Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19

Napas Jane tersenggal-senggal, dia terus berlari sekencang kedua kakinya mampu menopang tubuh. Gadis itu berusaha sekeras mungkin untuk tidak keluar dari jalur yang sudah diberitahu oleh Joseph, dia menyelip di antara pepohonan guna menghindari serangan-serangan tangan sabit yang beberapa kali hampir memutus kepalanya.

Sebenarnya Jane hendak menggunakan senapan berisi peluru yang telah diberikan oleh Joseph, tetapi gadis itu tidak mendapatkan posisi yang tepat untuk menembak dan dia tidak mau menyia-nyiakan peluru lagi. Benak gadis itu juga dipenuhi praduga, memikirkan cara untuk membunuh Eyeless. Setelah semua luka yang telah Jane torehkan ke badan makhluk ini, dia terkejut Eyeless tersebut masih mampu mengejarnya seperti sekarang.

Sejenak, Jane teringat dengan dua makhluk lain yang hanyut dibawa arus sungai. Membuatnya bertanya-tanya apakah makhluk-makhluk itu masih hidup atau sudah mati.

Jane tersandung batu, dia berguling jatuh seperti sedang melakukan roll depan. Badannya menabrak batang pohon keras, gadis itu membungkuk untuk menghindari tangan besar yang hampir mengenai badannya.

Eyeless tadi menebang pohon yang ditabrak Jane. Dia meraung marah karena meleset dan segera bergerak untuk kembali melukai gadis tadi. Tangannya terangkat di udara, berulangkali menusuk tanah yang sebelumnya dihinggapi Jane.

Gadis yang dikejar-kejar oleh Eyeless tersebut belum sanggup berlari, kakinya sakit bukan main. Bahkan untuk berpindah tempat saja dia harus sedikit menyeret kaki dan terpincang-pincang, Jane tak yakin dia bisa terus-terusan menghindari makhluk itu dengan kondisi kakinya yang berdarah-darah seperti ini. Jane mendongak, menatap langit yang mulai kehilangan warna hitam kelabunya. Jika pagi hari datang, maka akan lebih sulit untuk dia dan James mengalahkan Eyeless karena itu artinya besar kemungkinan mereka akan melihat mata makhluk ini.

Jane menyeret tubuhnya ke belakang batang pohon, dia cepat-cepat mencari posisi untuk menembak. Sasarannya adalah sisi bagian kepala, tempat yang mungkin adalah lubang mata makhluk ini. Dari jarak yang Jane pasang sekarang antara dirinya dan musuh, dia tidak akan bisa melihat mata Eyeless. Hal itu jadi keuntungan sekaligus kerugian. Gadis berambut pendek itu mengokang senapannya, dia belum seratus persen siap ketika Eyeless tadi meraung keras. Membuat Jane terkejut dan menekan pelatuk tidak sengaja.

Pelurunya bersarang di dekat mulut Eyeless, makhluk itu sedikit terdorong mundur dan membungkuk ke tanah. Suaranya mengecil, tetapi tidak lama dia kembali menjerit marah dan mulai berlari ke arah datangnya tembakan.

Jantung Jane berpacu lebih cepat, dia bisa merasakan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Gadis itu tidak sanggup berlari lagi, tetapi mustahil untuknya berhenti dan membiarkan diri dimangsa oleh Eyeless yang mengamuk di belakang. Makhluk itu melambat, efek luka-luka yang sudah diterimanya sejak pertarungan pertama dan barusan.

Tiba-tiba Jane kembali terjatuh. Kali ini bukan karena batu, melainkan sesuatu yang terasa keras. Namun, tidak menyakitkan. Dia menoleh ke belakang, menyadari bahwa yang barusan ditendangnya adalah sebuah mayat. Tubuh manusia berbau busuk yang sudah mendingin. Jane terbelalak, dia langsung teringat sejumlah ciri-ciri yang dijabarkan Joseph mengenai temannya sebelum pergi tadi.

Laki-laki berkulit putih pucat, kumis dan janggut hitam tipis, mengenakan pakaian hangat di dalam dan rompi di luar, serta membawa tas pinggang.

Jane hendak meraih tas pinggang mayat tersebut untuk memeriksa isinya, mungkin sesuatu yang bisa gadis itu bawa kembali ke pondok. Namun, suara langkah Eyeless yang kian dekat membuat Jane urung. Di tengah-tengah kebingungan, dia mencoba mengangkat tubuh berat mayat pria dewasa itu dan menjepit dirinya di bawah mayat tersebut. Gadis itu pikir bisa menyembunyikan aroma tubuh apabila berada di bawah mayat.

Jane menahan napas, dia mual dan hampir muntah akibat mencium aroma tak sedap dari badan sang mayat. Gadis itu bisa mendengar suara kaki Eyeless yang menghancurkan dedaunan kering, berjalan pelan di sekitar tempat itu. Bahkan Jane bisa membayangkan makhluk besar berkulit hitam tersebut tengah mengendus udara untuk menemukan jejak mangsanya.

Jantung Jane nyaris copot ketika merasakan mayat di atasnya ditekan dan tubuh malang pria tersebut terangkat ke udara akibat cakaran dari kaki belakang Eyeless.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro