Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7

James mengunyah tanaman hijau yang berhasil dia temukan dan menempelkan lepehanannya ke bekas luka lebar di kaki. Pria itu meringis pelan. Walau tahu obat herbal itu tidak akan banyak membantu, setidaknya dia bisa membuat luka tersebut jadi mati rasa.

Langit di atas kepala James berubah kelabu, cahaya bulan tak dapat menembus awan-awan hitam yang bergerombol seperti kelompok domba. Membuat jalanan hutan yang semula gelap, jadi makin gelap tanpa penerang. James kemudian menyalakan senter kecil di ikat kepalanya, harusnya dia menyerahkan benda itu pada Jane tadi. Namun, tak sempat. Sejak tadi, gadis itu belum kembali dan James mulai mengkhawatirkan kondisinya. Pikiran buruk datang silih berganti, tetapi dia berusaha tetap berpikiran jernih dan terus menunggu Jane tanpa berpindah tempat.

Bunyi letusan peluru mengejutkan pria tersebut, dari suaranya dia bisa menilai bahwa jarak tembakan itu tidak terlalu jauh. Letusan kedua menyusul tak lama setelahnya, seolah memberi tanda bahwa Jane baik-baik saja. James perlahan berdiri, masih menjadikan batang pohon sebagai pegangan. Pria itu menanti sang adik kecil muncul dari balik pepohonan dengan khawatir.

Setelah hampir lima belas menit menanti, Jane muncul dengan ekspresi gelisah dan keringat yang membasahi sekujur tubuh.

“Ja-James!” pekiknya dengan napas terputus-putus. Jane berdiri di sebelah James, bersandar pada pohon dan meludah. Gadis itu kelihatan kacau sekali. Setelah napasnya lebih teratur, dia menceritakan soal kejadian barusan dan James tak bisa menyembunyikan raut tegangnya.

“Ki-kita harus ke mana sekarang?” tanya Jane, matanya jelalatan melihat ke balik tubuh. Kini James juga bisa mendengar suara langkah kaki yang berlari menuju ke arah mereka. Mungkin monster-monster itu sudah bisa melihat Jane dan mengikutinya, tetapi gadis ini sampai lebih dulu daripada mereka.

Jane memapah James, tetapi pria itu menggeleng dan mundur selangkah. “Aku bisa lari,” ujarnya, berusaha tampak yakin. “Kita pergi ke sekitar sungai, rencananya adalah menjatuhkan makhluk-makhluk itu ke arus sungai dan membiarkannya tenggelam.”

James menunjuk senapan yang disampirkan Jane pada punggung. “Sepertinya mereka datang karena mendengar dua letusan peluru di tempat yang sama, lalu karena kau sudah menggunakan dua tembakan. Aku pakai satu. Harusnya masih ada sisa dua peluru lagi.”

Sebenarnya James sempat berpikir agar dia dan Jane berpencar, mengingat bahwa mungkin ... mungkin saja, dia akan menjadi hambatan untuk adik perempuannya tersebut dan membuat mereka sama-sama tidak berhasil keluar dari tempat ini dengan selamat. Namun, James berpikir kalau Jane agak ceroboh dan malah tidak bisa membiarkan anak itu berkeliaran sendiri tanpa pengawasan.

Raungan di balik pepohonan terdengar makin dekat, saling bersahutan, diriingi langkah yang terburu-buru. Jane menelan ludah. “Kita lari sekarang?” Ucapannya terdengar putus asa. Bagaimana tidak, dia sudah berlarian sejak tadi sampai perut dan dadanya nyeri. Jane tidak pernah suka olahraga, sekarang dia menyesalinya.

James mengangguk. “Tunggu sebentar, sampai mereka melihat kita dan benar-benar mengikuti,” katanya, sudah memasang ancang-ancang untuk berlari. “Berlarilah sejauh mungkin dariku, tapi tetap ikuti aku,” pintanya. James berpikir bahwa jika mereka berlari bersisian, monster-monster itu bisa langsung menghabisi mereka dalam sekali tebas.

Tepat setelah mengatakan itu, dua Eyeless besar muncul. Tangannya terayun, menghancurkan jajaran pohon yang menyembunyikan keberadaan dua anak manusia di baliknya.

“Lari!”

Seruan James menjadi semacam aba-aba yang membuat Jane langsung memacu langkah, seperti seekor kuda yang dipecut. Mengikuti perintah sang kakak, gadis itu mengambil jarak dan membiarkan seekor Eyeless besar mengikutinya di belakang.

Di sisi lain, walaupun sedikit pincang dan harus menahan perih tak tertahankan, James tetap berlari. Sesekali meliuk-liuk melewati pohon-pohon. Dia menoleh ke belakang, memastikan adiknya baik-baik saja. Pria itu meringis pelan, tangannya yang patah terasa sakit ketika dibawa lari. Namun, semua itu berusaha ditahan. Jarak sungai dan tempat mereka berada tadi tidak terlalu jauh, James sengaja memasang jebakan dekat dengan lokasi minum semua binatang untuk memudahkan pekerjaannya.

Sambil berlari, Jane tidak bisa mendengar apa pun selain bunyi angin. Beberapa kali dia tergelincir, nyaris hilang kepala berkat ayunan tangan sabit sang monster dan kepala besar beserta taringnya yang siap merobek apa saja. Namun, gadis itu meraih keseimbangan dan kembali berlari sampai kakinya tidak lagi merasakan apa pun dan hanya tahu cara berlari. Terkadang James hilang dari pandangan, tetapi tak lama dia berhasil menyusul walau hanya mampu melihat punggung sang kakak. Setelah berlari selama beberapa waktu, suara aliran air deras terdengar dan hal itu membuat Jane kembali mempercepat langkah.

James tiba lebih dulu di tepi sungai, dia berbalik dan mengeluarkan pisaunya. Menggenggam benda tajam itu di tangan kiri. Eyeless melompat keluar, James membungkuk melewati serangan makhluk besar itu dari bawah lengannya. Dia menendang Eyeless, berusaha memanfaatkan kondisi licin di sekitar sungai untuk menjatuhkannya ke air. Makhluk itu tergelincir, tetapi tidak jatuh. Dia meraung keras, ujung tangannya nyaris mengenai James dan berakhir melubangi batu. Pria itu menusuk lengan Eyeless, menancapkan pisaunya dalam-dalam dan menarik benda itu sebelum satu tangan monster itu akan mengenainya lagi.

Dia memperbaiki kuda-kuda, menyadari kondisinya sekarang tak akan mampu mengalahkan monster itu dan satu-satunya cara adalah menendangnya ke arus sungai deras di belakang Eyeless tersebut. Monster di depannya tinggi, tetapi bertubuh bungkuk dan berdiri seperti seekor gorila ketika sedang diam. Kalau berlari, dia bisa berlari sangat kencang dengan dua kaki belakangnya yang panjang dan mampu menjangkau wilayah lebih banyak dari kaki-kaki manusia.

Kedua lengan panjang Eyeless berbentuk seperti sabit, terdapat pula tanduk-tanduk kecil yang mencuat di kulit keriputnya yang seperti katak. Tanduk-tanduk itu ada di sepanjang lengan, juga di punggung mereka. Monster ini tidak berwajah, matanya pun kecil di kedua sisi wajah. Karena gelap, James tidak dapat melihat mata makhluk itu dengan jelas kalau menjaga jarak seperti sekarang---satu keuntungan. Kendati demikian, monster ini tetap bisa melihat lawannya walaupun di tempat paling gulita sekalipun.

Eyeless itu menyerang maju, James meluncur di atas punggung ke bawah makhluk tersebut dan menusuk dada sekali sekaligus menendang perutnya sekali. Makhluk itu tetap tidak goyah, malahan marah dan berusaha menginjak James yang langsung berguling untuk menghindar.

Jane muncul, dia tidak bisa mengatur kecepatan kakinya dan berakhir tergelincir di sekitar sungai yang licin. Gadis itu berusaha berhenti sampai menjatuhkan tubuh, tetapi tidak berhasil dan masuk ke dalam sungai.

“JANE!” James berteriak, sempat teralihkan yang membuat Eyeless berhasil menusuk bahunya dan melempar pria itu ke batang pohon. Makin jauh dari sungai.

Jane menarik badannya keluar dari air, dia terbatuk-batuk. Tangannya mencengkram erat rerumputan. Alih-alih mendapati pemandangan sang kakak yang berusaha menjatuhkan satu monster, kini di depannya berdiri tegap seekor Eyeless yang tadi mengejarnya.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro