Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6. Secret Box

Di pagi harinya Alfi bermimpi hal yang sama. Tempat bermandikan cahaya bulan, bunga aster, serta cahaya kunang-kunang yang berkerlip. Di dalam mimpinya, Noir menjadi sosok Pangeran yang entah kenapa, menyeretnya ke dunia yang tak mengenakkan. Sampai di sekolah, Alfi langsung mencari Noir.

Pemuda tampan itu berada di lapangan dengan beberapa teman laki-laki. Mengobrol seru tentang pertandingan bola yang semalam sedang digala. Mereka berdebat tentang segalanya di saat pertandingan berlangsung.

Meskipun Noir hanya beberapa meter dari tempat Alfi berdiri, tetapi gadis itu tak mampu mengurang jarak. Ia masih enggan menyeruak kerumun anak lelaki itu hanya untuk bicara dengan Noir. Tidak. Dia belum siap. Ia tidak mau membuat dirinya menjadi pusat perhatian karena bicara dengan cowok paling tampan di sekolah. Itu menurut penilaian Alfi.

Alfi akan menunggu beberapa waktu saat moment mempertemukannya dengan Noir seperti waktu itu. Ia yakin, jika mereka berdua berbagi takdir, maka waktu yang akan meracik moment untuk pertemuan mereka selanjutnya. Yang dipertemukan sekarang adalah ... 'tapi kapan? Nunggu lebaran kucing?'

Lenguhan tercipta di gestur Alfi. Gadis itu memilih ke kamar kecil. Setelah menuntaskan hajatnya, ia merapikan diri di cermin. Embun masih memenuhi cermin karena cuaca yang cukup dingin. Alfi mengusap embun yang menutup pantulan dirinya, tampaklah sesosok perempuan berambut panjang berdiri di belakangnya sedang menatap dirinya. Dengan cepat, Alfi menoleh mengkonfirmasi keberadaan seseorang. Namun, matanya hanya menyergap udara kosong.

Hatinya bertanya, apakah ia sedang melihat penampakan hantu? Tapi perempuan tadi bukanlah siswi karena tidak mengenakan seragam. Hanya gaun putih panjang yang elegan.

Karena bergidik, Alfi keluar dari kamar kecil. Gadis itu terkejut untuk kedua kalinya karena mendapati Noir yang berdiri di samping pintu. Seperti sengaja menunggu dirinya.

"Ada apa?" tanya Noir penuh selidik. "Ada yang ingin kau katakan padaku?"

Apakah Noir cenayang? Kenapa ia bisa tahu maksud hati Alfi.

"Eh? Ehmm... Sebenarnya...," ucapan Alfi meragu. Ia bingung harus memulainya dari mana.

Ayo ke bangku!" ajak Noir membawa Alfi duduk di bangku panjang tidak jauh dari kamar mandi siswi.

"Sekarang bilang, apa ada sesuatu hal yang ingin kau sampaikan?"

Alfi mengangguk.

"Apa?"

"Apa kau kehilangan...," ucapan Alfi terhenti karena Noir segera membungkam mulut Alfi.

"Jangan sebut benda itu!" ucap Boir cepat. "Kau datanglah ke rumah nenekku sambil membawa hal yang ingin kau katakan ini. Aku akan ceritakan semuanya."

Sebuah hentakan tiba-tiba mendarat di dada Noir. Anak lelaki itu terlempar ke belakang beberapa meter lalu memuntahkan darah segar. Alfi berdiri dan mendekati Noir yang masih terkejut.

"Apa yang terjadi padamu Noir?"

"Tidak apa-apa! Nanti pulanh sekolah jangan lupa! Aku kirim alamatmya." Noir segera menyeka darah di mulutnya sebelum ada pemirsa yang melihatnya. Ia lanyas berdiri dan bergegas pergi secepat kilat. Tidak berlari hanya berjalan menguras jarak ke tempat tujuannya.

***

Sebuah kotak berukiran rumit teronggok di depan Noir. Ukurannya cukup besar. Noir penasaran apa yang ada di dalam kotak itu. Dan satu-satunya kunci yang ia curi dari neneknya berada di tangan Alfi. Gadis yang tak sengaja ia jumpai di jalanan alun-alun dan perpustakaan umum.

Kata nenek, kotak ini adalah peninggalan kakek. Saat usianya tujuh belas, isi kotak ini bisa membuatnya lepas dari memandang hal-hal gaib di sekelilingnya.

Bunyi bell pintu terdengar. Noir berlari menuruni tangga untuk menyambut tamu yang ditunggunya. Sosok Alfi memenuhi pandang Noir. Membawa anak lelaki itu dalam perasaan lega luar biasa.

"Kau datang Alfi?" sapa Noir gembira.

"Iya," jawab Alfi tak kalah senang. "Jadi, benda ini untuk membuka apa?"

"Secret box. Ikut aku, Alfi!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro