Jane tidak membutuhkan banyak waktu untuk langsung menyetujui permintaan Joseph. Berbeda dari James, dia sama sekali tidak memikirkan apa pun selain cara untuk mendapatkan apa yang mereka perlu dapatkan. Jika demi obat-obatan gadis itu harus membawa mayat seseorang kembali kemari, dia tidak khawatir untuk melakukannya.
Gadis itu meyakinkan James dengan tatapannya, lantas menerima tiga buah peluru dari Joseph. Jane menatap James sebentar, berharap pria itu tidak melakukan sesuatu selagi dia pergi. Gadis itu kemudian menyimak petunjuk dari Joseph tentang tempat dia meninggalkan temannya.
Jane menyimak perkataan Joseph baik-baik, menyadari bahwa keluar dari tempat ini dia akan jadi seorang diri. Tak lagi bersama James dan harus bisa menjaga diri sebaik Mungkin. James membantunya mengalungkan senapan di lehernya.
“Hati-hati, Jane.” James berbisik, menatap kedua mata adiknya lekat-lekat dan Jane mengangguk.
“Jangan lakukan apa pun selagi aku tidak ada.” Jane balas berbisik, mengintip Joseph di belakang James sebentar. “Aku pasti akan kembali.” Gadis itu mengangguk yakin dan memeluk James sebentar.
Joseph mengantar Jane keluar, kemudian memperhatikan sampai gadis itu tak lagi bisa melihat pondok milik Joseph di kejauhan. Dia menyisir hutan dengan saksama, bertanya-tanya kapan fajar akan menjemput ketika menatap langit dan kembali melanjutkan perjalanan.
Makin masuk ke dalam hutan, Jane merasa makin jauh tenggelam ke dalam kebingungan. Dia tidak kunjung menemukan tempat seperti dalam gambaran Joseph, gadis itu bertanya-tanya apakah dia sudah ditipu atau tidak? Namun, mustahil Joseph memberikannya lentera jika hanya berniat untuk memberikan Jane informasi palsu. Toh, tidak ada gunanya bagi Jane untuk ditipu seperti itu.
Di sekeliling gadis itu hanya ada pepohonan, setiap dua langkah berjalan maka ada pohon baru berumur lebih tua dengan batang-batang raksasa menghalangi jalan. Jane terus berjalan menembus hutan, melewati celah-celah di antara dua buah pohon yang saling menghimpit. Bau udara dingin dan lembab tercium, batang pohon yang licin akibat lumut membuat Jane berkali-kali hampir terpeleset di atas batu dan terjepit.
Jane tak yakin, sudah berapa lama dia berjalan. Namun, penerang di tangannya mulai berubah kecil kehabisan sumber dayanya sekarang. Di sekeliling, masih belum ada tanda-tanda keberadaan mayat yang gadis itu cari. Dia bahkan tidak mencium bau-bau tubuh orang mati. Perasaan Jane berubah tak enak, lebih-lebih saat mendengar bunyi berisik dari belakang semak-semak belukar yang membuat Jane memacu langkah untuk meninggalkan tempat semula. Makin masuk ke dalam wilayah hutan yang gelap.
Suara ganjil tadi tidak berhenti, meskipun Jane terus saja menghindar dan berpindah-pindah tempat. Gadis itu mulai yakin bahwa dia tengah diikuti dan berlari meninggalkan tempatnya berdiri.
Melihat targetnya kabur, Eyeless yang sudah mengendap-endap dari jauh meraung murka dan keluar dari persembunyiannya sambil mengejar Jane. Kedua kaki panjangnya berhasil menyusul gadis itu tepat di belakang punggung. Monster itu bahkan mulai menggunakan kedua tangannya untuk turut mengejar seperti gorila.
Jane merosot ke bawah akar pohon yang melengkung, menghindari lengan tajam yang nyaris melukai kepalanya. Gadis itu mempercepat langkah, dia menoleh ke belakang untuk mengukur jarak dengan sang pengejar. Gadis itu mengernyit heran, badan Eyeless tersebut sudah penuh luka bahkan ada masih mengeluarkan cairan.
Gadis itu terbelalak saat menyadari bahwa makhluk besar yang mengejarnya tersebut adalah Eyeless pertama yang dia lawan. Monster yang sudah dia jebak dalam jaring, ditembak, bahkan ditusuknya.
Bagaimana mungkin dia masih hidup?
[]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro