Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|| Part 11 ||

Happy Reading ✨

Terkadang, Fira bingung dengan pekerjaan Eriko. Apakah benar dia adalah seorang CEO dari Perusahaan Widanael? Atau, mungkin, sebenarnya dia adalah seorang tukang yang bergaya seperti seorang CEO?

Tidak. Tidak mungkin. Ia mengenal Eriko sudah hampir setahun. Eriko yang ia kenal ialah seorang CEO dengan pesona yang begitu kuat, bukan seorang tukang.

Fira menatap Eriko yang tengah memperbaiki showernya dengan lekat. Eriko benar-benar tipe suami yang idaman. Selain pandai mencari uang, ia juga bisa diandalkan dalam urusan membetulkan peralatan rumah. Jadinya, saat berkeluarga nanti, ia bisa menghemat uangnya untuk tidak membayar tukang.

"Yang jadi istri kamu, pasti beruntung banget," gumam Fira, yang terdengar oleh Eriko.

"Kamu ngomong apa tadi, Fir?" tanya Eriko yang tengah membetulkan shower dengan beberapa alat di tangannya.

"Eh, enggak. Aku enggak ngomong apa-apa," ucap Fira cepat. Ia seketika menjadi gugup, apakah tadi Eriko mendengar jelas gumamannya?

"Oh, gitu," jawab Eriko.

Fira menghela napasnya, lega. Sepertinya, Eriko tidak mendengar gumamannya tadi. Selepas itu, Fira merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya berpikiran seperti tadi.

"Fir, ini showernya udah aku perbaiki, sih. Coba kamu buka, aku mau beresin alat-alatnya dulu."

Fira segera berjalan menuju kamar mandi. Gadis itu membuka kran yang terhubung langsung ke shower itu.

"Airnya masih gak ada, Rik," ujar Fira.

Eriko meletakkan alat-alatnya di atas lantai, kemudian berjalan mendekati Fira. Jarak di antara keduanya cukup dekat, membuat Fira berusaha menahan debaran jantungnya yang entah mengapa berdegup menjadi kencang.

"Oh iya, masih belum betul, ya."

Eriko menepuk-nepuk permukaan shower yang biasanya mengeluarkan air. Tiba-tiba saja, air keluar dengan kencang, membuat kedua orang yang di bawahnya basah kuyup.

Posisi Eriko yang lebih tinggi, dan hampir menutupi Fira, membuat Fira tidak terlalu terkena basah.

■■■

Berulang kali, Ansel memanggil nama seseorang, namun tak kunjung mendapat jawaban. Lelaki itu merasa khawatir, lantas ia mencoba masuk melalui pintu yang ternyata tidak dikunci.

"Fira," panggilnya. Masih tak ada jawaban. Akan tetapi, pendengaran tajam milik Ansel, membawanya berjalan ke arah kamar mandi yang mengeluarkan suara dari dalam.

Ansel begitu terkejut kala mendapati Fira tengah basah kuyup di sana. Satu hal lagi yang membuat Ansel tambah terkejut ialah keberadaan Eriko di samping Fira, yang juga dalam keaadan basah seperti layaknya Fira.

Fira dan Eriko yang baru saja ingin keluar dari kamar mandi, ikut terkejut melihat Ansel yang ada di hadapan mereka.

"Ansel, kamu ngapain di sini?" tanya Fira.

Ansel tidak menjawab. Lelaki itu tersenyum miring, kemudian berjalan ke luar.

Merasa ada yang tidak beres, Fira setengah berlari menyusul Ansel.

"Kamu mau ngapain?" tanya Fira lagi.

"Mau laporin ke tetangga-tetangga kamu, bahwa sudah sepantasnya mereka ngusir kamu dari sini. Aku gak nyangka ya, Fir. Ternyata, kamu seburuk ini sekarang," ucap Ansel yang membuat Fira membelalakkan matanya.

"Apa?! Enggak, Sel. Aku nggak ngapa-ngapain sama Eriko," ucap Fira mengelak dari tuduhan Ansel.

"Nanti jelasin aja sama tetangga-tetangga kamu."

Ansel bersiap untuk berteriak memanggil para tetangga di sekitar rumah Fira, namun, Fira terlebih dahulu membekap mulutnya.

"Aku mohon, Sel. Jangan ngomong ke tetangga. Aku beneran gak berbuat apa-apa sama Eriko," pinta Fira.

Ansel hampir luluh untuk tidak melaporkan perbuatan Eriko dan Fira ke para tetangga. Namun, melihat Eriko yang berjalan ke arahnya, Ansel tidak jadi luluh.

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Bu Marni datang.

Ansel tersenyum melihat kehadiran Bu Marni, dan beberapa tetangga yang juga ikut datang. Sepertinya, ia tidak perlu repot-repot berteriak, karena para tetangga itu sudah di dekat mereka.

"Fira! Kenapa kamu basah kuyup seperti itu?" tanya Bu Diah yang terkejut melihat kondisi Fira. Yang tambah membuatnya terkejut ialah kondisi Eriko yang tak jauh beda dengan Fira.

"Kalian main air?"

Fira menggeleng.

"Iya, Bu, mereka main air di kamar mandi. Beruntungnya aja, saya datang, kalau enggak, mungkin mereka udah berbuat aneh-aneh."

"Ansel! Kok kamu bilang gitu sih? Itu namanya fitnah," marah Fira.

"Ya, sekarang gini ya, kalian itu cuma berdua di rumah, trus mainnya di kamar mandi, siapa juga yang bakal percaya kalau kalian gak berbuat apa-apa?"

"Ada adik sepupu aku, kok," ucap Fira.

"Betul, Bu. Tadi, ada Chika, adik sepupunya Fira," timpal Eriko.

Fira lalu berlari menuju kamarnya, dan mencari keberadaan Chika. Namun, nihil. Ia tidak menemukan keberadaan Chika di rumahnya. Fira kembali dengan wajah tegang, sepertinya sekarang ia tidak punya alasan untuk mengelak.

"Mana sepupu kamu?" tanya Bu Rina.

Fira hendak menjawab, namun Ansel duluan menyela. "Dia itu bohong, Bu. Selama ini, Fira kan tinggal sendirian."

"Beneran, Bu, semalam sepupu saya datang, mungkin dia lagi keluar."

"Kalau benar begitu, berarti kondisi rumah kamu tengah kosong, dan kalian hanya berdua saja di rumah. Tidak ada lagi yang bisa dielakkan. Kalian itu pasti sudah berbuat aneh-aneh. Sekarang juga, kalian ikut saya!"

"Tapi, Bu, kami tidak berbuat apa-apa. Saya tadi hanya membantu Fira membetulkan shower, tidak lebih," ucap Eriko.

Akan tetapi, ibu-ibu itu tidak mau mendengar penjelasan apapun.

Bu Marni menarik lengan Fira, menuju rumahnya. Sedangkan, Bu Rina dan Bu Diah menarik lengan Eriko.

━━━┅┅☆★☆┅┅━━━

Tidak ada yang lebih kejam dibanding sebuah tuduhan tanpa pembuktian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro