Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in Wonderland | 14

C  h  a  p  t  e  r    14

"Kakuku tidak pada sembarang orang, dan peduliku bukan tanpa alasan. Setidaknya, jika aku kaku lantas perlahan peduli, berarti kamu beda."
🎼

Senin pagi, panas, upacara.
Rachel mendengus pelan saat pembina upacara di depan podium terus berbicara. Padahal, murid-murid acuh dengan apa yang dibicarakan. Siswi-siswi di barisan samping sibuk bergosip.

"Lo tau yang kemaren main piano di acara pensiunan Pak Amar?" tanya salah satu siswi yang tadi cekikikan.

Rachel langsung menangkap pembicaraan, tapi tidak mau menoleh.

"Bagusan Ralin ya!" ucap yang satunya lagi, mereka kembali tertawa kemudian berhenti saat Bu Berta mengacungkan tangannya.

Gue juga tau, batin Rachel. Gadis itu mencoba kembali fokus upacara. Lima belas menit berlalu dan upacara dibubarkan.

Rachel melangkahkan kaki menuju kelasnya. Di ambang pintu, ada Bintang yang sedang mencari seseorang dan menghalangi jalan.

"Permisi," ucap Rachel membuat Bintang menoleh.

"Nah! Kebetulan!" ucap cowok itu kemudian menyodorkan sebuah plastik berisi susu dan roti. "Nih, dari Si Boss!" ucap Bintang kemudian menyimpan plastik itu pada tangan Rachel yang sebelumnya tidak bergerak sama sekali.

"Kak Lathan?" tanya gadis itu bingung.

Bintang mengangguk, "Iya, katanya jangan ragu kalo mau suka sama dia. Dan ya, kalo lo naksir dia, lo bilang aja ke gue, oke?"

Rachel mengangguk bingung, terserahlah Rachel tidak mau berpikir rumit. Bintang kemudian pamit dan Rachel masuk.

Mungkin, minuman yang waktu itu juga dari Lathan.

Di kelas, akhir-akhir ini Rachel sering menemukan Sena tengah memperhatikannya. Entah karena apa tapi Rachel merasa tidak nyaman.

Memberi rasa pada seorang sahabat bukanlah tipe Rachel. Tapi dibalik itu, Rachel hanya takut. Ia takut jika harapan yang telah ditorehkan hanya dibalas sekedarnya. Namanya juga sahabat, pasti perhatian.

Gadis itu memberikan roti dan susu yang ia dapat pada April. Ia sedang tidak selera, biasanya jika seperti ini, Rachel sering mengajak Ralin untuk pergi ke ruang musik.

Sekelebat pikiran itu muncul, dan lebih menguat ketika Bidi memberikan pengumuman bahwa hari ini guru rapat.
Teman-teman yang lain  bersorak, tapi Rachel lebih memilih keluar kelas.

Gadis itu berjalan di koridor samping lapangan kemudian menemukan beberapa gerombolan anak kelas 12 sedang bermain basket. Ada Keenan dan Bintang di sana, namun Rachel tidak menemukan Lathan.

Rachel jadi ingat kejadian tempo hari, ketika Lathan memergoki dirinya sedang jalan dengan Sena. Gadis itu duduk di salah-satu tribun, mengurungkan niat untuk pergi  ke ruang musik.

Ia kemudian mengeluarkan ponsel, mengetikkan pesan pada seseorang.

Awalnya Rachel ragu, tapi toh tidak ada salahnya. Beberapa saat setelah pesan itu terkirim, ponsel Rachel berbunyi, menunjukkan sebuah panggilan masuk, membuat detak yang tidak menentu itu kembali muncul.

***

Rachel cantik
Gak sekolah?

Lathan membaca pesan itu berulang kali kemudian malas mengetik pesan. Untuk apa juga Rachel mengiriminya pesan tersebut?

Jadi, Lathan memutuskan untuk menghubungi nomornya.

"Kenapa Kak?"

Lathan mendengus geli, "Gue gak pernah kawin sama Kakak lo!" ucap cowok itu datar, apa Rachel sedang gugup sehingga memanggilnya demikian?

"Dimana?" tanya Lathan yang sedang menunggu kembalian di salah-satu penjual minuman ringan di kantin.

"Tribun," jawab gadis itu cepat.
Lathan mengangguk, mungkin ia lupa bahwa anggukkannya tidak akan terlihat oleh orang di seberang telepon sana. Cowok itu memutuskan panggilan, kemudian menuju lapangan.

Ia melihat Rachel sedang duduk sendirian, memperhatikan permainan. Entah melamun atau apa, tapi sepertinya gadis itu tidak menyadari kehadirannya.

"Gue sekolah," ucap Lathan tiba-tiba, membuat Rachel menoleh.

"Eh?"  Rachel sedikit tersentak ketika tahu di smpingnya sudah ada Lathan.

"Ada apa?" tanya Lathan yang kemudian menyandarkan punggungnya.

"Gak apa," ucap Rachel pelan,

Lathan mengangguk, "Jadi, Arsena itu pacar lo?"

Rachel menoleh dan memiringkan kepalanya, "Sena? Kalo iya, kenapa? Kalo enggak, kenapa?"

Lathan menaikan kedua alisnya, menatap gadis itu tepat pada manik matanya  "Kalo iya gue gak suka, selera lo gak ada yang lebih tinggi apa?"

Rachel mengerutkan kening, "Yang kaya gimana? Sena tuh masuk 10  most wanted boys in this school! Apanya yang kurang?"

Cowok itu mengedik, "Ya udah sih, pacaran aja sana!" Lathan meneguk minuman ringannya.

"Kok gitu?" tanya Rachel yang melihat gelagat cowok itu, aneh.

"Nih, ya.." Lathan merangkul bahu Rachel, "Kalo lo masih bisa dapet yang lebih, kenapa harus terima yang biasa aja?"

Gadis itu memutar bola matanya, "Maksud lo yang lebih tuh siapa? Kak Bintang?"

Lathan melepaskan rangkulannya, "Pulangnya, lo diundang Feyca buat dateng ke acara balet dia. Feyca gak suka penolakan, dan abangnya gak bisa ditolak. Gue harap, otak lo yang minim itu bisa nyerna kata-kata gue barusan." Lathan berujar santai kemudian beranjak, tapi Rachel masih mematung.

Bukan hanya karena jantungnya yang bergemuruh, tapi juga karena itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Lathan ucapkan padanya.

***

Hari ini, Lathan membawa mobil putih miliknya. Sudah hampir lima belas menit ia menunggu Rachel yang katanya 'sebentar lagi ke parkiran'.

Nomor Rachel juga jadi tidak aktif. Lathan coba menghubungi nomor itu lagi namun tetap saja hanya operator menyebalkan yang menjawabnya.

Jadi, Lathan memutuskan untuk kembali turun dari mobilnya, berjalan menuju kelas Rachel.

Di koridor ia berpapasan dengan Sena. Mereka bahkan seperti orang asing, tidak saling bertegur sapa. Semenjak kejadian tempo hari yang menyebabkan Sena babak belur, Sena tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di depan Lathan kecuali jika tidak sengaja.

Atau waktu itu, ketika acara pensiunan guru, ia meminta Lathan membidiknya, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Dari kejauhan Lathan melihat Rachel yang berjalan terburu-buru ke arahnya kemudian berhenti tepat di depan Lathan dengan napas yang tersengal.

***
TBC

P

ercakapan kemarin sore;

Bella: Sen, taunya banyak yang curiga sama lo. Gimana nih? Katanya lo itu bener-bener men.cu.ri.ga.kan!

Sena: Gue juga gak ngerti kenapa, apa gara-gara gue ajak Rachel jalan waktu dia beres nerima telepon? Padahalkan, abis itu gue dateng, pastinya gue lagi di jalan. Mana sempet gue teror-teror dia begituan.

Keenan: Tampang lo emang men cu ri ga kan sih Sen, udah biarin Rachel sama si Boss aja.

Bintang: Mak, gue gak ada adegan lagi apa? Banyakin adegannya dong, gue pengen gombalin readers lo, siapa tau ada yang nyangkut.

Lathan: Kita gak bikin grup Wa nih Mak?

Bella: Nanti ya sayang-sayangnya aku, akunya mau UN. Nanti grupnya enggak keurus. Mungkin yang ikutin instagram aku dari awal udah pada tau yaa!

Rachel; yaudah cepetan UNnya, dateng, klik-klik doang kok pusing?

Belle: Ampuni hambamu ini ya Allah:(

Salam, Bellaanjni

Author jahat yang sensian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro