Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26

Eyeless itu beranjak pergi meninggalkan tepi sungai, berpikir bahwa Jane telah kehilangan nyawa. Namun, ternyata gadis itu sempat menyangkutkan tangan ke celah bebatuan sungai, membuat tubuhnya tidak terseret arus. Dibandingkan sebelumnya, Jane sudah lebih siap menghadapi makhluk ini dan telah menyusun rencananya dalam benak.

Selang beberapa menit, Jane memunculkan kepala dari dalam permukaan air. Dia menghirup napas dalam-dalam, kaki berusaha meraih dinding sungai dan bergerak mendekat. Eyeless yang tadi menyerangnya sudah berjalan menjauh, terlihat tertatih-tatih dan lebih pelan dari sebelumnya.

Sebenarnya Jane sengaja menjatuhkan diri ke dalam sungai. Dia tahu kalau Eyeless terluka seperti itu tak akan mengejarnya memasuki arus yang kuat. Selain itu, basah-basahan begini membuat aroma tubuhnya lebih tersamarkan, menjadi poin keuntungan tersendiri untuk melawan monster buta di depannya. Jane juga bermaksud menciptakan celah untuk melukai makhluk itu dari belakang.

Gadis itu menaikkan badan ke atas tanah, tubuhnya sedikit berat akibat pakaian yang menyerap air. Ketika berdiri, Jane sedikit limbung. Namun, dia berhasil meraih kestabilan lantas mengendap-endap di belakang Eyeless. Kali ini, bukan dirinyalah yang diburu.

Ketika melihat sebatang dahan pohon berukuran cukup besar, tetapi masih bisa diangkat. Jane mengambil kesempatan untuk menggunakan benda itu sebagai senjata. Dia berjalan sepelan mungkin dan tanpa suara, membuntuti makhluk besar sejauh sepuluh langkah darinya yang berjalan perlahan seperti tengah menyeret kaki sendiri.

Monster tersebut meraung keras, membuat Jane memberanikan diri untuk sedikit mengintip. Gadis itu terbelalak saya menyadari bahwa tembakannya berhasil mengenai satu mata makhluk itu.

Gadis itu berlari maju, masih menunduk dan kembali menembak saat jaraknya sudah dekat. Monster itu berbalik, membanting tubuh Jane dan membelah senapannya sekaligus. Tubuh gadis itu menabrak batang pohon dengan keras, Jane mengeluarkan pisau dari saku celana dan mengayunkan tangan saat merasakan badannya ditarik ke belakang.

Eyeless itu menggigit tangan Jane, membuat gadis itu sontak menjerit dan menendang wajah makhluk di depannya. Sebenarnya Jane hanya menendang udara asal-asalan karena dia masih tidak bisa melihat. Makhluk itu menjatuhkan Jane karena tendangan gadis itu tepat mengenai matanya yang sudah buta.

Jane tiarap, tangan kirinya perih dan berdarah. Gadis itu melepaskan tas punggung berat yang menghalangi gerakannya lantas mulai merayap maju. Monster di belakang gadis itu mengangkat tangan, lantas menusuk tanah.

Jane berguling ke kanan, berusaha berada tetap di titik buta makhluk itu. Dia berdiri, berlari mengelilingi monster itu ke arah kanan tubuhnya dan berdiam di belakang badannya yang besar sambil berusaha memikirkan ide untuk mengalahkan makhluk sialan ini.

Eyeless itu berputar ke kiri, menggunakan sebelah matanya yang tersisa untuk melacak keberadaan orang yang mencelakainya. Badan monster itu sudah berlubang-lubang dan memiliki garis-garis lurus panjang yang mengeluarkan cairan hijau-kehitaman.

Jane terus bersembunyi, memasang jarak sedekat mungkin dengan bagian belakang monster itu dan memastikan dirinya selalu berjalan ke sebelah kanan untuk menghindari matanya yang masih bagus. Dia melirik ke belakang, melihat James yang terkulai lemah di atas tanah. Gadis itu teringat obat-obatan dalam tas dan merutuk karena sudah melepaskan benda itu dari tubuhnya.

Setelah aksi sembunyi-sembunyi selama hampir genap dua menit, Jane akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk membungkuk rendah dan berjalan maju guna melukai mata Eyeless itu. Sayangnya, monster tersebut sadar dan mengempaskan tubuh Jane menggunakan tangannya. Membuat Jane terpelanting mundur dengan bekas sabetan memanjang di bagian perut.

Tubuh Jane terjatuh tak jauh dari sang kakak, dia meringis pelan. Samar-samar, gadis itu bisa mendengar suara parau James yang memanggilnya.

“Ja-Jane, pergilah dari sini. Aku akan menghalau monster itu untukmu.”

“Kau bodoh apa? Bagaimana caranya kau menyelamatkanku kalau tidak bisa mengurus dirimu sendiri,” cibir Jane, dia berusaha menahan rasa sakit dan meringkuk. Kemudian duduk di tanah, tangannya tak lagi menggenggam pisau. Entah terlempar ke mana selagi dia terbanting tadi.

Gadis itu berlari menjauhi James saat Eyeless mendekat, bersyukur monster tersebut tidak menghabisi kakaknya. Jane meriah sebuah batu runcing, ukurannya tidak terlalu besar dan ramping sehingga mudah digenggam. Permukaannya kasar, bergerigi, dan berwarna abu-abu. Melihat benda itu bisa dijadikan senjata, Jane menggenggamnya erat-erat dan menunggu sampai Eyeless itu cukup dekat dengannya.

Jane kebingungan, dia merasa hilang arah. Gadis itu tidak benar-benar hapal lokasi sungai dan jarak antara sumber air tersebut dengan pondok milik Joseph. Dia tidak memperhatikan karena selama perjalanan waktu itu hanya bergantung pada langkah James. Gadis itu merasa kelelahan, sebab barang-barang bawaannya yang sekarang membuat tubuh jadi lebih berat.

Langit perlahan berubah warna menjadi jingga, menunjukkan fajar akan segera tiba. Jane sedikit terkejut ketika mendengar suara teriakan yang sangat tidak asing, teriakan James. Mendengar itu, Jane langsung berlari mengikuti sumber suara. Dari volume dan kejelasan suara, dia menduga bahwa jaraknya dan James tidak jauh lagi.

Kalau sebentar lagi, berarti James belum sampai sungai.

Jane mengernyit, mempercepat langkahnya melewati batang-batang pohon yang patah. Makin dekat dengan posisi James, makin mudah menemukan jalan menuju ke sana karena bekas langkah dan kerusakan yang disebabkan Eyeless begitu kentara. Beban si punggung dan badannya seolah tak terasa, Jane terus berlari. Jantungnya berpacu cepat, keringat membasahi tubuh, kedua kakinya sakit dan pegal bukan main. Namun, lebih daripada itu, Jane ketakutan membayangkan kondisi James yang sekarang.

Begitu gadis itu tiba di lokasi sang kakak, Jane langsung mengacungkan senapannya ke arah Eyeless yang hendak menghancurkan kepala pria tersebut. Jane menembak sekali, dua kali. Peluru di senapan pertama habis, dia membuang senjata api tersebut jauh-jauh dan mengacungkan senapan kedua. Kali ini tidak langsung menembak, menunggu monster tersebut berbalik untuk melihat apakah hasil dari tindakannya tadi berguna atau tidak.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro