Extra: Gadis Kulit Jeruk
pengantar: kalau gue sempat, NOIR #32 bakal di-update malam ini. kalau nggak sempat, besok sore. maaf banget untuk keterlambatannya, karena gue lagi banyak tugas minggu ini. selama tiga hari gue bahkan mungkin cuma tidur tiga atau empat jam wkwk. chapter ini berisi teaser EXTRA yang bakal kalian dapetin kalau kalian beli novelnya (so far mungkin bakal disediakan untuk yang pre-sale dulu. detilnya bakal dijabarin di bawah. baca aja dulu teasernya, oke?)
Cetta's Tattoo
"Dimi, tau enggak?"
Mata Cetta yang semula tengah menatap pada barang-barang yang terpajang di atas rak-rak di balik dinding kaca gerai pakaian di sisi kiri jalannya langsung berbalik arah pada sosok gadis yang baru saja bertanya. Gadis itu adalah Rana, tentu saja. Sekarang, mereka sedang berada di salah satu mal yang terletak tidak jauh dari kampus. Cetta tidak punya sisa kelas yang harus dihadiri hari ini, sedangkan satu-satunya kelas dalam jadwal Rana dibatalkan karena dosen yang mengajar tiba-tiba berhalangan hadir. Ini jelas bukan jenis momen yang terjadi setiap hari, jadi mereka sengaja memanfaatkannya untuk dating dadakan.
"Apa?"
"Jawab dulu, tau enggak?"
"Enggak."
Rana merengut. "Udah aku tebak."
"Kenapa sih?"
"Kamu sadar enggak kamu jelek banget siang ini?"
"Enggak. Soalnya kamu pernah bilang kalau kapan pun dan dimana pun, aku selalu ganteng."
"Idih, bohong abis. Kapan aku pernah bilang gitu?"
"Kalau udah urusan ginian, kamu suka pura-pura amnesia." Cetta membalas, lalu katanya. "Pokoknya kamu pernah bilang gitu."
"Bodo, deh. Yang paling penting sekarang tuh, buat aku siang ini kamu jelek banget."
"Emang kenapa?"
"Kamu masih tanya kenapa?"
"Yah, kan aku enggak tau."
"Kamu ngaca enggak sih penampilan kamu sekarang gimana?"
Pertanyaan Rana langsung membuat tawa geli Cetta terlepas, meski dengan lirih. Yah, sekarang dia mengerti apa maksud Rana. Siang ini, dia memang sengaja memakai hoodie berwarna hitam lengkap dengan tudung yang dikenakan di kepala. Bukan hanya itu saja, Cetta juga mengenakan snapback warna senada yang membuatnya jadi terlihat seperti stalker sakit jiwa atau model-model cowok dalam video klip band beraliran musik cadas yang terkesan emo.
"Bagus, kali. Aku jadi misterius gimana gitu."
"Jelek." Rana membantah. "Bisa enggak, dilepas aja? Aku lebih suka kamu pake kaus oblong atau dandan kayak orang homeless aja sekalian daripada pake hoodie gituan."
"Emangnya kenapa?"
"Aku berasa kayak lagi jalan sama Young Lex, bukannya sama pacar aku."
*
Bedtime Story
timeline: saat chandra dan adik-adiknya masih kecil.
Biasanya, sebelum pergi tidur, Bunda akan mendongeng untuk keempat anaknya. Tetapi hari ini berbeda, karena Ayah yang akan bercerita. Chandra yang baru duduk di kelas tiga SD langsung bersemangat begitu mendengarnya. Dia bahkan sudah mengajak ketiga adiknya—Calvin yang baru berusia enam tahun, Cetta yang belum lagi menginjak empat tahun dan Suri yang baru merayakan ulang tahunnya yang kedua tiga bulan lalu—untuk pergi tidur tepat setelah selesai makan malam. Ketiga adiknya tentu tidak setuju, karena itu sama saja melewatkan dessert time yang biasanya berlaku satu setengah jam setelah makan malam—waktu dimana Bunda akan mengeluarkan penganan manis berupa biskuit, kue atau puding yang dibuatnya hari itu.
Sebagai anak paling tua sekaligus pemegang suara minoritas, akhirnya Chandra harus bersabar hingga waktu menunjukkan hampir pukul sembilan malam.
"Ayah, ceritanya harus panjang, ya." Chandra berceloteh sesaat setelah dia selesai menyikat gigi, sementara Ayah membantu Calvin, Cetta dan Suri membasuh kaki-kaki mungil mereka masing-masing. Walau tidak pergi keluar rumah, Ayah dan Bunda selalu membiasakan mereka untuk mencuci kaki dan menggosok gigi sebelum pergi tidur. Chandra dan Calvin yang lebih besar sudah bisa menyikat gigi sendiri, sedangkan Cetta dan Suri masih butuh bantuan.
"Panjang?"
"Iya. Panjang. Kalau bisa enggak tamat-tamat."
"Kalau enggak tamat-tamat, nanti kalian enggak tidur-tidur dong."
"Enggak apa-apa!" Calvin menukas dengan mulut penuh busa pasta gigi. "Biar begadang kayak lagu itu tuh, lagu yang dulu suka diputar Opa." Bocah itu menyambung lagi, menyebut lagu dari Rhoma Irama yang memang sering diputar oleh kakek mereka setiap kali mereka bertandang ke rumah beliau di akhir tahun.
"Enggak boleh begadang." Cetta membalas cepat. "Nanti jadi jelek kayak hantu."
"Kalau kamu sih emang udah jelek." Chandra mengejek, kemudian menjulurkan lidah, membuat Cetta langsung mengangkat tangannya ke udara, seperti ingin memukul. Meski begitu, wajahnya terlihat sangat memelas, seperti dia bisa menangis sewaktu-waktu. "Idih, mau nangis ya? Huuuu... cengeng!"
"Ayah!" Cetta memekik dengan mata berkaca-kaca. "Abang nakal!"
"Abang Chandra enggak boleh gitu." Ayah menengahi. "Abang Cetta benar. Begadang itu enggak bagus, apalagi besok kamu sama Abang Calvin harus sekolah. Kalau begadang nanti dimarahin Ibu Guru di kelas."
"Yah, kalau gitu begadangnya nanti aja, pas besoknya enggak sekolah."
"Enggak boleh!" Cetta tetap ngotot. "Nanti jadi jelek kayak hantu!"
"Ih, Culi pucing deh!" Suri merengut. "Ayah, bantu Culi aja sikat giginya. Abang enggak usah. Abang nakal."
*
Lockscreen
"Kalau enggak dihabisin, gue enggak akan mau bikinin lo susu cokelat dingin lagi."
Sambil berkata begitu, Sebastian meletakkan segelas penuh susu cokelat penuh potongan es batu tepat di depan Suri yang tengah duduk sambil melipat tangannya di atas meja. Hari ini hari Sabtu, hari libur dimana Sebastian harusnya bisa memeluk guling lebih lama dan bangun saat jarum pendek jam dinding telah merambat melewati angka sembilan. Tetapi kedatangan Suri bahkan ketika waktu belum lagi menunjukkan pukul tujuh pagi membuat pikiran itu hanya jadi sebatas angan-angan belaka.
"Belek kamu enggak kecampur di dalam sini, kan?"
Sebastian berdecak. "Mood gue lagi enggak bagus, Oriana. Jadi jangan bikin gue ngomel, oke?"
Suri merengut. "Cuma bercanda, Tian. Habis muka kamu lecek banget kayak baju lama ditumpuk dan enggak disetrika-setrika."
"Semua orang juga mukanya bakal lecek kalau dibangunin jam enam lewat seperempat dan langsung disuruh bikinin susu cokelat dingin." Sebastian menyahut tidak mau kalah. "Lagian pagi-pagi begini udah minum yang dingin-dingin, lo enggak takut kena flu?"
"Kalau aku kena flu kan ada kamu yang jagain."
Sebastian memutar bola matanya, membuat Suri terkikik.
"Kenapa malah ketawa?"
"Lucu."
"Gue mandi dulu."
"Loh, enggak balik tidur lagi?" Suri mengangkat salah satu alisnya penuh rasa penasaran. "Katanya tadi habis bikinin aku susu, kamu mau tidur lagi."
"Mana bisa gue tidur lagi kalau udah ada lo disini?"
*
Friday The 13th
Pada hari Jumat ketigabelas di tahun ini, Nael dibuat tercengang untuk pertama kalinya setelah ratusan tahun berlalu oleh kabar yang dibawa Zoei. Tidak, ini tidak berkaitan dengan masalah lainnya yang ditimbulkan oleh Oriana Suri Laksita. Tetapi ini berhubungan dengan kepala para undertaker—undertaker adalah divisi tersendiri yang bertugas merilis nama-nama jiwa yang akan diturunkan ke dunia pada hari, tanggal, bulan dan tahun tertentu mau pun sebaliknya, mereka juga akan mengeluarkan nama-nama jiwa yang harus dijemput dari dunia pada hari, tanggal, bulan dan tahun tertentu. Berdasarkan nama tersebut, para malaikat pencabut nyawa yang akan bertugas mengeksekusi di lapangan.
Kepala para undertaker tetap masih Sombre, dengan segala keanehan yang membuatnya terlihat seperti manusia immortal dibanding iblis. Nael memang sudah biasa mendengar tentang Sombre yang hobi pergi mengunjungi warung tegal untuk menghirup bau mi instan atau jalan-jalan ke pusat-pusat keramaian manusia seperti Pasar Tanah Abang atau ITC Mangga Dua, namun berita yang kali ini dibawa oleh Zoei benar-benar membuatnya tidak percaya.
Zoei bilang, Sombre sedang jatuh cinta.
"Atau mungkin terobsesi, bukannya cinta. Karena tentu saja mustahil bagi iblis untuk jatuh cinta. Kecuali kasusmu, karena tentu kamu berbeda dari iblis yang lain." Zoei buru-buru meralat. "Lagipula, kalau dia benar-benar jatuh cinta, Sang Pencipta mungkin sudah turun tangan. Sama seperti apa yang terjadi padamu dan Blanc waktu itu."
"Hm. Lalu siapa makhluk yang membuat Sombre terobsesi ini? Dia bukan makhluk berwajah mi instan campur cabe rawit, kan?"
"Bukan. Dia adalah seorang gadis mortal."
"Hah?!"
"Jangan menatapku seperti itu, Nael. Yang terobsesi padanya bukan aku, tapi Sombre."
"Ini sulit diterima."
"Memangnya ada tindakan Sombre yang menurutmu mampu diterima oleh pemikiran kita?"
*
Civil War
Ada sesuatu yang spesial dalam foto keluarga yang terpajang di ruang tengah rumah Keluarga Suri. Buat sebagian besar orang, mungkin foto itu hanya foto keluarga biasa, dengan wajah Ayah, Bunda dan empat anak mereka. Tapi tidak buat Ayah. Selain karena Bunda terlihat sangat cantik dalam foto itu, juga karena Chandra dan ketiga adiknya masih kecil ketika foto itu diambil. Rasanya menyenangkan bisa melihat bagaimana sesuatu dapat membekukan waktu. Setidaknya dalam foto itu, senyum Chandra akan selalu terhenti di usia sepuluh tahun. Calvin baru berumur delapan tahun, begitu pula dengan Cetta yang berusia enam tahun dan Suri yang masih terlihat seperti bocah empat tahun berkuncir dua dengan mulut yang cerewet.
Ayah tidak tau apakah anak-anaknya sadar atau tidak, tapi setiap pagi, setiap kali melewati foto itu, Ayah selalu berhenti dan memandangnya setidaknya lima menit.
Ada banyak kenangan yang terbangkitkan hanya dengan melihat foto tersebut, salah satunya yang paling Ayah ingat adalah respon pertama ketiga kakak Suri waktu Suri baru lahir.
Sejak jauh-jauh hari sebelum Suri dibawa pulang ke rumah, Ayah sudah memberitahu ketiga anaknya kalau mereka akan kedatangan adik kecil baru yang kelak harus mereka lindungi. Sebagai tiga bersaudara yang sama-sama laki-laki, kehadiran adik perempuan tentu menjadi sesuatu yang membuat Chandra, Calvin dan Cetta kelewat antusias. Awalnya, Bunda sempat khawatir membiarkan tiga anaknya yang tidak bisa diam berdekatan dengan Suri yang masih bayi. Tapi Ayah menenangkannya, berkata jika tiga abang bisa diandalkan.
Dugaan Ayah salah, sebab tiga abang justru memulai perang saudara tidak lama setelah Suri tiba di rumah keluarga mereka.
Hari itu masih pagi. Chandra menolak pergi ke sekolah karena ingin bertemu adik baru—yang lantas dikabulkan oleh Ayah karena toh Chandra baru kelas satu. Bunda masih tertidur di kamarnya saat Ayah membawa Suri dalam strollernya ke halaman belakang untuk mendapatkan siraman cahaya matahari. Semula, Ayah masih mengawasi. Tetapi ketika bel pintu rumah mereka berdering karena ada tamu yang datang, Ayah beranjak pergi. Sebelum berlalu, Ayah sempat menitipkan pesan pada ketiga anaknya.
"Jaga adik kecil baik-baik, oke?"
Dengan kompak, Chandra, Calvin dan Cetta mengacungkan jempol.
"Adik bayi jarinya kecil banget." Chandra berkomentar. "Lebih imut dari jari Apin."
"Imutan jali Abang Apin!" Calvin ngotot.
"Imutan jari adik bayi!" Chandra bersikeras. "Ah, Abang mau cium pipi adik bayi." Katanya lagi, lalu dia mencondongkan tubuh dan mendaratkan satu kecupan lembut di pipi Suri.
"Abang Apin juga mau cium!"
*
My Heart on You
"Khansa."
Khansa sedang berkonsentrasi pada tumpukan kaset DVD dalam wadah plastik di tangannya ketika Calvin memanggil. Mereka sedang berada di ruang keluarga rumah Keluarga Dhaneswara, berencana movie marathon bersama sambil menikmati semangkuk popcorn dan berkotak-kotak yoghurt stroberi yang sengaja Calvin beli di minimarket dekat rumah pacarnya. Bisa dibilang, ini adalah momen langka, karena pada hari-hari biasa, Calvin disibukkan oleh rutinitasnya sebagai pekerja kantoran, tidak jauh beda dengan Khansa yang lebih banyak mengisi hari-harinya mengikuti serangkaian course dan persiapan untuk masuk kuliah ke sebuah kampus swasta pada tahun ajaran yang akan datang.
"Mmm?" Khansa menjawab dengan gumam, tidak menoleh sedikit pun.
"Khansa, lihat sini, dong."
"Gue lagi sibuk." Khansa berkilah. "Menurut lo, mending kita nonton apa, ya? Harry Potter? Beauty and The Beast?"
Calvin mengerucutkan bibirnya dan menggembungkan pipi, membuat wajahnya terlihat menggemaskan minta dicubit. "Lihat sini dulu."
Khansa sudah paham apa yang harus dilakukan jika Calvin telah mengeluarkan nada merajuk seperti itu, jadi dia berhenti memilah-milah kepingan DVD dan menoleh pada Calvin, hanya untuk mendapati cowok itu sedang mengangkat selembar kertas dengan gambar hati merah di tengahnya. Warna merah terlihat sangat kontras dengan warna keras yang putih.
"Apa itu?"
"Hati."
Khansa mendengus sebal. "Gue juga tau."
"It's my heart." Calvin menyahut lugas, membuat Khansa merasa perlu menahandorongan untuk menelepon ambulance. "I drew my heart for you."
*
Banana Milk
Aku cantik enggak?"
Chandra baru tiba di ambang pintu kamar Siena ketika dia disambut oleh pertanyaan itu. Hari ini, mereka memang berencana pergi ke studio musik bersama. Bukan karena Chandra ada jadwal rekaman, tapi untuk sekarang, tempat itu adalah tempat teraman yang bisa dikunjunginya bersama Siena. Lagipula, mereka memang punya rencana merilis lagu duet bersama di akun Soundcloud milik Chandra. Bukan proyek serius, tetapi jelas akan jadi satu dari sedikit proyek yang sangat berkesan buat Chandra.
"Kok malah diam?"
"Cantik, kok." Chandra mengamati Siena yang kini tampak girly dengan jaket bomber warna baby pink yang melekat di tubuhnya. Perpaduan jaket dengan rok selutut warna hitam membuatnya jadi terlihat cute. "Kenapa emangnya?"
"Bukan akunya." Siena seperti bisa mengetahui kemana pandangan mata Chandra jatuh. "Tapi bajunya."
"Aku tadi ngeliatin bajunya."
"Buat kamu, aku pake apa aja juga bakal selalu dibilang cantik."
Chandra nyengir ala bintang iklan pasta gigi. "Tuh tau."
"Kak Chandra, aku enggak lagi bercanda."
"Aku juga enggak." Chandra membalas gesit. "Kamu emang selalu cantik."
Siena terdiam.
"Tapi emang ada sesuatu yang kurang."
Siena menatap Chandra. "Apa?"
*
Jimmy Choo's
timeline: pesta prom setelah suri lulus SMA
"Lo mau pake itu?"
Tangan Suri yang sedang bergerak memasangkan anting ke telinganya langsung terhenti ketika dia mendengar suara Sebastian. Spontan, kepalanya tertoleh ke ambang pintu. Ternyata, itu memang benar-benar Sebastian, bukan Wati atau hantu lainnya yang kerap menjahili Suri dengan menirukan suara-suara orang yang Suri kenal.
"Kamu ngapain disini?"
Sebastian menunjukkan kunci mobilnya pada Suri, lalu mendengus. "Gue kebagian tanggung jawab nganterin lo ke lokasi pesta prom lo malam ini."
Itu memang benar. Malam ini, sekolah Suri mengadakan pesta prom untuk anak-anak kelas tiga yang sudah lulus. Pesta prom dianggap sebagai salah satu momen yang penting selain seremonial wisuda, karena bisa dikatakan pesta prom adalah acara terakhir anak-anak satu angkatan sebelum mereka berpisah untuk meniti jalur masing-masing—walau sudah bisa dipastikan, sebagian besar dari mereka akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mengingat pentingnya acara itu, Suri sengaja berdandan habis-habisan malam ini, termasuk dengan meminta bantuan Rana merias wajahnya agar terlihat lebih cantik dari hari biasa.
"Oh, kamu yang nganter?"
"Kenapa? Lo enggak seneng?" Sebastian justru balik bertanya. Dia bicara dengan nada datar nyaris tanpa emosi, meski kata-katanya terkesan tajam.
"Bukan gitu. Tadi sore, abang-abangku sempat perang suit karena rebutan mau nganterin aku dan yang menang Abang Cetta. Kayaknya mustahil banget Abang Cetta mau ngalah sama kamu."
"Emang mustahil. Sampai kiamat pun kayaknya enggak bakal mungkin. Yah, tapi gue kan punya orang dalam."
"Orang dalam."
"Itu enggak penting." Sebastian berkilah, matanya kembali jatuh pada sepasang sepatu hak tinggi Jimmy Choo yang tergeletak di dekat pintu kamar Suri. Warnanya hitam, terlihat sangat kontras dengan dress Suri yang berwarna merah terang. "Tapi lo yakin mau pake itu... dan itu?"
"Itu?"
*
kalian pasti bertanya-tanya, kenapa bentuknya cuma potongan-potongan atau nggak lengkap. Yap, karena versi lengkapnya bakal tersedia hanya untuk mereka yang beli novelnya. gue masih punya banyak ide extra chapters sih, jadi mungkin gue bakal bikin lagi haha terutama buat Sombre, Nael dan Zoei.
terkait kuis yang gue bikin di instagram, nanti pemenangnya bakal gue umumin setelah buku-buku mereka yang beli pre-sale udah nyampe, dan bakal gue kirimin ke pemenangnya. untuk dua orang pemenang ya. jadi kalian masih bisa posting sampai awal desember (i think?)
buat yang udah ikut pemesanan pre-sale, pastikan bukti pembayaran nggak dibuang dan disimpan baik-baik. pastikan juga kalian punya gmail atau email, karena akses ke extra chaptersnya bakal lewat playstore atau appstore. buat yang ikut pre-order (kalau emang ada pre-order) dan beli di toko buku, bisa aja dapet juga, meski mungkin nggak akan secepat mereka yang ikut pre-sale. ah ya, kalau beli di toko buku, struknya jangan dibuang ya. kirim aja ke gue, karena gue pengen ngasih apresiasi untuk semua readers yang sudah membeli buku gue.
salah satu yang bikin gue ragu nerbitin buku adalah karena gue berpikir mana ada yang mau beli wkwk. gue selalu merasa tulisan gue nggak sebagus itu. dan yah, makanya kalau ada yang laporan udah ikut pre-order atau beli, gue jadi terharu wkwk. makasih ya. at some point, mungkin gue bakal memposting sesuatu yang spesial juga di wattpad.
ah ya, penerbit loveable juga mengadakan kuis marathon pre-sale, jadi untuk kalian yang lagi bokek atau uang jajan terbatas, kalian bisa pantengin instagram (at)loveable.redaksi. di bawah ini gue posting kuis marathon presale 2 yang lagi berjalan ya. kuis sebelumnya juga ada, tapi udah berakhir dan berhadiah dua novel NOIR untuk dua pemenang.
buat kalian yang kebingungan pesen untuk pre-sale, kalian bisa cek toko buku online di bawah ini. semuanya ada di instagram ya. pilih salah satu yang sekiranya menurut kalian paling fast-reponse. pemesanan dari tanggal 30 Oktober sampai 3 November 2017. untuk pembayaran terakhir tanggal 10 November. jadi kalian bisa pesan dulu aja, siapa tau sebelum tanggal 10 November kalian dapet uang jajan tambahan entah dari mana hehehe.
(at)kupkupbuku
(at)bukubanget
(at)alifia.bookstore
(at)bukukitacom
(at)bukupediacom
(at)bless_leaf789
(at)bukularis_id
(at)grobmart
(at)owlbookstore
(at)cintabukubookshop
(at)bukabuku
oke, sekian. sori kalau terkesan PHP wkwk. tenang aja, paling lambat NOIR #32 keluar besok, kok, dan mm.. let's say kalau di NOIR #32 ada cara Sebastian merayakan ulang tahun Suri--and groupchat tiga abang will be back!
i'll see you soon.
ciao.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro