Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in Wonderland | 19

Gratiss..👻 Gratis...👻 Gratiss.... 👻

C h a p t e r   19

Gratiss...👻

Aku bertanya dengan sengaja, pada senja yang mengeja, apa-apa tentang kita. Katanya, kita itu hujan gerimis yang tak ayal romantis. Namun nyatanya, kita hanyalah sebuah puisi tak berdiksi, yang tak lain basi.
🎼

"Turunin gue, Lathan...!" Rachel berteriak di telinga  cowok yang kini benar-benar menggendongnya. Sebenarnya, Rachel tidak mau turun, tapi ia gengsi jika harus menerima begitu saja.

"Lo harus cepet-cepet gue bawa ke RSJ! Senyam-senyum sendiri!"  ucap Lathan menghiraukan Rachel yang berteriak, meskipun katanya ia sedang sakit.

Cowok itu baru benar-benar menurunkan Rachel ketika mereka sampai di parkiran. Rachel masuk ke dalam mobil saat cowok itu membukakan pintu untuknya.

"Mau langsung pulang?" tanya Lathan memasukkan parsneling.

Rachel mengangguk. "Tapi lo belum makan," Lathan menoleh sedikit, kemudian kembali fokus menatap jalanan.

"Yaudah deh, terserah," jawab Rachel kemudian memejamkan mata.

Beberapa menit kemudian, Lathan menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe yang biasa ia datangi. Rachel ikut turun, kemudian menyamakan langkah dengan Lathan.

Kafe itu cukup ramai, mulai dari anak remaja hingga orang dewasa. Di dalam, Rachel bisa merasakan suasana modern klasik yang mencolok.

Rachel kira, Lathan akan mengajaknya makan di kafe itu. Tapi ternyata tidak, Lathan lebih memilih untuk dibawa pulang. Setelah membayar dan mendapatkan pesanan, Lathan kembali memasuki mobilnya.

Namun Rachel tidak langsung keluar, ia memperhatikan seorang wanita yang tengah duduk di meja bagian belakang.

Gadis itu berjalan mendekat untuk memastikan penglihatan. Ternyata penglihatannya masih baik-baik saja karena kini dugaannya benar.

Rachel melihat May sedang bersama Mario, entah membicarakan apa namun sepertinya itu hal yang serius untuk dibahas. Tidak mungkin Rachel akan membuat keributan di sini, jadi Rachel memutuskan untuk pergi dari tempat itu meski hatinya sakit sekarang.

Rachel memasuki mobil Lathan, sesak sepenuhnya masih di dada.

Kenapa Mama bohong sama Rachel? Bukannya Mama bilang kalau dia bakal pergi ke Bogor karena ada kerjaan?

Rachel sudah ingin menangis, namun di sampingnya masih ada Lathan. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan siapapun. Jadi, Rachel hanya melihat jendela di sampingnya untuk memalingkan wajah.

Bagaimana bisa orang yang sangat ia cintai di dunia ini kini rela membohonginya untuk pergi bersama orang yang sangat ia benci?

Setetes cairan bening jatuh pada pipi Rachel. Ia bahkan bersumpah bahwa ia tidak apa-apa jika yang pergi bersama May bukanlah Mario. Tapi kenyataannya lain, Rachel jadi berpikir, Apa May sengaja meninggalkannya demi kembali hidup bersama Mario?

Rachel semakin larut dan kini tetesan air mata itu berubah menjadi isakan. Gadis itu mencoba menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan, namun itu tidak bisa dilakukannya sekarang.  Rachel tidak suka ditinggalkan, terlebih oleh orang yang sangat ia cintai.

Tidak seorangpun suka.

Refleks Lathan menoleh ke samping, "Lo kenapa?" tanya Lathan yang sengaja menepi, memberhentikan mobilnya.

Namun, Rachel hanya menggeleng cepat.

Apa Rachel nakal sampe Mama ninggalin? Apa Mama udah gak sayang sama Rachel?

Rachel sedikit hilang kontrol oleh pikirannya. Gadis itu memegang kepalanya yang kini berdengung, memejamkan mata. Mencoba agar ia tidak melihat apapun.

Lathan yang berada di sampingnya menatap sedikit bingung sekaligus terkejut, "Lo baik-baik aja?" Cowok itu memegangi bahu Rachel.

Lathan tidak tahu apa yang terjadi pada gadis di sampingnya sekarang. Bahkan tadinya Lathan tidak meihat keganjilan sedikitpun. Tadi Rachel masih baik-baik saja.

Rasa sakit hati dalam dada gadis itu semakin menjadi. Pikiran bahwa tidak ada seorangpun yang peduli padanya dengan cepat menyeruak ke permukaan. Rachel menangis lagi dan kali ini sedikit lebih keras.

"Kenapa sih orang-orang yang gue sayang ninggalin gue?" ucap Rachel sedikit keras, menatap Lathan yang masih menatapnya bingung.

"Gak ada yang ninggalin lo." Lathan menyingkirkan rambut yang sedikit menutupi wajah Rachel.

"Dulu ayah ninggalin gue, terus Nenek, Ralin, sekarang Mama!" Tangis Rachel pecah, sementara Lathan masih mencerna apa yang terjadi pada Rachel.

Rachel melihat dimensi ruang di depannya berubah. Yang ia rasakan sekarang hanyalah sakit hati, itu saja. Rachel benci perasaan ini, gadis itu menekan tangannya erat, sampai memerah namun itu tidak cukup sakit untuk ia keluar dari zonanya.

"Lo ngapain?" Lathan mencoba melepaskan tangan Rchel yang menekan kuat pada tangan yang satunya.

Rachel masih memejamkan mata, karena jika ia membukanya yang ia lihat hanyalah sebuah ketakutan dan juga pembuangan.

"Tampar gue, Than!" ucap Racel pelan, air mata tidak berhenti mengalir dari sudut matanya.

Lathan masih memegangi tangan Rachel, kemudian ia menyentuh dahi gadis itu. Suhu tubuhnya semakin meningkat.

"Tampar gue, Lathan!" ujar Rachel lebih keras, membuat Lathan menggeleng pelan.

Kali ini, Rachel menekankan kukunya, namun dengan cepat Lathan kembali memegangi tangan Rachel.

"Lo gak boleh nyakitin diri lo!" Lathan masih memegangi tangan Rachel erat.

"Gue gak pernah mau," gadis itu menjawab pelan, suaranya sudah parau.

Kepala Rachel semakin berdengung, Rasa sakit hatinya semakin menjadi, ia hampir putus asa, membiarkan zona itu melahap dirinya. Rachel tidak tahu akan berakhir seperti apa sekarang. Karena kini, sugestinya mengatakan jika sebaiknya ia pergi.

Lathan menangkup pipi gadis itu dengan kedua tangannya, "Liat gue, Hel," ucap Lathan dengan penekanan. Namun gadis yang masih terpejam itu menggeleng.

"Lo emang gak bisa maksain semua orang yang lo sayang ada di pihak lo. Tapi, bukan berarti lo gak berharga buat siapapun!" Lathan berucap pelan namun Rachel bisa mendengar dengan jelas semua kata-katanya.

Air mata Rachel masih deras, kata-kata Lathan sukses membuatnya sesak. Setelah itu, Rachel merasakan tubuhnya direngkuh karena kini Lathan memeluknya.

"Gue gak tahu lo siapa dan kenapa, tapi ada satu hal yang perlu lo tahu.." Lathan menggantung kalimatnya,

"Lo berharga, seenggaknya buat gue!" ucap Lathan membuat Rachel seketika membuka matanya,

"Cukup gue kehilangan orang-orang berharga di hidup gue, jangan buat gue ngerasa kalau kehilangan lo itu adalah sebuah hal yang wajar," Rachel menatap Lathan yang kini justru menutup mata.

"Karena, kehilangan orang yang gue sayang itu gak akan pernah ngebuat gue jadi terbiasa. Sesakit apapun lo, tolong bertahan, karena gue gak mau kehilangan orang berharga buat kesekian kalinya." bisa Rachel dengar bahwa Lathan berucap dengan sungguh.

Setelah itu, yang Rachel lihat hanyalah buram, kemudian semuanya menjadi gelap. Rachel pingsan, dengan catatan; bahwa ia berhasil keluar dari zona sindrom Alice in Wonderland-nya, tanpa melukai diri.

***
TBC

Halloooo para jomblo gabut para penghuni dunia yang orennya tinggal sedikit.

Kemaren aku udah buka grup chat whatsaappppppppp.

Seperti yang kalian tau, cuma bakal ada 5 cerita yang di terbitkan. 5 lainnya di eliminasi.

Yang di eliminasi ceritanya bakal di gantung.

Plisss cukup Ralin aja yang main gantung-gantungan, Not in Wonderland ini jangan. Kalian semua gak mau kan digantung?

Jadi, ayo vote comments, ajakin temen, kakak, adik, mama, papa, nenek, kakek, pacar, ups lupa kalian pada gak punya pacar, tetangga, pokoknya siapapunlah buat baca cerita ini biar gak TERELIMINASI. OKAYYYYYYYYYYY?

KALIAN GAK MAU KAN NGELIAT AUTHOR JAHAT YANG KIYUT INI BERUBAH JADI AUTHOR SEDIH YANG KIYUT.

Huaaa aku gamau:'

Jadi, hari ini aku minta 15 triliyun komen oke!

Salam, Bellaanjni

Author jahat yang mau promote; semua informasi aku share di instagram; Bellaanjni. Pengen jadi 10K followers dong biar bisa swipe up.

Hal yang pertama aku lakuin kalo dapet10k, bikin snapgram swipe up😂😂

Gatau kenapa:' pengen aja swipe up.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro