|| Part 12 ||
Happy Reading ✨
Chika terkejut saat melihat pintu rumah Fira yang terbuka. Seingatnya tadi, ia sudah menutup pintu itu rapat, walau tidak ia kunci. Akan tetapi, masa iya kekuatan angin dapat membuat pintu itu terbuka?
Gadis itu baru saja kembali dari warung, ia habis membeli beberapa bahan masakan yang rencananya akan ia masak bersama Fira. Chika berjalan masuk ke dalam rumah, dan beberapa kali memanggil nama Fira. Tidak ada jawaban. Jangankan jawaban, Chika bahkan tidak melihat adanya tanda-tanda kehidupan di rumah ini, karena benar-benar sedang tidak ada orang di sana. Fira, ataupun temannya yang bernama Eriko itu sama sekali tidak ada di rumah.
Chika berjalan keluar, kemudian celingak-celinguk melihat ke sekitar rumah. Barangkali keduanya sedang berada di luar. Akan tetapi, tetap saja Chika tidak menemukan seorangpun di sana.
“Loh, kak Fira, kenapa nangis?” tanya Chika saat melihat Fira dan Eriko yang baru pulang, entah darimana.
Fira tidak menjawab. Ia masih setia dengan tangisannya, dan langsung berjalan masuk ke rumahnya.
“Sebaiknya, sekarang kamu membereskan semua baju-baju kamu,” ucap Eriko, menggantikan posisi Fira yang seharusnya bertugas menjawab pertanyaan Chika.
Chika dibuat bingung. Untuk apa, dirinya harus berkemas? Melihat tidak ada celah yang tepat untuk kembali bertanya, Chika hanya bisa pasrah dan berjalan menyusul Fira ke dalam. Tidak hanya Chika yang harus berkemas, ternyata saat ini, kakak sepupunya itu juga ikut mengemas semua baju-bajunya.
“Kak, ini kenapa kita kemas-kemas baju?” tanya Chika.
Fira memberhentikan aktivitasnya, kemudian mengusap air matanya yang sudah menetes. Gadis itu tersenyum kepada Chika. Lebih tepatnya, ia memaksakan senyumnya. “Kamu beres-beres aja dulu semua baju kamu, nanti kakak ceritain.”
Chika kembali mengangguk pasrah. Sepertinya, ada suatu hal besar yang terjadi saat dirinya membeli barang di warung tadi.
■■■
Di perjalanan yang entah bertujuan kemana itu, Chika masih saja dibuat bingung dengan semua yang terjadi beberapa saat lalu. Sebenarnya, ada apa ini? Chika hendak bertanya, namun ia mengurungkan niatnya ketika melihat Fira yang masih terisak. Mungkin, sekarang bukan waktu yang tepat.
Mobil milik Eriko yang mereka tumpangi, berhenti tepat di sebuah rumah mewah, yang tentunya berkali-kali lipat lebih besar dibanding rumah yang sekarang dikredit oleh Fira.
Eriko terlebih dahulu turun dari mobilnya, kemudian ia membukakan pintu mobilnya untuk Fira dan Chika. Setelah itu, ia membantu menurunkan koper kedua gadis itu dari garasi mobilnya.
“Ini rumah siapa, Kak?” tanya Chika.
“Rumah Eriko,” jawab Fira dengan suara seraknya.
“Oh gitu.”
“Ayo, masuk, Fir, Chik.” Eriko berjalan mendahului Fira dan Chika, dengan 2 koper besar yang dibawanya.
Eriko menekan bel rumahnya, kemudian seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuk mereka.
“Eriko, kamu sudah pulang?” tanya wanita paruh baya itu. Wanita itu terkejut saat melihat keberadaan Fira dan Chika di sana. “Loh, kenapa Fira juga di sini? Kenapa dia nangis? Koper siapa juga itu yang kamu bawa?”
Pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dari mulut wanita itu.
“Nanti Eriko jawab ya, Ma. Sekarang, izinin Fira dan Chika masuk dulu.”
Wanita yang dipanggil mama oleh Eriko itu mengangguk, kemudian memberikan jalan untuk mereka lewat.
“Fira, sepertinya kamu butuh istirahat. Mari, tante antarin kamu ke kamar tamu,” ujar Sella—mama Eriko. Fira mengangguk, kemudian memberi kode kepada Chika untuk mengikuti keduanya.
Eriko juga menyusul di belakang, dengan membawa 2 koper besar milik Fira dan Chika. Sesampainya di kamar tamu, Eriko meletakkan 2 koper itu di samping lemari. Lelaki itu keluar dari kamar, sembari menarik lengan mamanya untuk ikut keluar.
“Eriko, ini sebenarnya ada apa?” tanya Sella. Saat ini, mereka sedang duduk di ruang tamu.
Eriko menghela napasnya, lalu menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dan Fira beberapa saat lalu. Dimulai dari kesalahpahaman Ansel, yang kemudian berimbas pada para tetangga yang juga mempercayai tuduhan Ansel. Hingga, saat mereka di bawa ke rumah pak RT, dan di saat yang bersamaan, pak RT dengan berat hati harus mengusir Fira dari kompleks perumahan itu, demi nama baik bersama.
“Ansel itu siapa sebenarnya?” tanya Sella.
“Eriko juga gak tau pasti, tapi, sepertinya Ansel itu adalah mantan pacarnya Fira.”
“Oh begitu. Kasihan sekali Fira, pasti sekarang jiwanya benar-benar lagi terguncang. Kalau gitu, mama mau bikini teh hangat dulu untuk dia dan sepupunya itu.”
Sella berjalan menuju dapur, dan segera membuatkan 2 cangkir teh hangat. Wanita paruh baya itu kemudian berjalan menuju kamar tamu, dan mengetuknya terlebih dahulu sebelum masuk.
“Fira, ini tante bikinin kamu teh hangat, kamu minum dulu, ya.” Sella menaruh nampan berisi 2 cangkir itu ke atas meja. “Kamu Chika, kan?” tanya Sella kepada Chika.
“Iya, Tan, saya sepupunya kak Fira.”
“Silakan diminum juga tehnya, ya.”
Chika tersenyum kepada Sella, lalu mengucapkan terima kasih.
“Fira,” ujar Sella, sembari mengelus puncak kepala gadis itu. “Tante udah dengar ceritanya dari Eriko, dan itu semua murni kesalahpahaman. Jadi, kamu gak perlu terlalu pikirin soal itu. Tante dan Eriko akan bantu kamu sebisa kami, supaya nama baik kamu kembali bersih dari segala tuduhan itu.”
Fira yang sedari tadi menundukkan kepalanya, tersenyum sembari melihat ke arah Sella. Fira memeluk wanita itu, seolah wanita itu ialah mama kandungnya. “Maaf, Tan, sebenarnya Fira gak mau ngerepotin Tante dan Eriko. Sudah banyak bantuan yang kalian berikan sama Fira, Fira gak tahu harus membalas semua jasa kalian dengan apa.”
Sella membalas pelukan Fira, dan memberi usapan kecil di punggung gadis itu. Ia sungguh mengenal Fira, oleh karena itu, ia tahu beban yang dihadapi gadis seusianya begitu berat. Fira harus kehilangan orang tuanya, dan membiayai kehidupannya sendiri.
“Kamu gak pernah ngerepotin kami, Fira. Jangan pernah berkata seperti itu ya, Sayang.”
“Kamu udah Tante anggap seperti anak sendiri. Sudah sepantasnya seorang ibu membantu anaknya, di saat anaknya sedang kesusahan. Jadi, jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan Tante, ataupun Eriko, jika kamu memang memerlukannya.”
“Makasih banyak ya, Tan. Fira sayang banget dengan Tante.”
“Tante lebih sayang dengan kamu, Fir.”
━━━┅┅☆★☆┅┅━━━
Di saat semua orang menghindariku, aku masih bersyukur karena memiliki kalian yang begitu menyayangiku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro