22
Setelah bersusah-payah membawa tubuh mayat kawannya Joseph di punggung, Jane akhirnya tiba di pondok. Dia meletakkan badan besar dan kaku tersebut di dekat anak tangga paling bawah, lantas mulai berjalan menaiki anak tangga menuju teras. Baru saja gadis itu masuk, tiba-tiba James menarik lengan adiknya sampai membuat tubuh Jane terjatuh menimpa James yang bersembunyi di balik kursi sofa.
Pria itu membekap mulut Jane kuat-kuat, membuat adiknya melotot keheranan. James membuat gestur menunjuk ke arah ruang tamu dan saat Jane mengintip, seekor Eyeless besar tengah membaui tubuh Joseph. Bisa jadi karena bau badan Joseph ditambah tubuh Jane yang tertutup lumpur dan sempat mengangkat mayat tadi, sekarang badan mereka berdua aromanya samar-samar.
James menurunkan tangannya yang menutupi mulut sang adik karena gadis itu memberontak pelan.
“Ayo, kabur dari sini,” bisik Jane, telunjuknya menuding pintu ruang depan yang terbuka. Gadis itu tidak menyangka kalau kakaknya akan menggeleng. “Apa maksudmu tidak mau?” Jane melotot. “Mungkin ini satu-satunya kesempatan kita untuk kabur.”
“Kau harus ambil obat-obatan, peluru, dan makanannya, Jane. Untuk apa kita jauh-jauh kemari kalau ujung-ujungnya kabur lagi.” James balas berbisik, dia mengintip sebentar. Memperhatikan Eyeless yang masih berdiri di sekitar tubuh tak bergerak Joseph sambil menghirup udara.
“Carilah di mana orang itu menyimpan pasokannya dan kabur dari sini. Aku akan memancing Eyeless itu kabur dan memberi jalan untukmu,” titah James serius sambil memandangi Jane. Pria itu mengernyit karena adiknya tidak memberi respons apa pun. “Jane?”
Jane menggeleng, merasa kepalanya sedikit pening. “Kenapa kau membunuhnya, James?” Gadis itu menatap kakaknya dengan mata berkaca-kaca, kehilangan kata-kata. Jane tidak pernah sangka bahwa James akan sampai hati untuk membunuh orang lain.
“Kurasa ini bukan waktunya untuk menjadi lembek, Jane. Dia akan membunuhmu jika tidak kulakukan itu,” balas James pelan sambil membuang napas, dia menggeleng. “Kita tidak bisa buang-buang waktu. Lakukan sesuai yang kuperintahkan.”
Jane memegangi baju James. Membuat kakaknya itu kembali tidak habis pikir karena Jane menggeleng lagi. “Lalu kau bagaimana? Kau terluka parah dan berpikir bisa mengalahkan monster itu? Kau tahu, apa yang harus kulakukan untuk menumbangkan satu monster saja, huh?”
“Dengar, Jane. Aku sudah mengobati kakiku, aku baik-baik saja dan bisa berlari lebih cepat darimu sekarang. Aku punya beberapa pisau yang bisa digunakan dan untukmu, kau ... kau ambil sebanyak mungkin barang yang bisa kau bawa dan cari aku. Oke? Temui aku di dekat sungai. Bantu aku menghabisi monster ini.” James memegangi kedua bahu adiknya, dia mengangkat kepala lebih tinggi agar bisa melihat dari balik sofa. Pria itu membungkuk cepat. “Oke, Jane? Aku mengandalkanmu.”
Belum sempat gadis itu bicara, James sudah keluar dari persembunyian mereka sambil menutup mata. Dia tidak perlu melakukan apa pun untuk membuat si Eyeless memfokuskan diri padanya. Begitu mendengar raungan Eyeless mengisi ruangan, James langsung berbalik dan mulai berlari.
Jane memutari sofa itu, menghindari Eyeless yang mengejar James dan mulai menggeledah ruang tengah pondok tersebut dengan tergesa-gesa. Menarik keluar semua laci-laci bahkan meraba-raba badan kaku Joseph. Dia berhasil menemukan empat buah peluru pada saku dada kanan Joseph dan memasukkan dua peluru ke dalam senapannya dan dua sisanya ke senapan milik Joseph. Kini gadis itu punya dua senapan yang disampirkan pada bahu.
Jane kemudian pergi ke tempat lain untuk mencari obat-obatan dan makanan. Dia menemukan benda-benda itu di gudang belakang pondok tersebut. Setelah memasukkan benda-benda itu ke dalam tas milik mayat kawan Joseph, Jane berlari menuju sungai untuk menemui James. Kali ini dia jauh lebih siap.
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro