|| Part 13 ||
Happy Reading ✨
“Ada apa ini? Kok Fira ditarik-tarik seperti itu?” tanya Pak Amdian—Pak RT di kompleks itu.
“Ini loh, Pak, si Fira dan temannya kedapatan berbuat aneh-aneh di dalam rumahnya. Tuh, lihat aja sendiri, badan mereka basah kuyup seperti itu,” ujar Bu Marni kepada suaminya.
“Berbuat aneh gimana toh, Bu?”
“Ya, Bapak tahu sendiri, kalau ada 2 orang berbeda jenis di dalam rumah, hanya berdua, apa-apa saja bisa mereka perbuat,” timpal Bu Rina.
“Setuju tuh, Pak,” ucap Bu Diah.
“Sebentar dulu, memangnya kalian punya saksi mata?”
“Saya saksi matanya, Pak,” ucap Ansel. Setelah dirasa ia mendapat kesempatan untuk berbicara, ia mulai melancarkan alunan ceritanya. “Jadi, tadi itu saya mau ketemu sama Fira. Pas saya ketuk pintunya, gak ada yang jawab, trus saya coba buka pintunya, dan ternyata gak terkunci. Pas saya masuk, saya dengar suara orang di kamar mandi, dan setelah saya lihat ada Fira dan lelaki ini di dalam kamar mandi, Pak. Mereka sedang dalam keadaan basah kuyup waktu itu, dan di rumah Fira, hanya ada mereka berdua.”
“Enggak, Pak. Kami gak cuma berdua di rumah, ada adik sepupu saya,” bela Fira.
“Adikmu mana? Bahkan, tadi pas dicari gak ada, kan? Sudahlah, kalau udah salah itu ngaku aja,” sinis Bu Diah.
“Tapi, benar, Pak. Saya tadi ke rumah Fira, saat itu sedang ada adik sepupunya. Akan tetapi, adiknya itu sepertinya sedang keluar rumah.” Eriko membuka suaranya.
“Sebentar, kamu ke rumahnya Nak Fira, mau ngapain?” tanya Pak Amdian.
“Saya ke rumah Fira, karena mau bantuin Fira betulin showernya yang sedang rusak, Pak.”
“Oh begitu. Jadi, tidak ada niatan untuk berbuat aneh-aneh?”
“Saya berani bersumpah, Pak. Kami tidak melakukan apa-apa,” ucap Fira.
“Halah, diam aja kamu, Fira. Kamu itu udah salah, coba aja ngaku. Lagian, kalau emang kamu gak ngapa-ngapain sama teman cowok kamu ini, tetap aja kamu itu udah mencemarkan nama baik kompleks dengan sering keluar malam.” Bu Marni bersidekap dada.
“Bu, saya keluar juga ada alasannya. Saya keluar malam karena saya bekerja, Bu,” ucap Fira.
“Kerja apa yang mesti keluar malam, selain kerjaan tidak betul itu?” tanya Bu Rina.
“Saya –“
“Ah, sudahlah, tidak perlu banyak beralasan kamu. Yang namanya anak gadis, kalau sudah berani keluar malam, itu udah gak benar namanya,” ujar Bu Diah.
“Sudahlah, Pak, usir dia aja dari kompleks ini,” ucap Bu Marni memprovokasi suaminya untuk mengusir Fira. Ia paling benci dengan yang namanya kelakuan anak-anak zaman sekarang seperti ini.
“Kita tidak bisa mengusir Fira begitu saja, kecuali kita mempunyai bukti bahwa Fira berbuat aneh-aneh dengan lelaki ini,” ucap Pak Amdian.
“Begini saja, untuk sementara, sepertinya Nak Fira harus pindah dulu, setidaknya sampai ada sosok orang yang lebih tua, yang berani menjamin bahwa Fira tidaklah berbuat aneh-aneh. Baru setelah itu, Fira dipersilakan untuk kembali ke kompleks ini.”
Keputusan Pak Amdian tidaklah memuaskan hati ketiga ibu-ibu itu, terlebih bagi Ansel.
Sementara, Fira mulai terisak. Hal yang paling tidak diinginkannya justru terjadi sekarang ini.
■■■
“Fira, kamu lagi ngapain?” tanya Sella yang terkejut melihat Fira sudah menyapu halaman rumah sepagi ini.
“Lagi bersih-bersih halaman, Tan,” jawab Fira.
“Duh, gak usah, Sayang. Gak usah nyapu gini. Kamu itu di sini sebagai tamu, loh.”
Fira tersenyum, kemudian menggeleng. “Aku ini bukan tamu, Tan. Aku cuma numpang di sini, jadi sudah seharusnya aku bantu Tante untuk bersih-bersih, bukannya cuma enak-enakkan duduk aja.”
“Kamu memang gadis yang sangat baik, Fira. Mama dan papa kamu pasti akan bangga di atas sana saat melihat anak gadisnya ini tumbuh sebagai anak yang baik, dan rajin.”
“Terima kasih, Tan. Tapi, rasanya, Tante terlalu memuji,” ucap Fira.
“No, Tante bukan sedang memuji. Tante sedang membicarakan fakta. Kamu tahu gak? Pantas aja, anak Tante begitu terpincut sama kamu. Kamu itu benar-benar tipe istri idaman semua suami.”
Fira terdiam mendengar ucapan Sella. Eriko menyukainya? Ah, mana mungkin.
“Gak mungkin lah, Tan. Saya ini kan cuma pekerja di rumah Tante, gak mungkin anak majikan saya suka sama saya.”
Sella tersenyum. “Ya, mungkin lah. Di dunia ini, gak ada kata mustahil. Semua itu mempunyai potensi kemungkinan yang seimbang.”
Fira kembali terdiam. Ucapan Sella memang betul. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Termasuk untuk urusan perasaan pun, no one knows.
Itu berarti, ada kemungkinan Eriko menyukainya?
Tapi, itu tidak mungkin. Tidak mungkin, seorang Eriko yang merupakan CEO dari perusahaan terkenal itu menyukainya, yang hanya sebatas pekerja di rumahnya.
Namun, apa boleh Fira berharap kemungkinan itu ada? Jujur saja, pertama kali ia mengenal sosok Eriko, ia begitu mengagumi keuletan dari lelaki itu. Tidak hanya rajin bekerja, lelaki itu juga pandai, dan penyayang. Bisa dilihat dari caranya menyayangi mama dan papanya.
Fira menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak. Ia tidak boleh berhalusinasi seperti ini. Sungguh tidak masuk akal, jika Eriko menyukainya. ‘Please, Fir, jangan halu kayak begini. Kamu itu harusnya sadar, kamu gak ada apa-apanya dibanding Eriko.’
“Kenapa geleng-geleng kepala gitu?” tanya Sella.
“Ehm, enggak, Tan. Gak apa-apa kok.”
Sella mengangguk. “Ya sudah, Tante mau ke pasar dulu, ya. Kamu bantu jagain rumah ya, Sayang.”
“Siap, Tan.”
━━━┅┅☆★☆┅┅━━━
Akan selalu ada kemungkinan, bagi setiap hal yang belum terjadi. Cukup percaya dan berdoa, agar segala kemungkinan itu menjadi nyata. Because, nothing is impossible when you ‘Believe’.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro