(2) Awal
Bertemu denganmu adalah momen yang tak pernah kubayangkan. Berbicara denganmu adalah momen yang menyenangkan. Menatap bintang di matamu adalah hobiku sekarang.
~Ayyara Karenina~
****
Priiiiiittt…
Pertandingan basket berakhir yang dimenangkan oleh SMA SHS yang membuat para pendukung semakin bersorak heboh, termasuk Yara dan Bila.
“Yeyy… kita menangg….” seru Bila yang berdiri di tempat duduknya sambil bertepuk tangan heboh.
“Hmmm… mereka hebat-hebat.” sahut Yara yang ikut heboh.
“Yara, kita ke sana, yuk! Gabung sama mereka buat ngasih selamat ke Adrian.” Bila menarik lengan Yara tanpa menunggu jawabannya.
Yara hanya menurut saja ketika lengannya ditarik ke tengah lapangan basket yang ramai para cewek-cewek yang sedang mengerubungi Adrian.
“Adrian, selamat, ya.”
“Aaaa… Adrian kamu keren banget….”
“Calon pacar aku, selamat, ya.”
Yara memutar bola matanya malas mendengar kalimat-kalimat yang terlontar dari para fans Adrian.
“Bil, pergi aja, yuk. Pertandingannya juga udah selesai. Laper, nih, gue.”
“Bentar, gue belum ngucapin selamat ke Adrian.” ucap Bila yang tak mengalihkan pandangannya dari Adrian.
Melihat keadaan di sekitar Adrian sudah agak sepi, Bila menarik Yara mendekati Adrian. Yara semakin jengah dengan tingkah Bila.
“Adrian, selamat, ya. Kamu tadi keren banget. Kamu tahu nggak, tadi aku triakin nama kamu terus loh, ngasih kamu semangat. Kamu denger, kan?” Adrian hanya tersenyum menanggapi ucapan Bila.
“Ck, perasaan yang main tim basket, deh. Kenapa yang dapet selamat cuma Adrian doang.” gumam Yara yang ternyata terdengar oleh Adrian.
“Sorry, tadi gue denger lo nyebut-nyebut nama gue, kenapa, ya.?” Tanya Adrian sambil menunjuk Yara.
“Gue?” Yara menunjuk dirinya sendiri, “salah denger kali lo.” Yara mengalihkan pandangan kearah Bila, “Bila, gue ke kantin duluan. Laper.” ucap Yara.
Tanpa menunggu jawaban dari Bila, Yara berlalu pergi. Adrian memandang kepergian Yara dengan pandangan yang… entahlah.
“Ehmm… perhatian, buat semua yang di sini, gue tlaktir makan di kantin, sebagai perayaan kemenangan kita.”
Sontak saja ucapan Adrian barusan mendapat sorakan heboh.
“Aaaa… Adrian, aku juga, kan?” tanya Bila semangat.
“Serius, nih, men?” tanya Aldo, anggota tim basket yang merupakan teman sebangku Adrian.
“Hmmm.”
“Yuhuu, oke semuanya let’s go ke kantin.” ucap Aldo sambil berlalu yang diikuti semua orang yang berada di lapangan.
"Gue bakal tunjukin ke cewek tadi, siapa yang berkuasa di sini." gumam Adrian yang tersenyum sinis sebelum ikut pergi ke kantin.
****
Yara sedang berdiri di depan stand batagor untuk memesan makanan kesukaannya. Perutnya lapar sekali. Tepat saat Yara menerima pesanannya, terdengar kehebohan di pintu masuk kantin.
Yara mengerutkan kening saat ia akan kembali ke mejanya, suasana kantin jadi penuh seketika. Padahal tadi saat ia tiba hanya ada dua orang saja, itu pun mereka sudah selesai makan.
“Yara!”
Yara mencari sumber suara yang memanggilnya. Setelah ia menemukan sumber suara, Yara mendekati orang tersebut.
“Tadi gue ajakin nggak mau, sekarang tiba-tiba lo udah ada di sini.” ucap Yara sambil meletakkan batagornya dan duduk di depan Bila.
“Iya dong, gue nggak akan melewatkan momen ini.”
Yara yang akan memasukkan batagor ke dalam mulut tiba-tiba berhenti “Maksud lo momen apa’an?”
Bila memajukan dirinya lebih dekat ke arah Yara “Semua yang ada di sini ditlaktir sama Adrian.”
Yara menelan batagornya “Serius lo?”
“Yo’i… yaudah, gue mau pesen makanan dulu yang banyak, mumpung gratis.” Bila berlalu menuju stand makanan.
“Dasar, kaum gratisan.” gumam Yara.
Yara melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Tanpa ia sadari kalau dari tadi ada yang mengawasinya di meja paling ujung dekat dengan jendela.
Yara sudah selesai makan sekitar lima menit yang lalu dan sekarang ia sedang menunggu Bila menghabiskan makanannya yang seabrek itu.
“Lo nyari apa, sih, Ra?” tanya Bila ketika melihat Yara yang sedang mencari sesuatu di bawah meja.
“Buku gue. Lo lihat nggak?” jawab Yara yang masih terus mencari.
“Buku yang mana?”
“Yang tadi gue bawa ke lapang—ahh… pasti ketinggalan di lapangan.” Ingat Yara lalu bangkit dari duduknya.
“Eh, mau kemana?”
“Mau bayar, lah, terus nyari buk—“
“Gue yang tlaktir semua yang ada di sini.” suara Adrian memotong ucapan Yara.
Yara menoleh, entah sejak kapan sang most wanted itu sudah berdiri di sampingnya.
“Serius? Thank kalau gitu.” ucap Yara sambil tersenyum tipis, “yaudah, gue duluan, yah, Bil.” Yara melirik Bila memberi sebuah kode yang ditangkap baik olehnya, setelahnya ia cepat-cepat berlalu. Yara tak ingin berlama-lama di dekat most wanted karena ia tidak nyaman terhadap pandangan iri seisi kantin.
“Oh, iya, nggak pa-pa, kok. Duluan aja.” jawab Bila sambil berdiri di samping Adrian, “Adrian, maafin temen aku, ya, dia emang gitu. Nggak terlalu bagus sopan santunnya.”
Adrian hanya terenyum sebelum akhirnya berlalu untuk gabung bersama teman-temannya.
“Aaa… manis banget senyumnya….”
****
“Gara-gara Bila tadi, nih, narik-narik gue. Jadi ketinggalan, kan, buku gue.”
Yara berjalan di koridor menuju lapangan basket tempat pertandingan tadi. Suasana sekolah sudah tidak seramai tadi karena memang sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar setelah pertandingan.
Lapangan basket indoor terletak cukup jauh dari kelas. Jadi, jika ada yang bermain basket tidak akan mengganggu kegiatan belajar.
DUG
DUG
DUG
Yara mengerutkan dahi ketika mendengar suara pantulan bola basket. Dia agak merinding, pasalnya di sana sudah tidak ada siapa pun. Dengan keberanian penuh, Yara mengintip dari pintu dan ternyata ada seorang laki-laki berseragam SMA SHS sedang bermain basket. Itu bukannya Bintang?
“WOW….”
Yara bertepuk tangan saat melihat bola yang dilempar Bintang masuk dengan sempurna ke dalam ring. Padahal Bintang melakukan lemparannya dai jarak yang cukup jauh.
Bintang menoleh saat sadar tidak hanya dirinya yang ada di lapangan. Ia tersenyum mendapati Yara yang berjalan mendekatinya.
“Lo temennya Bila, kan?" tanya Bintang saat Yara sudah ada di depannya, “kok, lo ada di sini?”
“Ternyata lo jago juga main basket. Lemparan lo bagus banget tadi.” Bukannya menjawab, Yara malah memuji Bintang.
“Hahaha… ternyata lo lihat… oh, iya, lo ngapain di dini. Nggak mungkin kebetulan, kan?”
Yara tersenyum manis, “Gue nyari buku, kayaknya ketinggalan waktu gue nonton pertandingan tadi.”
Bintang mengerutkan dahi seperti sedang mengingat sesuatu.
“Oh, tadi gue nemuin buku di tempat penonton. Sekarang ada di tas gue.”
“Oh, ya?”
“Hmm… bentar gue ambil.” Bintang berjalan menuju tasnya yang ia taruh di kursi penonton paling depan. Yara pun mengikutinya.
“Nih.” Bintang menyodorkan sebuah buku note bersampul pink hitam itu kepada Yara.
“Ah, bener ini buku gue. Makasih, ya, udah nemuin buku gue.” Ucap Yara yang sudah menerima bukunya.
“Santai, Cuma kebetulan aja, kok.” Bintang duduk di salah satu kursi penonton yang diikuti Yara, “eh, kita belum kenalan secara resmi. Nama lo....?” Bintang menyodorkan tangan ke hadapan Yara yang disambut dengan senang hati.
Yara tersenyum, “Ayyara Karenina. Panggil aja Yara.”
“Bintang Pradana. Panggil Bintang aja nggak pake jatuh.” Yara tertawa renyah saat mendengar ucapan Bintang. Tawanya yang menular kepada Bintang. Tawa yang terdengar merdu di telinga Bintang
“Lo salah satu fans Adrian?” Tanya Bintang setelah tawa mereka mereda.
“Hah?”
Bintang mengedikkan dagunya menunjuk buku Yara “Ada gambar Adrian di buku lo. Sorry, tadi gue buka-buka.”
“Oh, ini? Gue emang suka gambar. Kebetulan aja tadi pas lihat pertandingan si Bila ngomongin Adrian mulu jadi gue gambar.”
“Gambar lo bagus. Lain kali… gue mau jadi objek gambar lo.” Sontak saja Yara menoleh kearah Bintang yang juga menatapnya.
Yara terkunci dengan mata indah milik Bintang. Mata dengan bola mata berwarna coklat yang di dalamnya seakan ada bintang yang besinar. Mata tersenyum yang membuat wajah imutnya terlihat ramah, wajah imut yang memiliki hidung mancung dan bibir mungil. Wajah yang ternyata tak kalah menawan dari Adrian.
****
Akhirnya update juga di sela-sela kesibukan.
Salam dunia halu
By V
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro