat acuh.

"Lo kenapa gak bantuin gue tadi?" kesal Rachel.

Lathan menatapnya, tatapan yang Rachel tidak sukai. Karena, hanya dengan ditatap seperti itu rasanya kepala Rachel bolong.

"Gue gak peduli," ucap Lathan meninggalkan gadis itu, yang sekarang tingkat kekesalannya meningkat sampai pada tingkat dewa.

"Sialan!" desis Rachel berbalik, menuju kelasnya. Tanpa aba, sebuah pikiran melintas, Eh, dia kok ke gedung kelas 12? Dia kakak tingkat?

Gadis itu bodo amat dengan pikirannya. Suasana kelas sedikit mencekam, tidak ada yang mau bicara dengannya. Kursi di samping kanan gadis itu kosong. Rachel memerhatikan, dulu Ralin yang menempati kursi tersebut. Rest in Peace, Ralin Zaran. Batinnya sungguh.

Ketika bel istirahat berbunyi, Rachel langsung diseret Sena dan April ke kantin. Padahal Rachel tidak membutuhkan kantin atau asupan gizi sama sekali sekarang. Dan ini yang paling membuat Rachel semakin malas, dilihatnya cowok berkamera tempo hari itu, kini tanpa kameranya.

Cowok itu sedang berada di meja bersama kakak tingkat yang Rachel tidak peduli, yang mengganggunya hanyalah tatapan cowok itu yang lagi-lagi membuat kepala Rachel bolong secara terang-terangan.

Rachel mencebik kesal, makanan yang kali itu ditraktir Sena hanya diaduknya tidak minat. April sebenarnya hanya ingin berada di dekat Sena, hingga gadis itu rela berada di dekat Rachel, tipe penjilat kelas ikan kembung.

Rachel mencuri pandang pada sudut kantin lagi karena dirinya masih merasa diawasi. Benar, Lathan masih mengawasinya, menatapnya secara terang-terangan dengan tatapan yang menurut Rachel menyebalkan. Sengaja, Rachel menyuapkan mie ayamnya besar-besar agar Lathan merasa ilfeel atau jijik, namun yang ada dia hanya mendengus geli, semakin membuat keinginan Rachel untuk mencolok matanya meningkat.

April terus menerus mengintili Sena dan Sena terus-menerus mengintili Rachel. Sebenarnya, Rachel sendiri tidak peduli jika Sena tidak menemaninya, tapi ia tidak suka tidak ditemani. Setidaknya harus ada satu yang Rachel jadikan tameng.

"Gue mau ke toilet," ucap Rachel pada Sena, tentu saja. Cowok itu mengangguk, "mau gue temenin?" tanyanya seperti orang tolol.

"Ha?" Rachel bertanya lebih tolol, ia menggeleng cepat-cepat, "gak usah, lo berdua duluan aja." Setelah memastikan mereka pergi, Rachel menghembuskan napasnya kemudian melanjutkan berjalan menuju toilet.

Rachel membasuh wajah lantas menambahkan lipgloss pada bibirnya yang terlihat pucat. Beberapa cewek yang mengenakan seragam tinggi-tinggi alias kurang bahan masuk dengan cekikikan mirip kuntilanak, hujat setan dalam diri Rachel.

Mereka mengeluarkan maskara, liptint dan bedak kemudian melirik Rachel. "Wait.. Wait.." ucap salah satunya mendekat pada Rachel. "Lo temen si Ralin yang mati itu, kan?" tanyanya tidak berotak, bisa Rachel pastikan otak cewek itu hanya berisi alat make up, sisanya rencana nikah muda.

"Kenapa?" tanya Rachel mengangkat sedikit dagunya, ia pikir urusannya di toilet sudah selesai. Kecuali jika ia mau berurusan lama-lama dengan tiga ular di depannya. Rachel tidak suka, apalagi ketika cewek itu menyebut Ralin mati, apa wajar kematian sahabatnya itu disebut demikian? Kenapa tidak memakai bahasa yang lebih sopan?

"Dia beneran mati?" tanyanya menatap Rachel serius. 

Rachel mendengus. "Lo pikir dia mau bercandain matinya? Gak bisa lo hargai kepergian orang lain dengan cara yang sopan?" balas Rachel sengit yang dibalas kekehan cewek itu. 

"Akhirnyaaa! Gue gak usah susah payah nyingkirin dia! Bebep Kaisar pasti move on dong!" Jawabnya gembira tidak peduli dengan ucapan Rachel.

Rachel semakin muak dibuatnya, ia keluar dari toilet. "Eh tunggu siapa nama lo?" tanya yang tadi lagi.

Rachel kembali melihatnya dan perasaan ingin membelikan cewek itu rok berbahan banyak tiba-tiba mencuat. "Bukan urusan lo!" ucap Rachel menampakkan ketidaksukaannya.

"Okey, bukan urusan lo, gue peringetin ya, gue tuh senior lo! Sopan dikit!" ucap cewek itu melotot.

"Sebelum lo mau dihargai orang, lo juga harus bisa ngehargai orang lain, Kak Senior!" Rachel menatapnya dua detik, kemudian pergi dengan acuh. Rachel kira hanya waktu SMP saja musim senioritas, SMA juga sama.

***

Ketika jam pulang tiba, Rachel cukup senang karena hari ini hanya satu pelajaran yang diberi PR. Ia bisa mengerjakannya nanti malam karena sekarang, Rachel bersiap menuju suatu tempat yang cukup asing. Sudah hampir dua tahun sejak neneknya meninggal Rachel tidak mengunjungi tempat ini. 

Ditatapnya nisan yang masih baru. Tanahnyapun masih terlihat merah. Rachel menaburkan bunga sambil sesekali berdoa, hanya satu doa yang ia hapal dan Rachel terus-menerus mengulanginya, setidaknya ia berdoa.

Ditengah khusunya berdoa, seorang cowok berpakaian serba putih dengan payung putih yang dibuka mendekat dan ikut bersimpuh, di depan Rachel. Wajahnya sedikit tertutup rambut yang setengah berantakan. Payung putih itu juga sedikit menghalangi Rachel untuk melihat dengan jelas wajah cowok di depannya.

Padahal gak hujan, gak panas tapi pake-pake payung, kolot! Lagi-lagi dewi batinnya julit.

Tiba-tiba beberapa tetes cipratan mengenai bahu dan tangan Rachel. Ia kira orang itu yang sengaja menciprati Rachel, namun ternyata saat mendongak, awan telah berubah kelabu entah sejak kapan. Kali ini, Rachel menganggap ini karma karena dewi batinnya yang terlampau julit. 

Hujan turun menderas dan Rachel cepat-cepat beranjak. Menuju orang berpayung.

Tanpa tahu malu, Rachel masuk ke dalam payungnya, "kita tengok orang yang sama, siapa tau kita bisa temenan," ujar Rachel menggeser lagi sang pemilik payung karena seperempat badannya masih kebasahan.

"Ogah!" Terdengar jelas di telinga Rachel, sangat menusuk. Padahal ucapan orang itu bernada datar.

Rachel mendongak, kemudian melihat tatapan itu, yang kembali membuatnya seakan dilubangi. Rachel balas menatapnya, kali ini tak gentar bahkan ia merasakan ada aliran listrik atau petir yang keluar dari tatapannya namun lagi-lagi cowok itu hanya mendengus geli, menyebalkan.

Rachel memutus tatapan terlebih dahulu, tidak ingin berlama-lama mengagumi wajah orang di sampingnya itu yang terlihat bagai dewa yang baru saja turun dari langit. Oke, Rachel mulai berlebihan.

Dia harap hujan segera reda karena ia tidak ingin berlama-lama satu payung dengan cowok menyebalkan yang namanya belum Rachel ketahui sama sekali. Rachel mendongak sedikit, ternyata Lathan tidak sedang menatapnya sekarang.

Cowok itu mengotak-atik ponselnya. Rachel kemudian ingat bahwa dirinya juga punya ponsel yang bisa dimainkan, agar tidak terlihat seperti Meghanthropus yang terjebak di dunia ajaib. Cowok itu tampak memasukan kembali ponselnya kedalam saku.

Lathan kemudian menatap Rachel yang kini tertangkap basah memerhatikannya. Tangan Rachel dipegang. Rachel ingin menepis tangan hangat itu namun ia terlalu terkesiap, ia seperti berada di film India, hanya kurang musik dan penari latar. Namun Rachel berpikir ulang, tidak ada film india yang menari di tengah makam, oke lupakan. 

Lathan membawa tangan Rachel pada genggaman dan menempatkan tangan itu tepat pada pegangan payung. Tanpa berucap, Lathan kini pergi menembus hujan, dengan kemeja putihnya yang membuat tubuh cowok itu terlihat lekuknya. Rachel masih memandangi tanpa sadar.

"Eh woy!" teriak Rachel ketika cowok itu sudah hampir jauh. Sebenarnya ia juga tidak ingin mengembalikan payung ini sekarang karena nantinya ia akan kebasahan, jadi Rachel anggap ini sebagai hadiah.

Rachel kini berjalan menuju rumah, ia sempat bertanya-tanya apakah cowok itu kenal dengan Ralin? Atau hanya sekedar datang karena sempat melihat kondisi Ralin sebelumnya? Rachel menendang bekas kaleng asal, menimbulkan cipratan di rok seragamnya semakin menjadi.Tas miliknya sudah dipastikan basah. 

Dari kejauhan Rachel melihat seorang anak kecil manis sedang berteduh, wajahnya nampak sendu, mungkin lapar dan ia ingin pulang. Rachel mendekat, tersenyum manis. "Mau aku antar pulang?" tanya Rachel membuatnya sedikit ketakutan. 

Anak itu mengangguk pelan, "Ayo aku anter! Tenang aja aku gak gig-" Belum sempat melanjutkan kalimatnya, anak kecil itu sudah meraih payungnya terlebih dahulu dan berlari kencang.

"Kapan-kapan aku balikin Kak payungnya! Makasih! Dadah!" Anak kecil itu berteriak.

Masih mencerna yang terjadi, Rachel mengejarnya. Tubuhnya basah kuyup sempurna. Bagaimana bisa ia kalah oleh larian kaki pendek anak kecil? Rachel menatap anak kecil yang terlihat semakin kecil itu. Ia masih mencoba mengejarnya, "balikin payung gue!" teriak Rachel tidak mau kalah juga ngaku-ngaku. 

Brukk..!

Sebuah lubang yang berkubang kecil sukses membuatnya terjungkal dengan posisi tidak elit. Ia meringis karena lututnya sakit, sepatunya tersangkut pada lubang tersebut. Dengan susah payah karena licin, Rachel bangkit dan mengambil sepatunya, dan ingin menangis, dan ingin cepat pulang, dan kelaparan, dan banyak dan lainnya.

🎼
TBC..

Ada yang mau ditanyain? Tentang Rachel? Lathan? Sena? Atau mau tentang Bella? He he hehe

Semua info Bella up di instagram yaa!
( bellaanjni )

BellaAnjni
Author jahat yang emang bar-bar.

Bandung, tanggal berapa sekarang? Februari 2019.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro