Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog (Repost)

Okey seperti di definisi cerita yaa say.. BEBERAPA PART DI PRIVAT

Oke selamat datang di cerita NADW, selamat tenggelam sejenak di dunia Fian dan Karel yang penuh warna dan emosi. Semoga bisa menikmati alur ceritanya.

Salam 😉

🍁🍁🍁

Jakarta adalah kota metropolitan dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Di satu sudut kota, di sebuah gedung apartemen sederhana inilah gadis bernama Fian Airish tinggal. Dengan berbekal uang tabungan yang lumayan, dia pergi ke Jakarta dan menyewa apartemen ini. Fian harus rela berpisah dengan keluarganya yang tinggal di kota Solo untuk sementara waktu.

Pagi ini adalah hari pertamanya bekerja di pusat perusahaan milik Rajendra Corp. Perusahaan yang berada di bidang informasi dan komunikasi serta sebagai penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi lengkap di Indonesia. Perusahaan itu sangat terkenal, seleksi masuk perusahaan itupun sangat sulit. Ditambah posisi Fian saat ini tidak tanggung-tanggung. Dia menjadi sekretaris dari CEO perusahaan itu.

Perusahaan yang bagus dan posisi yang bagus, tidak lucu jika semuanya hilang dalam sekejab karena kecerobohannya sendiri. Fian terus merutuk kesal karena harus bangun siang di hari ini. Kakinya bergerak lincah menghindari apapun saat harus berjalan kesana dan kemari untuk menyiapkan semua.

Setelah semuanya siap, Fian menatap cermin sejenak untuk meneliti penampilannya, kesan pertama harus istimewa itu pesan dari ibu. Sembari berjalan keluar Fian merapikan rambutnya dengan jari, kakinya melangkah cepat menuju jalan utama.

Tidak sampai lima menit Fian sudah mendapatkan taxi, dia langsung naik dan menyebutkan alamat kantor barunya. Jarak kantor tidak terlalu jauh, dan dia beruntung meskipun jalanan macet dia bisa tiba di kantor sepuluh menit lebih awal dan itu masuk dalam kategori terlambat. Iya sebagai sekretaris dari CEO perusahaan itu seharusnya dia datang tiga puluh menit lebih awal.

Fian berlari memasuki kantor, dia menunggu pintu lift terbuka dengan tidak sabar. Matanya berkali-kali melirik jam tangan.

"Mbak pegawai baru di kantor ini?" tanya seorang gadis yang baru saja datang dan berdiri di samping Fian.

Fian tersenyum dan menganggukan kepalanya. Tangannya terulur. "Saya Fian sekretaris barunya CEO disini," ucapnya memperkenalkan diri.

"Ohh penggantinya Mbak Ratih? saya Putri staf HRD disini," ucap Putri sembari menjabat lengan Fian.

"Iya salam kenal, semoga kita bisa jadi rekan kerja yang kompak kedepannya." Fian menoleh saat lift berbunyi. "Ayo Putri," ajaknya. Dia tidak punya banyak waktu karena sebentar lagi pasti bosnya akan datang.

Fian dan Putri berpisah menuju tempat kerjanya masing-masing. Fian harus pergi ke lantai 15 tempat dimana ruangan CEO perusahaan ini berada. Keluar dari lift nuansa lantai ini sudah berbeda, perpaduan warna antara hitam dan putih yang indah dengan perabotan yang terlihat mahal membuat Fian meringis kecil. Rasanya dia mulai gugup sekarang.

Dari tempatnya berdiri Fian bisa melihat meja yang berada di depan ruangan dengan pintu berwarna putih. Fian segera menghampiri wanita yang sudah dia kenal saat test masuk, dia Ratih sekretaris yang akan Fian gantikan.

"Pagi Mbak, maaf telat," ucap Fian sembari tersenyum ramah.

Wanita cantik yang sedang sibuk itu menoleh dan tersenyum hangat. "It's okay Fian. Maaf yaa aku masih membereskan barangku yang tertinggal, lagi pula ada beberapa agenda Bapak selama sebulan kedepan yang harus aku beritahu pada kamu," jelas Ratih.

Sambutan hangat Ratih membuat rasa gugup Fian sedikit berkurang. Fian segera menganggukan kepalanya dan mengeluarkan note kecil, dia menulis semua yang Ratih bicarakan.

"Nah sudah semua, ini catatan yang harus kamu hafal tentang kebiasaan bos kita itu." Ratih mendekati Fian untuk berbisik, "sudah aku jelaskan tentang bagaimana perfectnya orang itu kan?" tanyanya dengan kerlingan jahil.

Fian meringis ngeri, dia sudah mendengar kabar tentang bagaimana menyeramkan bosnya itu. "Iya Mbak," ucapnya.

Ratih tertawa geli melihat wajah takut Fian, dia menepuk bahu Fian. "Semoga kamu betah bekerja disini."

"Iya Mbak, ohh iya Mbak resign karena tidak betah?" tanya Fian dengan wajah penasaran, masalahnya dia penasaran seberapa parahkah sikap bosnya itu.

Ratih kembali tertawa, wanita itu menggelengkan kepalanya. "Aku baru menikah Fi, sudah komitmen untuk berhenti bekerja setelah menikah. Yah maklum pasangan baru jadi susah pisahnya," jawab wanita itu. Kali ini Fian ikut tertawa, Ratih sangat baik hingga membuat Fian nyaman dan melupakan rasa takutnya.

Sedang seru bicara, tiba-tiba ada suara dehaman yang membuat keduanya menoleh kaget. Ratih langsung bangkit dan menundukan kepalanya, Fian langsung menyadari kalau pria ini adalah bosnya. Diapun ikut menyapa pria itu.

"Selamat pagi Pak," sapa Fian.

Saat kepalanya mendongak Fian langsung terdiam menatap pria dengan wajah tampan di depannya. Inikah bosnya, bos yang sering orang-orang sebut sangat tampan. Mata hitam itu tajam dengan alis tebal yang mempertegas auranya. Hidungnya mancung dan bibirnya, astaga Fian sampai harus mengucapkan istighfar berkali-kali agar tidak tergoda. Rahangnya kokoh dan ditambah postur tubuh pria itu yang tinggi tegap dan tanpa harus membuka jas dan kemeja itu Fian sudah tahu perut bosnya itu sudah membentuk kotak-kotak yang sempurna.

Fian pikir semua hanya isu tapi ternyata tidak, kalau begini rasanya seperti menyaksikan aktor hollywood secara langsung setiap hari. Intinya dia harus kuat iman.

"Sudah kau berikan agenda bulan ini padanya?" tanya pria itu tanpa basa-basi. Suara dengan wajah sama datarnya.

Ratih menganggukan kepalanya, "Fian sudah siap bekerja," ucapnya.

Pria itu mengangguk singkat, dia tersenyum sekilas lalu masuk ke ruangannya. Bukan senyuman lebih tepatnya tapi Fian berani menjamin jika saja dia es maka saat ini dia sudah meleleh.

"Ssstt kamu kenapa? terpesona dengan dia?" tanya Ratih.

Fian mengerjapkan matanya, dia meringis kecil. "Mbak, nama bos siapa yaa? aku lupa."

Ratih mengerutkan keningnya, "kamu tidak tahu namanya, ayolah dia itu Karel Gibran Rajendra. Kamu yakin tidak mengenal dia?" tanya wanita itu dengan pandangan aneh. Melihat gelengan kepala Fian, Rati hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Yah baiklah, sekarang masuk dan berikan dokumen ini padanya, jangan lupa tanyakan dia ingin minum apa, mengerti?" tanya Ratih.

Fian segera mengangguk, dia mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan itu untuk pertama kalinya. Ruangan besar yang sangat nyaman, di sana Fian melihat Karel duduk di kursi kebanggaannya dengan mata terfokus pada tumpukan dokumen di meja pria itu.

"Permisi Pak, ini dokumen yang kemarin Bapak minta, nanti siang ada jadwal makan siang dengan Pak Niko dari PT Victor," jelas Fian.

Karel hanya menganggukan kepala tanpa menoleh pada Fian. Fian menghembuskan nafas lega karena setidaknya pria itu tidak menatapnya. Fian berbalik untuk keluar dari ruangan tapi dia baru ingat belum menanyakan Karel ingin minum apa.

"Permisi Pak," ucap Fian lagi.

Terganggu dengan kehadiran Fian akhirnya Karel mendongak. Mata setajam elang itu kini menatap Fian, menunggu gadis itu bicara.

"Ehh itu Bapak ingin minum apa?" tanya Fian dengan gugup. Jangan tergoda Fi kuat iman kuat iman, batin Fian.

"Black coffee," jawab suara berat itu.

Fian segera mengangguk dan pergi keluar ruangan. Pesona pria itu benar-benar kuat.

Ini adalah bosnya yang dingin dan tampan, jika Fian tahu bahwa pertemuan mereka adalah awal dari semua masalah yang harus dia jalani maka Fian akan memilih untuk tidak bertemu dengan pria mengerikan macam Karel.

🍁🍁🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro