Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. DN (1)


The Story is OnGoing ~ 30. DN (1)

Penulis: Jafreida

Publikasi: Kamis, 11 Maret 2021

💚💚💚
.
.

Belum ada cerita lagi sejak hari itu. meski bayangan dan harapan masih terus berkeliaran dalam hidupku sekarang. semua terasa hambar, karena rindu yang tak jua berujung temu.

Aku memilih untuk diam dalam persembunyianku, pun dia yang masih sibuk menjalani kehidupannya. aku menghilang dari hidupnya, dan bukannya dia mencariku, justru malah dia ikut menghilang. Ck, ribet emang punya gebetan kaya es!

"Mar ke bandung yuk"

Aku menoleh ke samping, Ardi yang baru saja duduk disampingku, memberi botol air mineral padaku. Setelah mengucapkan terima kasih, aku segera meneguk air itu banyak-banyak. Bersepeda dari rumah kemari membuatku sangat kehausan.

"yuk" ucap Ardi begitu aku selesai meneguk air mineral dari botol itu.

"kemana?" Tanyaku bingung.

"ke Bandung, main"

Aku memutar bola mata. Ke bandung? Sama dia? Rasanya mustahil, terlalu jauh dan juga tidak akan diizinkan oleh orang rumah.

"serius Mar, sekali-kali hehe"

"gak bakalan di bolehin" ucapku sambil menggeleng.

"yaudah aku ke rumah kamu" katanya

Aku mengangkat kedua alisku, "ngapain?"

"silaturrahim, Mar" katanya sambil terkekeh. Aku kembali memutar kedua bola mata, jengah.

"gak punya duit juga sih sebenernya haha"

Ardi melirikku, "gak keliatan gak punya duit" katanya.

Aku tertawa, "gak punya duit juga aku kan tetep bahagia"

"kalo bahagia, kamu udah gemukan kali Mar"

Aku memperhatikan pergelangan tanganku yang amat kurus. Meratapinya sedih, padahal aku kurus hanya karena kurang makan aja sih

"ya aku makan sehari sekali doang. Sibuk berbahagia soalnya" ucapku sambil terkekeh.

"ga ngaruh sama makan. Aku makan tiga kali sehari aja ga gemuk-gemuk" katanya sambil tertawa.

"cacingan kali tuh" aku semakin tertawa.

"eh serius, malah sampe empat kali sehari" ucapnya setelah tawanya reda.

"makanya jan banyak pikiran" ucapku. Dia malah kembali terkekeh

Kemudian kami sama-sama diam, melihat danau tenang di depan kami. Matahari senja menemani kami, mengintip dari ujung danau sana.

"mau bahagia gak?" tanyaku tanpa menoleh kearahnya.

Ardi melirikku sebentar lalu kembali melihat ke depan.

"gimana?" tanyanya.

"nama belakang aku, Arsyana. Dalam bahasa jawa artinya selalu bahagia. Kalo mau bahagia, sini sama aku" kemudian aku terbahak, menertawai kalimatku barusan.

"canda kok canda" sambungku ketika kulihat dia tidak menanggapi leluconku. Dia diam, sementara aku mengambil kembali botol air mineralku.

"kalopun gak bercanda juga aku ga masalah kok Mar. aku masih menghargai pertemanan kita kalo bener tumbuh perasaan lain, aslii. Tapi mendingan jangan deh Mar" ucapnya dengan terkekeh.

Aku hampir tersedak air mineral yang sedang kuteguk ketika mendengar ucapannya. Buru-buru ku habiskan air dalam botol itu lalu melemparkannya kearah Ardi.

"dih baperan!" seruku sambil tertawa melihat Ardi yang mengaduh kesakitan karena kepalanya yang terkena lemparan botol itu. ardi menatapku kesal, tapi tidak berniat untuk membalas lempar botol itu.

"Ardi," panggilku ketika kami kembali hanyut melihat pemandangan didepan kami.

"hm?"

"jangan suka sama aku ya" ucapku ragu. Lelaki itu malah terkekeh

"aku mau comblangin kamu sama Fajar Mar. kalian cocok kok" katanya dengan nada riang.

"jangan mulai deh. Aku mau move on tau" tanggapku kesal.

"halah move on apaan. Udah gausah, aku sebagai sahabat dukung kalian nih"

Aku memijat pelipis. Dahlah putek pikiranku kalo bicara soal Fajar. gimana aku bisa move on kalo orang-orang sekitarku terus saja mengungkit tentangnya. Setelah kemarin Ara yang bercerita soal fans Fajar yang semakin bejibun, sekarang mantannya.

"tau gak, kemaren pas aku nginep di rumah dia sama Juma dan Sandy. Kan kita makan mie malem-malem eh pas udah kelar langsung dicuci piringnya sama Fajar. emang dia tuh calon suami idaman banget kan? Jujur, Aku selalu iri sama sama dia tuh" ceritanya, membuatku mengembangkan senyum senang.

"aku tuh mau ngajak kamu deh, seandainya ya. Pasti kamu seneng bisa nginep di rumah Fajar, tidur di kamarnya, mana keluarganya baik-baik, duh" lanjutnya dengan sumringah.

"ngapain coba kamu ceritain itu ke aku?" tanyaku kesal, seolah dia memamerkan kedekatannya dengan Fajar, sedangkan aku sebagai gebetannya hanya bisa gigit jari.

Ardi tertawa, "sengaja hahaha kamu mana bisa kan nginep di rumahnya"

"bisa lah, nanti ada waktunya" aku ikut tertawa.

Ngomongin soal rumah Fajar, aku memang Cuma pernah berkunjung sekali. Iya saat insiden cenglu hahaha lagian buat apa aku ke rumahnya? Aku tidak punya urusan yang bisa membawaku ke rumahnya kan?

Eh tapi, aku teringat cerita Ardi beberapa hari lalu kalau Dewi sempat ke rumah Fajar belum lama ini. oh aku curiga kalau kakak kelas itu masih dekat dengan Fajar, mengingat kami memang sekampus yang tidak menutup kemungkinan mereka beberapa kali bertemu. sedangkan aku? udah berapa tahun gak ketemu huhuhu

"aku mau tanya, tapi jawabnya jangan serius-serius ya"

"apa?" dia menoleh ke arahku.

"menurut kamu, Fajar lebih pilih Dewi atau aku?"

"fajar itu suka cewe yang suka olahraga, atau punya bakat gitu Mar. kamu tunjukin aja tuh bakat kamu" jawabnya serius.

Aku mengangkat alis bingung. Teringat saat terakhir kali aku mengirim sketch padanya, dia mempostingnya di instastory, juga tag aku. huaa inget itu rasanya mau nangis karena pertama kalinya doi tag aku hahaha

"gak bakal ke Dewi lagi sih, gak mungkin" lanjutnya.

"katanya baru kemarin Dewi ke rumahnya?" tanyaku.

"iya, pinjem sesuatu gitu. tapi maksudku bukan berarti yang sering ketemu tuh yang bakal di pilih"

"iya sih. tapi kan aku mencoba tau diri lah. Dewi kan cantik, pinter, mantan ketua HMJ pula. Kalo fajar masih sukanya sama dia ya aku bisa apa"

"tapi Fajar udah gak suka sejak dia lepas krudung, trus main cowo"

"ini kamu yang labil apa Fajar yang labil sih? kalo udah gak suka ya ngapain tu cewe masih berani ke rumahnya?"

"ya masih diladenin karena kasihan mungkin. Aduh ini aku dosa gak sih malah buka aib temen sendiri"

Aku tertawa melihatnya menggerutu tidak jelas. Kemudian kami kembali saling diam hingga sepuluh menit sebelum aku kembali berbicara.

"aku capek. Sama semua drama yang udah aku jalani disini selama aku hidup. Aku bosen, Ardi. Kek dua puluh tahun hidup dengan suasana yang sama, dengan orang-orang yang sama, juga permasalahan hidup yang sama, atau kisah cinta yang sama. Aku pengen pergi jauh, untuk hidup yang baru"

Ardi menatapku tanpa berkata-kata. Mungkin dia mencari kebohongan atau nada bercanda dalam kalimatku.

"aku pengen ke Australia"

Dan lelaki itu menghela nafas, menikmati sisa kebersamaan kami yang terakhir sebelum aku pergi untuk waktu yang lama.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro