Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Manuscript 1 : Selenophile 4

Derap langkah menggema di seluruh lorong gelap. Kelima hunter berlari. Fleur memimpin. Meteran anomali tergenggam erat di tangannya.

Namun, Nomura berhenti.

"Tunggu dulu!"

Suara itu sontak membuat yang lain menoleh bingung.

"Nomura, apa yang—"

Telinga rubah gadis itu bergerak. Tangannya meraba dinding.

Mendorong terbuka sebuah pintu.

Cahaya terang hampir membutakan. Tampak tempat putih steril dengan meja-meja berjejer. Nyaris tidak berisi apapun.

"Laboratorium."

Nomura menoleh kepada rekan-rekannya. Menggigit bibir bawah dengan ragu.

"Dengar, kita tidak tahu seberapa kuat alucinor itu. Aku ada ide. Dan seharusnya mereka memiliki bahan untuk ini. Raindrop, aku butuh bantuanmu. Dan yang lain—"

"Daydream, kau disini."

Perintah Minami membuat gadis itu terbelalak. Si kapten mengangguk.

"Aku dan Terabyte akan menahannya. Kau lindungi mereka di sini," jelas Minami. "Kita berkomunikasi lewat interauris."

Monika refleks meraba alat kecil di telinganya. Interauris adalah alat komunikasi The Children. Berbentuk seperti earpiece.

Gadis itu membalas dengan anggukannya sendiri. Lalu, Fleur maju. Memberikan meteran anomalinya ke tangan sang Komandan. Memberinya instruksi singkat. Lalu mengeluarkan satu alat lain.

"Kau bisa menyiarkan lokasimu setelah itu, alatku ini akan menangkapnya."

Dan dengan anggukan, kedua pria berlari pergi. Menghilang di kegelapan.

"Godspeed."

***

"Mereka pergi dengan terburu-buru—"

"Ya, meninggalkan banyak—"

"Aku tahu, Menurutmu kita bisa—?"

"Harus. Hawthorne-san, tolong cari sampel somnus 2.0 ini—"

"Di sini—lalu—"

Suara dua orang itu terasa jauh di telingan Monika. Wanita itu berjaga di dekat pintu. Tangan beristirahat di pegangan bilahnya. Siap menariknya keluar dari sarung jika perlu.

Sementara itu, Nomura dan Fleur sibuk. Bergerak dengan frantik di ruangan. Mencari-cara di sekitar barang yang ditinggalkan Apollyon. Mulut berbicara cepat. Mengucapkan kosa kata tentang ramuan dan thaumaturgy yang terlalu cepat untuk Monika ikuti.

Monika tidak bisa berkata bahwa dia asing dengan sihir. Lagipula, dia berkerja dan menggunakannya setiap saat.

Namun, para Alchemist The Children memang berbeda.

Kerja mereka cepat dan efisien. Meracik apapun itu. Monika menangkap sayup-sayup sedikit perkataan Nomura. Sesuatu tentang 'ramuan bisa aktif jika diberikan pemancing' dan 'aku sudah membuat satu namun dengan somnus, bukan yang ini'.

Mereka melempar perintah dan saran bolak-balik. Menumbuk, memotong dan mencampur. Sibuk dan fokus.

Monika mengawasi ke lorong yang gelap. Jantungnya berdegup.

Interkom berdengung.

"Daydream!"

"Komandan?" Tangannya menyentuh alat di telinga.

"Berapa lama yang lain selesai?! Alucinor ini memiliki ketahanan ekstra!"

Monika mengangguk. Berpaling ke dua yang masih sibuk di meja.

"Fox, Raindrop, berapa lama lagi!?"

"Sebentar, hanya tinggal—" Nomura mengocok cairan hijau di botol. "Bingo! Selesai!"

Monika menghela napas lega. Kembali menekan interauris.

"Tunggu, Shadow. Kami datang."

***

Ketiga perempuan berderap di lorong. Fleur yang menjadi penunjuk arah. Mukanya menunduk melihat alat pelacak di tangan. Semakin jauh, mereka bisa mendengar suara geraman keras dan bilah yang berdenting.

Ada pintu lagi di ujung lorong. Monika menggesernya terbuka.

Hunter itu terkesiap.

Tempat dibalik pintu terlalu besar untuk bisa ada di bawah tanah. Lampu kuning berkedip-kedip di atas mereka. Mesin-mesin rusak tampak terbengkalai. Remuk, bengkok, dan tercakar. Mereka sudah menebak siapa pelakunya.

"Ini pseudospace, tempat yang dibuat di luar dimensi," bisik Monika.

Nomura mendelik. "Mereka berniat membuat somnus secara massal."

Bulu kuduk Monika merinding mendengar pernyataan itu.

Mengingat somnus bisa membuat alucinor menjadi jauh lebih brutal, bayangkan efeknya di masyarakat.

Alat Fleur kembali berkedip. "Sebelah sini!"

Mereka berlari lagi.

Dari kejauhan mereka bisa melihat sebuah sosok gumpalan hitam besar. Jauh lebih besar dari alucinor biasa. Bercakar dan bertaring tajam. Kepala penuh dengan mata merah menyala. Lengan-lengan ramping tampak terlalu panjang dan tak proporsional. Terayun dan menebas.

Tampak Manfred melepaskan tembakan beruntun dari pistolnya. Menghindar saat cakar berusaha menjangkau.

Sementara Shadow menggunakan quirknya untuk mendekat dan menyerang. Dia melebur ke bayangan mesin rusak dan muncul di bayangan lain. Menebas makhluk itu. Namun, kulit hitamnya seperti armor. Tidak ada luka tercipta.

Mereka kewalahan.

"Kita harus—"

"Tunggu!" desis Monika. "Fox, bagaimana cara menggunakan ramuan itu?"

"Aku hanya tinggal melemparkan ke wajah—"

"Baik." Mata Monika jelalatan. Dia menunjuk satu mesin tinggi yang masih tampak kokoh.

"Kau dan Fleur panjat itu," perintahnya. "Aku akan jadi umpan. Saat dia mendekat, kau lempar ramuanmu."

Mata Nomura sekejap panik. Namun, dia mengeraskan ekspresinya dan mengangguk. Dia mengamit tangan Fleur. Mulai menarik menjauh.

Monika menggretakkan lehernya.

"Let's do this."

Dia berlari.

Langsung lurus. Menuju demon yang mengamuk. Alucinor itu terlalu fokus pada dua yang lain. Tidak sadar bahwa satu hunter ikut bergabung.

Monika berhenti. Mengambil pistol dari sarungnya. Mengangkat. Dan membidik.

Melepaskan dua tembakan.

Tepat ke kepala makhluk itu.

Si monster meraung. Berbalik. Lima mata merah menyala tampak sangat marah. Dia mengeluarkan geraman mengancam.

Gadis itu menyeringai.

"Heh, let's play you fucker."

Monika berputar dengan tumitnya. Langsung berlari. Monster itu mengeluarkan suara auman keras. Mulai mengejarnya. Tangan panjang mencakar lantai. Menggapa hunter yang dengan sigap menghindar.

C'mon shithead.

Catch me.

If you can.

Sudut mata biru melihat dua sosok. Berdiri di atas mesin rusak. Nomura melambaikan tangan. Ekornya bergerak khawatir.

Monika berbelok tajam ke kiri. Menuju ke mesin. Alucinor hampir melewatinya. Namun dia meraung dan kembali mengejar.

Sedikit lagi.

Come on you demonfuck.

Hampir sampai.

Dia melewati Nomura dan Fleur.

Monika menahan seringai.

"SEKARANG!"

Tangan Nomura terayun.

Botol kaca terlempat di udara.

Terdengar suara pecah.

Diikuti raungan super keras yang membuat udara bergetar hebat.

Anggota The Children terjatuh. Menutup kuping mereka. Monika pikir miliknya berdarah. Matanya tertutup erat. Gigi bergemeretak. Getaran suara seakan mendorongnya.

Perlahan, teriakan mengecil. Monika membuka pelupuk matanya.

Alucinor itu menyusut. Memegangi muka rusak. Mengecil. Meleleh dan berasap seperti besi cair. Tangan yang panjang menjadi gumpalan. Cakar dan gigi meringsek dan jatuh. Asap hitam terus membumbung. Diikuti suara rintihan bernada tinggi.

Dan makhluk itu hilang.

Meninggalkan bekas hitam di lantai.

Monika mendesah. Melempar pandangan ke Nomura dan Fleur yang mengintip di atas tempat mereka berdiri.

Dia tersenyum lebar. Lalu mengacungkan jempol.

"Nice work."

***

Fleur dan Nomura turun dari mesin. Memastikan dia tidak apa-apa. Bahkan mengecek telinganya saat Monika bercanda bahwa suara tadi cukup membuatnya tuli. Untung gendang telinganya baik-baik saja.

Kedua wanita itu membantunya berdiri. Lalu mereka menghampiri Manfred dan Minami yang terbaring. Sepertinya shock.

"Well, Manny, that's one hell of a fight!" canda Monika. Mengulurkan tangan.

Manfred memutar matanya. Lalu menjabat tangan si wanita. Menerima bantuan untuk berdiri.

"Shut it, fräulein," decihnya. Namun, suaranya hangat. Kemudian dia merintih.

Manfred merutuk pelan. "Terkilir."

Rekan perempuannya hanya menggeleng. Membantu memapahnya ke yang lain.

"Misi selesai," gumam Minami. "Kita masih harus mengamankan tempat ini, aku akan panggil The Children yang lain."

"Lakukan nanti," saran Monika. Masih menjadi tumpuan Manfred berdiri. "Kita harus kembali dulu. Oh, dan—"

Gadis itu tersenyum lebar ke Minami. "Quirk yang keren."

Si komandan terkekeh kecil. "Aku hanya bisa berpindah menggunakan bayangan."

"Sesuai sekali dengan codename-mu."

"Oh, ayolah," dengus Manfred. "Semua codename selalu sesuai dengan quirk!"

Monika terbahak. "Yeah, memang. Tetap saja keren!"

Kelima orang itu berjalan keluar. Diiringi pertengkaran kecil Monika dan Manfred.

***

The Children butuh waktu beberapa hari untuk menyapu bersih dan mengamankan tempat itu. Dan juga memburu beberapa alucinor yang masih berkeliaran. Berkat ramuan Nomura, tugas itu menjadi lebih mudah.

Sayangnya, setelah melihat dari bukti-bukti, mereka yakin bahwa ada anggota Apollyon Apothecary yang selamat dan kabur dengan segala riset mereka.

"Those slimy bastard," gumam Monika.

Dia dan Manfred berdiri di atap. Memandang langit biru. Angin sepoi-sepoi meniup rambut dari wajah mereka. Matahari bersinar cerah dan hangat.

"Can't get zem all, I guess," dengus Manfred. "Sudah membaca berita, fräulein?"

Monika mengangguk. Dia ingat headline panas yang dibicangkan banyak orang di Korusanto tempo hari. Geng yang seringkali meneror mereka sudah digrebek oleh polisi dan Pro Hero. Semua narkotika mereka diambil dan dihancurkan.

"Ugh, baguslah kita tidak perlu ikut mengurusi hal itu."

Mereka kembali ke kediaman yang nyaman. Dua pasang mata menatap awan berarak.

"Kapan pesawatmu pergi?" tanya Monika.

"Besok, aku masih mau berjalan-jalan sebentar di Jepang. Kita pantas mendapatkannya, no?"

"Dan Fleur?"

"Aku dengar dia akan tinggal. Sepertinya nyaman bekerja di sini. Dan dia ingin melanjutkan proyek dengan Alchemist lain yang sudah membantunya."

"Good for her, good for her."

"Kau sendiri bagaimana, fräulein?"

"Eh, pesawatku juga besok. Aku ingin melihat-lihat sebentar juga."

Manfred tersenyum kecil. Dia menepuk pundak Monika. "Ada kedai ramen kecil di dekat gedung ini. Minami-san merekomendasikannya, kau ikut?"

Monika tertawa. "Can't say no to food, can I?"

Mereka berdua terkikik. Lalu berjalan ke pintu untuk turun. Tepat saat itu, ponsel Monika berdering.

"Kau duluan," ucapnya. Menyeringai melihat nama di layar. "Aku harus mengangkat ini."

Rekannya mengangkat alis. Namun, hanya mengendikkan bahu dan berlalu. "Ketemu di sana."

Monika melihatnya pergi dan menghilang di balik pintu. Lalu, menggeser simbol di layar untuk menerima panggilan.

"Yo, Nikky! Ya, ya kami berhasil. Tidak, tidak ada yang terluka."

"Kau tidak akan percaya siapa Pro Hero yang kami temui!"

***
.

.

.

Manuscript 1 :
SELENOPHILE

The End

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro