Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Kekasih Karel (Repost)

Hayy maaf yaa baru bisa lanjutin

aku abis uts jadi bisa update nya sekarang deh

langsung aja happy reading guys jangan lupa vommentnya ;)

🍁🍁🍁


Seperti yang direncanakan semalam, hari ini Fian dan Karel berangkat ke kantor bersama. Fian terus bergerak gelisah, dia membayangkan reaksi-reaksi yang akan muncul nanti saat di kantor. Jujur saja, firasatnya buruk tentang sandiwara ini.

Setelah tiba di parkiran, Fian segera membuka pintu mobil. Lengannya di tahan oleh Karel saat Fian akan turun. Fian menoleh pada pria itu. "Ada apa?" tanyanya.

"Ingat sandiwara kita," ucap Karel.

Fian menghela nafas panjang, kepalanya menunduk pasrah. Mereka berjalan berdampingan, lengan Karel merangkul pinggang Fian tanpa ragu. Fian hanya bisa merutuk dalam hati, ini semua tidak akan bermasalah untuk Karel. Siapa yang berani bertanya macam-macam pada pria itu, lain hal dengannya, para karyawan pasti mencecar dirinya dengan berbagai macam pertanyaan.

Saat memasuki lobby, keduanya langsung menjadi pusat perhatian. Banyak yang menatap kaget pasangan itu. Kemarin masih seperti orang asing dan hari ini bos besar mereka sedang merangkul mesra pinggang Fian.

Di depan lift mereka berpapasan dengan Putri yang juga baru datang. Mata Putri sontak melebar maksimal, Fian bahkan yakin jika mata dirancang untung bisa keluar maka mata itu sudah loncat sejak tadi.

"Se-selamat pagi Pak," sapa Putri dengan tergagap.

Karel hanya mengangguk dan tidak membalas sapaan itu, bahkan melirik saja tidak. Fian melirik kesal Karel, bicara saja seirit itu padahal tidak perlu mengeluarkan biaya, apalagi saat membalas pesan yang dikenakan tarif setiap karakternya.

"Pagi Putri," sapa Fian, "Karel dia ini sahabatku," lanjutnya lagi.

Karel menatap wajah Fian yang sedang memasang wajah polos, dia sangat mengerti maksud dari ucapan gadis ini.

"Maaf, selamat pagi Putri," sapa Karel.

Putri semakin tercengang, segera kepalanya menunduk dengan hormat. "Tidak apa Pak."

Fian menahan senyumannya melihat sikap Putri. Kalau tidak ada Karel disampingnya mungkin tawanya sudah pecah.

Tidak ada yang berbeda hari ini dengan kemarin. Pekerjaan Fian masih sama banyaknya, ditambah notulen rapat kemarin tidak bisa Fian temukan. Kalau Krel sampai tahu maka habislah Fian.

Fian mengacak rambutnya, "bisa ubanan kalau tiap hari begini!" keluhnya. Pekerjaan sudah cukup membuatnya pusing sekarang harus ditambah sandiwaranya dengan Karel.

"Sepertinya kamu pusing sekali," kekeh suara perempuan yang asing bagi Fian.

Fian mendongak, keningnya berkerut dalam. Siapa lagi ini, apakah perempuan cantik ini adalah kakak Karel. Ayolah, banyak sekali perempuan cantik yang ada di sekitar bosnya, kenapa harus dia yang mendapat kesialan itu.

Perempuan itu tersenyum hingga lesum pipit di kedua pipinya terlihat. "Pagi," sapanya dengan ramah.

"Pagi Ibu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Fian ramah.

"Aku ingin bertemu Karel, kami sudah membuat janji sebelumnya," jawab perempuan itu.

Fian menganggukan kepala dan tersenyum sopan. "Baik silahkan masuk, Ibu ingin minum apa?" tanyanya.

"Tidak perlu repot, terima kasih yaa Fian." Perempuan itu berbalik pergi dengan langkah yang anggun.

Fian mengerutkan keningnya, sejak tadi dia tidak memperkenalkan diri. Kenapa perempuan itu mengetahui namanya.

🍁🍁🍁

Fian melirik jam tangan untuk yang ketiga kalinya. Ini sudah jam istirahat tapi sejak tadi tamu Karel belum juga keluar. Sebenarnya bisa saja dia pergi, sayangnya ada dokumen yang harus diberikan pada Karel sebelum jam istirahat.

"Sebenarnya mereka itu sedang apa?" gerutu Fian. Cacing naga di perutnya sudah memberontak untuk meminta hak asupan nutrisi. Memang menyebalkan sekali bosnya itu, seberapa pentingkah urusan mereka sampai harus berjam-jam begini.

Fian bangkit dengan tumpukan dokumen di lengannya. Dia harus masuk ke dalam karena jika tidak mungkin sebentar lagi dia akan pingsan karena kelaparan. Sebelum mengetuk pintu itu, Fian mngatur nafasnya, siap-siap jika nanti akan mendapat omelan dari Karel.

Tok tok, tidak ada jawaban dari ketukan pintu itu, padahal Fian sudah menahan nafas. Fian kembali mencoba untuk mengetuk pintu dan tetap tidak ada jawaban. "Hemm mungkin mereka enggak denger," gumamnya. Fian langsung membuka pintu itu.

Tubuh Fian terasa kaku saat melihat pemandangan di depannya. Matanya melebar maksimal. Perempuan itu berciuman dengan bosnya, rambut panjangnya sudah berantakan. Kemeja Karel juga sama berantakannya. Map berisi dokumen ditangan Fian langsung jatuh ke lantai hingga membuat pasangan itu menoleh kaget.

Mata elang Karel menatap manik mata Fian hingga membuat Fian menundukan kepala. Fian berdecak kecal, mampus deh gue, batinnya. Dengan cepat Fian memungut dokumen yang tadi dia jatuhkan tanpa sadar.

"Maaf, sumpah saya tidak tahu kalau Bapak sedang emm se-sedang, maaf saya tadi sudah mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban, sumpah Bapak saya tidak sengaja," ucap Fian sembari menundukan kepala. Fian berjalan ke arah meja Karel, "Saya letakan dokumen ini disini, sekali lagi saya minta maaf, silahkan dilanjutkan anggap saya tidak melihat apapun," lanjutnya sebelum berlari meninggalkan ruangan Karel.

Bagi Fian lebih baik kabur daripada tetap disana. Fian berlari pontang-panting menuju lobby. Tidak dia hiraukan tatapan penasaran dari orang-orang yang dilewatinya. Tiba di lobby baruah Fian mengerem larinya dan mengatur nafas. "Selamat selamat," ucapnya sembari mengusap dada.

Selama berjalan menuju kantin, Fian terus berpikir tentang perempuan itu. Berarti dia adalah kekasih Karel yang aneh itu. Dilihat secara langsung tidak ada yang salah, justru kekasih Karel adalah perempuan yang sangat cantik dengan keanggunan yang pas pula. Kepala Fian menggeleng keras, ini buka urusannya.

Di kantin semua sudah sibuk dengan urusan mengisi perut masing-masing. Fian melihat Putri yang duduk di tempat mereka biasa. Fian mengendap agar bisa mengagetkan Putri yang sibuk dengan nasi goreg di piringnya.

"DORRR!" teriak Fian sembari memukul bahu Putri. Sahabatnya itu langsung terbatuk heboh dan meraih minuman di depannya. Fia meringis kecil, mungkin dia sudah keterlaluan.

"Dasar anak kampret!! untung gue enggak mati keselek, ihh enggak elit banget buat gue," keluh Putri.

Fian tertawa geli mendengar ucapan Putri. "Jangan lebay, mati keselek itu terlalu elit buat lo, yah lo itu pantesnya mati dimakan cicak," candanya.

Putri melempar bakwan yang ada di piringnya. "Lo pikir gue nyamuk? tanya Putri sewot, "ehh lo masih utang penjelasan," lanjutnya.

Fian berdecak kesal, pasti tentang masalah pagi ini yang menggemparkan hampir seluruh penghuni di kantor ini. Dia memesan makanan, setelah itu diceritakan seluruh masalahnya kemarin pada Putri.

"APA?" tanya Putri dengan suara cemprengnya. Penghuni kantor langsung menoleh penasaran pada kedua orang itu.

Fian melotot kesal. "Curut! gue sumpel mulut lo yaa!" Masalahnya sejak tadi Fian sadar kalau orang-orang mencuri pandang terhadapnya. Jika semua penghuni kanto mengetahui sandiwara ini dia bsia digantung oleh Karel.

Putri meringis kecil dan tersenyum pada orang-orang yang menoleh. "Maaf gue hilaf."

Fian mencibir pelan, dia memakan makanan yang baru saja tiba. Sesekali matanya melirik sekitar, mengawasi keadaan di sekitarnya.

"Terus gimana rencana lo selanjutya?" tanya Putri.

Fian menghela nafas panjang, sebenarnya dia juga bingung harus bagaimana untuk sekarang ini. "Gue enggak tahu Put, tapi firasat gue buruk. Pasti ada yang disembunyiin sama Karel."

"Iya gue juga mikir begitu," gumam Putri.

"Apa gue resign aja?" tanya Fian.

Putri melotot kesal. "Jangan dong, begini aja kita liat dulu perkembangannya. Kalau buruk lo bisa mundur, itu hak lo."

Fian menggingit bibir bawahnya, benar juga. Sekarang sulit sekali mendapatkan pekerjaan, jika semua yang dia dapat harus dilepas hanya karena masalah Karel saying sekali semua usahanya kemarin-kemarin.

"Semoga firasat gue salah," gumam Fian.

🍁🍁🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro