Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Not in Wonderland | 11

Chapter 11

Kamu memberiku banyak tanya, saat aku belum selesai dengan perkara sebelumnya. Kamu memberiku sebuah rasa, saat aku masih menaruh harap yang tak pantas ada pada dia.

🎼

Jika saja Rachel tidak penasaran, mungkin sekarang hadirnya bukan berada di balkon samping kelasnya.

Rachel sudah berada di balkon hampir setengah jam, menunggu kehadiran seorang yang harus ia pastikan sosoknya. Sekali lagi Rachel melirik arloji, menunjukan pukul setengah enam.

Rachel kemudian mengatupkan mulutnya erat ketika suara langkah kaki terdengar. Rachel juga menahan napas, entah karena apa dirinya harus menahan napas.

Dilihatnya sosok itu mendekat, benar saja, cowok itu memasuki kelasnya. Dengan mengendap-endap. Rachel kini sudah berada di ambang pintu, memperhatikan cowok  yang sedang membuka loker Ralin dan menaruh sesuatu.

Cowok itu menutup kembali loker dan berbalik. Ia sedikit terkejut ketika melihat Rachel sedang menatapnya tajam dengan kedua tangan yang dilipat bawah dada.

"Ngapain lo?" tanya Rachel tanpa takut, benar dugaannya.

Lathan mendengus pelan kemudian berjalan keluar. "Bukan urusan lo!" ucap Lathan datar.

Rachel memutar bola matanya dan menghalangi jalan Lathan. "Gue curiga sama lo!" ucap gadis itu menyelidik.

Lathan balik menatapnya dan mendekat, membuat Rachel mundur dua langkah karena punggungnya kini menyentuh tembok.

"Gue gak peduli!" ucap Lathan kelewat tenang dan melangkahkan kaki pergi. Lagi, Rachel kini menatap punggung yang semakin mengecil itu, seolah memberinya salam perpisahan.

Rachel tidak habis pikir. Kenapa bisa cowok itu bersikap plin-plan? Tiba-tiba hangat, perhatian, tapi juga tiba-tiba dingin dan menyeramkan. Kenapa juga cowok itu menyimpan sesuatu dalam loker Ralin?

Kenapa bisa Lathan membukanya? Banyak pertanyaan dan kenapa-kenapa lain yang muncul di benak Rachel, membuat keinginannya untuk mengetahui alasan Ralin bunuh diri semakin besar.

Rachel berjalan menuju loker berwarna abu tersebut kemudian tersadar satu hal; bahwa Lathan tidak menguncinya. Atau lupa menguncinya? Rachel tidak tahu. Yang pasti Rachel langsung membuka loker tersebut dan menahan napas ketika melihat isinya.

Sebuah pulpen  senter berwarna biru dan ponsel hitam tipis yang Rachel yakin bahwa itu milik Ralin.

Rachel mengambil ponsel itu meski tangan dinginnya sedikit bergetar, kemudian menutup loker itu lagi dan berbalik.

Tepat saat berbalik, dahi Rachel menyentuh dada seseorang.

Cowok itu mundur sedikit, "Lagi ngapain?" tanyanya membuat Rachel menghembuskan napas lega.

"Sena lo kalo dateng tuh salam dulu kek!" ujar Rachel yang kini berjalan melewati Sena, menuju bangkunya.

Sena mengikuti Rachel, kemudian duduk di depan gadis itu. "Lo ngambil apa dari loker Ralin?" tanyanya penasaran.

Kali ini, tidak mungkin Rachel berbohong karena ia sudah tertangkap basah mengambil ponsel di dalam loker. Rachel hanya penasaran, apa mungkin ponsel tersebut membawanya pada hal yang memang seharusnya terungkap?

Rachel menunjukkan sebuah ponsel hitam. "Punya Ralin,  kali aja gue jadi tau kenapa dia pergi," ucap Rachel mengamankan lagi ponsel tersebut.

Sena mengangguk, "Gue juga sebenernya penasaran, kalo lo tau sesuatu, kasih tau gue, ya?" Sena tersenyum di akhir kalimatnya. "Oh ya, soal tawaran gue waktu itu, gimana? Lo mau gantiin posisi Ralin, Hel?" Sena tampak berharap.

Rachel menggeleng pelan, "Gue gak bisa Sen, Pak Brama nawarin gue buat tampil solo," ucap Rachel cepat membuat senyum Sena menghilang.

"Kalau gitu, lo pulangnya hari ini bareng gue! Gak ada penolakan." Sena beranjak dari tempatnya duduk menuju meja depan.

Entah Rachel yang kegeeran atau bagaimana, tapi kali ini semua ucapan Sena terdengar tulus, dan entah kenapa Rachel ingin segera mendengar bel pulang berbunyi sekarang juga.

***

Sore ini, senyum Rachel tidak bisa disembunyikan. Sena membuatnya gila, mulai dari membelikannya es krim hingga boneka sapi berukuran raksasa yang kini dipeluknya. Rachel kemudian teringat sesuatu. Dengan cepat Rachel membuka resleting tasnya dan mengambil ponsel hitam itu, yang tak lain milik Ralin.

Rachel berharap, semoga saja ponsel yang digunakan Ralin pola kuncinya tidak berubah. Rachel sedikit heran, ternyata baterai ponsel itu cukup penuh. Gadis itu membuat pola dan jantungnya seakan berhenti seketika saat layarnya menunjukkan bahwa pola yang ia buat benar.

Perlahan, jari Rachel menelusuri ponsel tersebut mulai dari aplikasi yang lumrah digunakan. Rachel membuka salah-satu aplikasi bertukar pesan. Kemudian jarinya terhenti saat melihat nama Clary di antara pesan yang muncul.

Setelah menarik napasnya, Rachel membuka pesan tersebut. Cukup menarik perhatiannya, karena ternyata Clary mengirim beberapa pesan yang justru diabaikan Ralin.

01 Desember 2018
Cari masalah sama gue? Pulang sekolah besok gue tunggu di belakang gudang!

Tapi besok libur, Kak

Rachel terbahak melihat pesan teratas di ruang pesan itu, Menampakkan ketololan di depan lawan adalah sebuah hal bodoh.

20 Desember 2018
Kalau gue menderita, lo bakal lebih menderita

12 Januari 2019
Makasih buat lo yang mau menuhi keinginan gue. Semoga, hidup lo bahagia.

Rachel memijat pangkal hidungnya, entah kenapa dirinya merasa lelah hanya karena membaca pesan tersebut. Setelah keluar dari ruang obrolan Clary, satu nama berhasil menarik Rachel. Namanya tidak asing, juga orangnya.

Lathan, cowok itu beberapa kali mengirim pesan. Semacam permintaan maaf yang juga hanya dibalas seadanya oleh Ralin. Memangnya Lathan berbuat apa sampai dia meminta maaf? Dewi batin yang biasanya julit kini berubah kepo.

Rachel terus menggeser layar ponsel ke bawah, kemudian jarinya berhenti pada sebuah kontak pesan yang dinamai Ralin dengan nama; Akhir.

TBC...

Mau tanya, sejauh ini kurang dalam cerita ini apasih? Perbaikan buat aku kedepannya apa?

Jangan lupa follow instagram aku; bellaanjni

Bellaanjni

Author jahat yang lagi cukit:(

Bandung, 11 Maret 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro