Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in Wonderland | 15


Aku kasih kalian satu kejutan di chapter ini. Sejauh ini, gak ada yang nebak bener tentang Ralin.

C h a p t e r 1 5

Sunyi, sepi. Saat aku mulai berdebat dengan diri sendiri. Atau mencari jalan keluar dari pikiran yang bergulat tanpa henti. Kadang aku sedikit tersesat, sulit mendapat nasihat, tapi enggan menjadi berkarat karena riwayatku tak boleh tamat. Katanya, selalu ada obat dari apa yang tersirat.

��



Dari kejauhan Lathan melihat Rachel yang berjalan terburu-buru ke arahnya kemudian berhenti tepat di depan Lathan dengan napas yang tersengal.

"Bentar," ucap Rachel berusaha menormalkan deru napasnya.

Lathan sedikit mengerutkan kening, "Kenapa?" tanya cowok itu yang kemudian mengikuti langkah Rachel yang mulai berjalan.

"Biasalah, nama gue masuk catatan Bu Ginting. Masa gue di suruh beli kue buat dia. Emang bener ya tuh guru kelakuannya udah kayak ibu-ibu yang lagi ngidam. Gak salah dipanggil Bunting!" Rachel mencebikkan bibirnya kesal sementara Lathan tidak menanggapi lebih.

Gadis itu melirik jam di atas dashboard yang menunjukkan pukul empat sore. Ponsel miliknya mati karena kehabisan daya. Maka sepanjang perjalanan Rachel hanya melihat-lihat jalanan.

Sekitar 30 menit Rachel melihat jalanan dengan bosan, akhirnya mereka sampai di depan sebuah gedung cukup besar. Banyak kendaraan yang terparkir disana, salah satunya yang baru saja mereka tumpangi.

Lathan berjalan lebih dulu dan Rachel mengikuti di sampingnya. Mereka memasuki sebuah ruangan gelap yang hanya menyorot panggung utama. Banyak kursi di sana dan hampir semua sudah terisi. Tepat di ujung depan sebelah kanan, dua kursi kosong menggoda untuk diduduki.

Rachel duduk, begitu pula Lathan. Cowok itu mengeluarkan ponsel kemudian merapatkan ponsel tersebut ke telinganya.

"Abang udah sampe," ucap Lathan seraya mencari sosok kecil Fey.

"Abang!"

Lathan langsung menoleh ketika sebuah suara yang berseberangan terdengar. Feyca mendekat kemudian tersenyum pada Lathan, jelas.

Anak itu melirik Rachel kemudian kembali melihat abangnya.

"Kata Bang Lathan, Abang bakal dateng sama pacar Abang. Emang Kakak ini pacar Abang?" tanya Feyca polos.

Lathan terlihat sedikit salah tingkah. "Abis ini Fey tampil, kan? Cepet ke belakang, nanti panitianya susah nyariin Fey," ucap Lathan mengalihkan topik. Untung saja Feyca mengangguk.

"Dah Abang! Dah Kakak pacar Abang!" Feyca sedikit terbirit ketika mengucapkan hal demikian.

Rachel yakin wajahnya sudah memerah, karena pipinya juga memanas. Dilihatnya panggung yang tidak terlalu besar itu, di atasnya ada sebuah piano. Rachel melirik Lathan sebentar kemudian kembali melihat panggung.

Suhu ruangan ini dingin, dan Rachel hanya mengenakan seragam dengan kardigan hitam tipis. Beberapa kali Rachel menggosok tangannya, untuk menghangatkan namun hal itu tidak berarti banyak.

Sampai sebuah tangan hangat itu menggenggam penuh tangan Rachel, memasukan tangan gadis itu pada saku jaket yang ia pakai tanpa melepaskan tangannya. Rachel melirik Lathan yang menatap lurus ke arah panggung.

Dihembuskannya napas pelan, kemudian Rachel ikut larut menyaksikan penampilan.

Feyca tampil menari balet dengan anggun, jauh dari kata galak. Apa dirinya juga terlihat anggun saat bermain piano? Pikiran Rachel tidak menemukan jawabannya.

Rachel melihat Feyca yang melakukan gerakan memutar, hampir saja Rachel berteriak saat anak itu berhasil melakukan tiga putaran. Namun saat putaran ke empat, kaki Feyca tidak bisa menahan keseimbangannya, gadis itu sedikit terguncang kemudian...

Brukk!

Feyca terjatuh dengan posisi yang mengenaskan. Refleks, Rachel memekik dan langsung menuju panggung, melihat wajah Feyca yang tampak pucat ditatap ratusan orang yang menonton.

Musik berhenti, Rachel mengusap pipi anak itu yang kini basah. "Kamu hebat," bisik Rachel mencoba membuat Feyca berdiri, namun gadis itu jatuh lagi.

Lathan mendekat kemudian menuntun Feyca dan Rachel cukup terkesima, ketika dengan sabar Lathan membuat Fey berdiri, Lathan tahu bahwa Feyca tidak pernah mau ia gendong.

Rachel mendekat pada piano, membuat suasana yang semula berisik kini kembali hening. Ditekan tuts itu beberapa kali, kemudian Rachel membawakan sebuah lagu. Feyca yang tadinya dituntun kini kembali ke tengah, menari sesuai irama lagu yang dibawakan Rachel. Setelah lagu itu selesai, Feyca menutupnya dengan gerakan indah. Barulah tepuk tangan riuh terdengar menggema.

Gadis itu tersenyum senang, "Makasih, Kak!" ucapnya pada Rachel setelah mereka turun dari panggung.

Di belakang, panitia sibuk mencari es batu karena kaki Feyca mulai membiru. Padahal tadinya, anak itu biasa saja, tapi saat melihat ada bagian pada kakinya yang berubah warna, Feyca jadi menangis.

"Kak ini," ucap seorang perempuan yang mengenakan kaus putih, dipadukan dengan rok coklat yang menurut Rachel terlalu atas.

"Lama banget, sih!" komentar Rachel kemudian mengambil es tersebut, sementara perempuan tadi tersenyum pada Lathan sebelum pamit.

Rachel menekan es tersebut pelan pada bagian kaki Feyca yang memar. Melihat kulit yang membiru membuat Rachel ingat Ralin. Gadis itu mematung, mengingat sebuah kejadian. Ralin, tali yang mengikat, genangan air, serta keyboard tanpa penyangga, tak lupa ruangan yang dikunci dari dalam.

Tapi yang jadi perhatian Rachel sekarang adalah Ralin, juga genangan air.

Rachel menurunkan pandangannya pada es balok yang ia pegang, jantungnya berdebar tak karuan. Lathan menyadari perubahan ekspresi perempuan di depannya, ia mengguncang Rachel pelan.

"Hel?" Lathan mengusap bahu Rachel, wajah Rachel memucat.

Rachel melempar asal es batu yang semula ia pegang ke sembarang arah kemudian berlari keluar ruangan tanpa sepatah kata pun.

Jantung Rachel lagi-lagi seakan dipompa lebih cepat, pikirannya berpikir tidak henti.

Kenapa tidak ditemukan pijakan untuk Ralin menggangung dirinya? Kenapa hanya genangan air? Bukankah es itu sesuatu yang bisa dijadikan pijakan? Kemudian membentuk genangan ketika ia mencair?

Satu lagi pertanyaan di benak Rachel.

Siapa orang yang dijuluki es, selain Lathanael Kaisar?

***

TBC

Apa yang terlintas di benak kalian sekarang?

Ohiya, aku cuma mau ngingetin.

Setiap orang punya masalah.

Dari masalah itu, Tuhan nguji seberapa dewasa kita dalam menghadapinya.

Tapi aku mohon sama kalian, jangan pernah dengan sengaja ngelukai diri sendiri, cuma biar rasa sakit hati kalian teralihkan pada sayatan-sayatan yang kalian lakukan.

Self injury isn't a problem solving.

Hati dan pikiran kalian udah tersita sama masalah yang kalian hadapi, kalau raga kalian hancur juga. Terus bagian mana yang akan kalian perjuangkan?

Semua masalah bisa reda, asal kalian mau berusaha.

Dan inget, setiap kalian dikasih cobaan. Kalau kalian bisa menghadapinya dengan benar, Tuhan bakal angkat derajat kalian.

Semoga kalian sehat selalu, rejekinya dilancarkan.

Btw, HAPPY BIRTHDAY to the best woman in the world, Mama�� Maaf Bella belum bisa kasih apa-apa.

Selamat ulang tahun juga buat kalian,

Salam, Bellaanjni

Author jahat yang biasa aja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro