Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Hold Hands

Fajar menyingsing. Sang mentari mulai memancarkan kehangatan pada bumi. Dersik menyapa. Menoreh hangat pada dua insan di kediaman Ubuyashiki.

[Name] sudah menduga ia akan mendapat tugas berupa misi di tempat yang cukup jauh─desa pengrajin gerabah yang disebut sebagai Desa Mashiko. Itu sebabnya ia membawa tas selempang coklat yang terbuat dari kulit─berisi semua keperluannya.

Bibir ranum itu terperangah pelan begitu mendengar penuturan Ubuyashiki Kagaya. Kau akan berpasangan dengan Sanemi dalam misi kali ini, kalimat itu terputar berulang dalam benaknya bagai kotak musik tua yang hanya memiliki satu lagu.

Ia sempat melontarkan penolakan─secara halus, tentunya. Dengan alasan, "biasanya 'kan Shinazugawa dipasangkan dengan Kanae-san. Kenapa kali ini aku yang berpasangan dengannya?"

Kabut kekhawatiran menyelimuti perasaan Si Rambut Putih, menggantikan secercah senang yang barusaja dirasa. Bagaimana jika Oyakata-sama memilih untuk kembali memasangkannya dengan Kanae?

Ah, ayolah. Ia tak ingin menyakiti Si Manik Fuschia itu terus-menerus dengan melontarkan berbagai penolakan. Namun di sisi lain, ia juga tak bisa menerima gadis itu.

Pemimpin klan Ubuyashiki itu melontarkan senyuman hangat yang mampu meneduhkan hati siapapun yang melihatnya. "Aku sudah mempertimbangkannya dengan berbagai perhitungan. Kurasa kalian berdua akan jadi tim yang lebih hebat."

Napas dihela, [full name] pasrah. Toh, jika pemimpin klan Ubuyashiki yang sudah mengambil keputusan, ia bisa apa?

Mereka lalu pamit untuk berangkat menuju lokasi misi─dengan [name] yang berjalan duluan di depan. Lengkung senyum ditarik, ia merasa begitu senang dan bersemangat untuk misi kali ini.

Sekarang, semua hanya bergantung pada usahanya mendekati gadis itu dan merobohkan dinding─yang entah sejak kapan dibangun gadis itu─dan entah untuk alasan apa.

Setelah itu, mereka mungkin akan kembali dekat seperti dulu. Yah, jika mereka tidak sedekat dulu juga tidak apa-apa. Yang penting, Sanemi harus menghancurkan dinding itu dahulu.

Sanemi mempercepat langkahnya, menyusul gadis itu di sebelahnya. "Terimakasih telah memakai hadiah-ku, [name]," pemuda itu kembali tersenyum samar saat melihat Kanzashi yang terselip di helai [haircolor] gadis itu.

Ya, hadiah yang diberikan pemuda dengan banyak bekas luka itu adalah sebuah kanzashi atau tusuk konde. Ornamen mawar putih yang terbuat dari kristal tampak memantulkan semburat cahaya pelangi. Juga kristal hijau yang berperan sebagai daun yang bertengger 'pun tak kalah indah.

Bongkah sendu itu menyorot sedikit lirikan pada Sanemi. "Oh, bukan apa-apa. Akan tidak sopan jika kau mengabaikan hadiah pemberian seseorang," nada itu masih dingin. Tapi, tidak se-dingin sewaktu ia berusaha menahan gadis itu lebih lama di rumahnya.

Ini adalah sebuah kemajuan, pikir pemuda itu. Ya, ini hanya masalah waktu. Ah, omong-omong soal waktu, Desa Mashiko dapat ditempuh dengan waktu dua jam berjalan kaki─tanpa istirahat.

Dersik hangat berhembus, hangat itu juga tertoreh pada hati Sanemi. Sudah lama sekali sejak mereka berjalan ber-iringan seperti ini.

Dulu, [name] akan berbelanja di pasar pagi-pagi sekali─dan mereka biasa akan bertemu di salah satu gerai yang menjual sayuran. Mereka akan saling menyapa dan berlanjut pada obrolan ringan.

Ah, berjalan berdua dengan [name] membuat mental-nya kembali melakukan perjalanan waktu. Pikirannya kembali memutar memori itu.

Di fajar yang hangat, mereka bertemu diantara ramainya pasar. Gadis itu terlihat membawa tas belanja-nya yang dipenuhi sayur-sayuran dengan cara dipeluk─karena berat.

Saat itu, ia melihat Si Surai Awan sedang bekerja bersama adiknya. Ia lalu menyapa dan menghampiri mereka─dan sedikut mengobrol. Genya─adik Sanemi lalu mengintrupsi. "Kalian jalan berdua saja. Biar aku yang antarkan ini ke Kediaman Fujiwara," ucapnya sembari membereskan beberapa barang.

Sanemi hendak menyela, tetapi sela-an itu ditepis mentah-mentah oleh Genya. Pemuda bersurai putih itu hanya menghela napasnya pasrah. "...baiklah...kau yakin bisa sendiri?" Ia berusaha memastikan. Adiknya mengangguk. "Tentu saja!"

Si Surai Salju beralih pada [name]. Gadis itu tampak agak kesulitan membawa belanjaannya. "Kemarikan belanjaanmu. Biar aku yang bawa," ia mengulurkan tangannya.

Di luar dugaannya, [name] menaruh tangannya di atas tangan Sanemi─membuat pemuda itu menarik kembali tangannya dengan semu di pipi penuh. "A-apa yang kau lakukan?!"

Gadis itu melengkungkan senyum cerah yang diwarnai kepolosan. "Menyerahkan tanganku..."

"Kubilang serahkan belanjaanmu. Kenapa kau malah menyerahkan tanganmu?" Ia kembali mengulurkan tangan. Hal yang sama kembali terulang.

"Bodoh. Kenapa kau memberikan tanganmu terus 'sih?!" Wajah dipalingkan demi menyembunyikan semu yang naik lebih banyak.

"Aku hanya ingin menggenggam tanganmu 'kok! Lagipula belanjaanku tak terlalu berat!" Cengir polos kembali diguratkan.

"Sudah terima saja, nii-san! Memangnya, kapan lagi kau bisa menggenggam tangan nee-san?" Genya berujar tanpa rasa dosa.

Sanemi menoleh dengan ekspresi kesal tergambarkan di wajah. Ia merasa begitu malu dan gugup. "K-kenapa kau memanggilnya nee-san?!"

"Yah, aku tidak keberatan 'sih punya kakak ipar seperti [name]..." ekspresi cerah polos tergambar di wajah Genya.

"...kakak ipar..?" Alis [name] bertaut samar.

"Apa-apaan kau ini?!" Sanemi semakin memerah. Debaran jantungnya semakin tidak karuan.

"Nii-san menyukai [name]-san 'kan? Buktinya, kau tidak lagi melepaskan tangannya," perkataan Genya membuat Sanemi tersadar atas apa yang terjadi. Gugup memukul-mukul dada bagai deburan gendang, saliva nya terasa kasar saat ditelan.

Jemari mulus itu kini menggenggam tangan Sanemi. Rona lebih dalam muncul, ia terdiam sebab dibungkam rasa gugup. "Ayo kita jalan-jalan, Nemi..."

"Aku antar barang dulu 'ya, nii-san, nee-san!" Genya berlalu pergi dengan tanpa dosa.

Senyuman manis itu membuat Si Surai Salju semakin memerah. Akhirnya, mereka berjalan ber-iringan dengan saling menggenggam tangan.

Jika diingat-ingat, kejadian itu sudah lama sekali. Sejujurnya, Sanemi agak rindu dengan tangan yang selalu menuntunnya─jika itu adalah kata yang tepat─juga menemaninya. Membuatnya terlindung dari rasa sepi yang menggores.

Sepasang lavender itu kini melirik pada tangan gadis di sebelahnya.-sudah lama sekali 'ya, [name]...

Ia perlahan mendekatkan tangannya pada jemari halus itu. Sedikit demi sedikit, jarak di antara kedua tangan itu semakin menipis.-sedikit saja... tidak apa-apa 'kan..?

Dersik hangat nan menenangkan membawa tenang dan santai. Tapi, ketenangan itu tidak sampai pada perasaan Sanemi.

Jantungnya berdetak dengan tempo yang tidak karuan. Kedua buku jari itu tanpa sadar semakin memotong jarak. Jarak yang tersisa hanya beberapa sentimeter.

Benak pemuda ber-marga Shinazugawa itu memaparkan beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi jika ia benar-benar menggenggam tangan dari sosok yang menjadi kerinduan-nya selama ini.

Akankah rindu-nya akan berkurang jika ia menggenggamnya sebentar?

Ataukah rindu yang ia rasakan akan semakin mencabik perasaannya dan melilitnya dengan rasa sepi?

Akankah gadis itu menepis tangannya─memberikan penolakan?

Ataukah setelah itu, gadis itu akan membencinya dan semakin menjauhinya?

Ah, memikirkan kemungkinan yang ada malah membuat pemuda itu semakin gugup. Tanpa ia sadari, kedua buku jari itu semakin dekat hingga hampir dapat bersentuhan secara langsung.

Jantungnya semakin berdegup kuat. Tiga senti...

Dua senti...

Satu senti...

Jantungnya hampir saja copot atas kelakuan gadis itu. Jemari [name] terangkat—menunjuk objek yang terpampang di hadapan mereka. Sebuah papan nama.

Papan nama itu bertuliskan "Selamat Datang di Desa Mashiko". Segurat senyum tipis tercetak pada wajah manis [name]. Napasnya di atur pelan, Sanemi berusaha menetralkan keterkejutan yang tadi menghampiri.

"Kita sudah sampai, Shinazugawa..." ia menoleh pada pemuda di sampingnya.

"...ya, kau benar!"

***

Ah mou saia mager up gatau napa
:(  :'v rada bosen di fandom ka en ye-

Btw desa nya ada beneran loh :'v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro