Putri Malu dan Mawar
Laila berdecak melihat seorang cowok kini tengah berlutut dan mengulurkan sebuah bouquet bunga mawar yang cantik. Pemilik paras tampan itu tersenyum penuh harap. Kemudian bersorak senang ketika sang perempuan menerima uluran bunga itu dengan malu-malu.
Lagi-lagi yang bisa Laila lakukan hanya berdecak. Kali ini juga mengumpat dalam hati. Teringat bagaimana dirinya dulu yang diajak pacaran hanya dengan bunga putri malu yang daunnya bahkan sudah menutup.
"Kayak dejavu deh gue lihat Ariel berlutut gitu." Rara yang berdiri disebelah Laila menyikut pelan.
"Gimana gak dejavu, dia nembak cewek dengan cara yang sama tiap minggunya. Dasar gak kreatif!"
Laila tersenyum mengejek ketika tatapannya bertabrakan dengan Ariel. Si cassanova kampus itu tersenyum miring seolah berkata: nih, gue dapat cewek baru lagi.
Dan Laila hanya mengangkat jempolnya yang terbalik.
"Sumpah deh, gue baru kali ini liat pasangan kayak kalian," kata Rara yang masih keheranan. "Kalian udah pacaran sejak SMA kelas satu dan masih bertahan sampai sekarang, sampek kalian berdua udah kuliah, tapi masih aja gak berubah. Masih suka selingkuh, terang-terangan pula. Kenapa engga putus aja, sih?"
Jangankan Rara, Laila sendiri saja juga bingung. Entah bagimana hubungan aneh yang mereka jalani ini bermula. Meskipun terkesan tidak normal, tapi, Laila rasa hubungan seperti ini jauh lebih baik. Ia lebih suka Ariel berselingkuh terang-terangan daripada sembunyi-sembunyi.
Intinya, daripada dibohongi, Laila lebih baik diselingkuhi.
"Anggap aja gue tolol," jawab Laila sekadarnya.
"Mana ada orang tolol masuk jurusan fisika?"
"Ada," jawab Laila.
"Siapa?" tanya Rara penasaran. Dan langsung mengumpat saat Laila menunjuk dirinya.
"Hei, my girl."
Laila menatap tajam Ariel yang berjalan menghampiri, lambaian tangan dan suara keras cowok itu yang menyapa sukses membuat orang-orang di lorong melirik.
"Gue denger elo semalam mutusin Kevin. Kenapa?"
Seolah tidak pernah menyatakan perasaan pada gadis lain beberapa saat yang lalu, Ariel merangkul pundak Laila. Otak Laila berteriak menyuruh menampar keras kekasihnya itu. Namun, tangannya membangkang.
"Kayak cewek aja lo, selalu update gosip terkini."
"Itu namanya gue perhatian sama pacar gue," balas Ariel santai. Lalu melirik Rara yang terlihat jengah. "Hei, Ra. Masih jomblo aja lo?"
Rara berdecak sebal. "Masih, kenapa?"
Ariel menggeleng santai. "Kasihan," jawabnya.
Rara mendelik kesal. Bukankah lebih baik jomblo daripada menjalani hubungan aneh kayak dua makhluk ini?
Laila menyikit perut Ariel pelan. "Entar malem jadi nonton, 'kan?"
Ariel menatap Laila lama. Ragu antara harus mengangguk atau menggeleng. Dirinya tadi sudah janji akan menonton bersama Rosie, kekasih barunya. Tapi, dia juga sudah janji pada Laila untuk pergi menonton.
"Kayaknya engga jadi, gue tadi udah janji sama Rosie."
Laila berdecak. "Sialan!"
Ariel melotot ketika tangannya dihempaskan dan Laila berjalan meninggalkannya.
"GUE JANJI NANTI MAMPIR KE RUMAH ELO DULU DEH, LA. SAMBIL BAWA BUNGA MAWAR."
Laila hanya mengacungkan jari tengah sebagi jawabannya. Ia sama sekali tidak berhenti, masih terus berjalan sambil menyabarkan hatinya. Dia yakin semua yang Ariel katakan adalah bullshit. Cowok yang katanya paling tampan dan karismatik itu tidak pernah membawakan bunga selain putri malu.
Laila heran kenapa bisa-bisanya ada cowok seperti itu.
"Gue bawain putri malu lagi mampus lu," gerutu Ariel kesal. "Untung sayang."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro