Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Two - [Uwu]

"Ibarat magnet yang berbeda kutub. Keduanya saling tarik menarik."

...

"Sejak kapan lo di sini?" teriak Jiyya saat menyadari kehadiran seorang teman di sebelah kasurnya.

Kiki hanya diam, dia masih sibuk dengan kotak bekal yang ada di tangannya. Jiyya yang merasa diabaikan hanya memutar bola matanya malas. Dia kerap kali tak mengetahui apa maksud perlakuan dari sahabatnya sendiri.

"Ki!" panggil Jiyya mulai kesal karena masih diabaikan.

Namun tetap saja, Kiki belum buka suara. Dia malah berdiri dan berjalan ke arah dapur Jiyya untuk mengambil sesuatu. Entah apa, dan untuk apa Jiyya tak tahu.

Jiyya baru saja terbangun dari tidurnya. Saat sudah mulai gelap, dia terbangun dan Kiki tiba-tiba saja sudah ada di dalam kamarnya. Memang, kejadian itu biasa terjadi. Kiki tahu di mana biasanya Jiyya menaruh kunci kosnya, begitu pun sebaliknya.

Tidak beberapa lama kemudian, Kiki kembali dengan segelas air di tangannya. Dia mendekati meja dan mengambil kotak nasi yang ada di sana.

"Kiki!" bentak Jiyya kesal.

"Apa?" Kiki balas membentak membuat Jiyya kaget bukan main dan mundur ke dinding.

"Kaget gue anjir!" Jiyya mengumpat, melemparkan satu bantal ke arah Kiki yang malah tertawa cengengesan.

"Ekspresi lo ngakak bat! Sumpah!" Kiki malah semakin tertawa sampai-sampai dia kembali meletakkan kotak nasi itu dan memukul-mukul kasur Jiyya.

Kepala Jiyya hanya bisa dia geleng-gelengkan. Kemudian mendekati Kiki yang masih saja tertawa dan memukul kasur milik Jiyya. Satu tangan Jiyya terangkat lalu menahan tangan Kiki. Seketika Kiki berhenti, begitu pula dengan tawanya. "Tangan lo, kasur gue jadi lecet, itu bukan punya gue, ya. Gue ngekos di sini!" ujar Jiyya.

"Idih ... gitu amat lo! Lo lebih sayang kasur dari pada sahabat lo?" sinis Kiki meminum air yang tadi dia ambil.

"Jelas, lah .... Kasur ini bukan punya gue, jadi harus gue jaga!"

"Iyain, yang waras ngalah, ya ...." Kiki bersidekap dada, tak mau menatap Jiyya.

"Ah ya! Jadi, apa tujuan lo datang ke sini?" tanya Jiyya mulai berdiri dan berjalan ke arah lemari.

Kiki terlihat berpikir sejenak. Dia berusaha merangkai kata-kata apa yang pas untuk dia ucapkan. "Begini, tadi gue janji traktir lo. Tapi, lo pulang duluan, yaudah gue bungkusin aja makanan dan gue masukin ke kotak makan ini," jelas Kiki membuat Jiyya seketika berbalik.

Dia berjalan cepat dan menyerbu kotak makan itu. Menatap dua potong ayam goreng yang ada di dalam kotak itu membuat perut Jiyya seketika meronta. Mulutnya mulai menganga, tangannya berusaha menggapai makanan itu. Namun, seketika otaknya menghentikan semua pergerakan anggota tubuhnya.

"Wait, jarang-jarang banget lo kayak gini. Mau lo apa? Ada niat terselubung, 'kan?" selidik Jiyya mendekatkan wajahnya pada sahabatnya.

Elah ... Jiyya tau aja niat gue. Kiki membatin, memaki dirinya sendiri yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi minta bantuan itu. "Iya, ada, sih ... selain gue mau nepatin janji gue yang tadi."

"Wih! Apa tuh?" Jiyya melompat ke atas kasurnya, membiarkan tubuhnya kembali merasakan empuknya di atas pulau kapuk itu.

Sekali lagi Kiki terlihat kembali berpikir. Dia kayaknya masih saja menimbang. Dia akan mengatakan pada Jiyya atau tidak.

"Apa? Lo gak mau ngomong?" ucap Jiyya yang membuat Kiki kembali tersadar dari lamunannya.

Tangan Kiki bergerak, kembali mengambil air minum di sebelahnya. "Gini, gue mau lo te--temenin gue jalan sama Ragi besok malam."

"What the?" kaget Jiyya tidak percaya.

"Kenapa? Apa gue salah?"

"Gak salah. Lo gak salah punya gebetan dan diajak jalan sama dia. It's ok. Gak pa-pa buat gue. Tapi, kenapa harus bawa gue? Lo mau gue jadi obat nyamuk? Hello ... gak ada istilahnya Jiyya bakalan jadi obat nyamuk, ya!" cerocos Jiyya panjang lebar, membuat Kiki seketika terdiam.

"Ka-kalau lo gak mau, gak masalah, Ya."

Keheningan tercipta di antara mereka. Kata-kata panjang yang dilontarkan Jiyya membuat Kiki benar-benar diam sekarang. Dia merasa bersalah, mengajak sahabatnya sendiri menonton kebucinannya nanti.

"Gue cuman takut jalan malam sendirian sama cowok." Alasan terakhir Kiki membuat Jiyya sedikit melunak.

"Ki, maaf mungkin gue kelepasan. Iya, gue temenin. Tapi, lo harus pastiin kalau Ragi itu buka fuck boy yang bikin lo sakit hati, ya. Gue gak mau sahabat gue dapat pasangan kayak begitu."

"Iya, Jiyya! Ragi orangnya baik dan perhatian, dia juga lembut, Jiy ... gue yakin, gue gak salah pilih cowok!"

"Iya, walaupun first impress gue ketemu si Rafi--"

"Ragi, Jiy ...."

"Iya, Ragi. Gue rada gak suka lihat gayanya. Walau dari looks emang keliatan keren, sih."

"Percaya sama gue! Dia baik, karena gue udah lumayan lama kenal dia, walau gak selama lo ... makasih, ya ... lo emang sahabat terbaik gue!"

Kiki memberikan pelukan hangat untuk sahabatnya. Jiyya membalas itu seraya tersenyum. Dia ikut bahagia jikalau sahabatnya sendiri bahagia.

***

Jangkrik berbunyi. Menemani kesunyian malam yang mungkin akan berlangsung panjang. Jiyya sudah siap dengan setelan baju kaos berwarna hitam kecoklatan dan celana jeans yang berwarna hitam. Ditambah dengan sepatu sneakers berwarna putih, membuat tampilan Jiyya tidak terlalu mencolok.

Dia hanya memoleskan sedikit bedak di pipinya, tanpa menambahkan make up lainnya. Begitulah dia, cinta apa adanya dengan apa yang dia lakukan.

Tak lama setelah itu, Kiki datang bersama Ragi. Mereka menaiki mobil bersama. Ragi menyetir, dan Kiki duduk di sebelahnya. Jiyya? Tentu saja dia nantinya akan duduk di bagian tengah, menatap ke-uwuan anak muda zaman sekarang.

"Kita ke mana, nih?" tanya Jiyya sembari memainkan handphonenya.

"Kita nonton dulu, Jiy ... ke bioskop!" seru Kiki begitu bersemangat.

Aduh, kenapa gue harus kejebak dalam kebucinan kayak gini, sih ... tau aja gue lagi jomblo sekarang. Kenapa? Apa ini azab buat gue yang dulu emang suka bucin-bucinan semasa SMA? Jiyya mulai membatin, meratapi nasibnya sekarang.

Tanpa terasa, mereka sampai. Sebuah gedung besar yang memang selalu ramai pengunjung. Kapan, sih, gedung bioskop akan sepi? Pasangan di atas dunia ini banyak. Pastinya, setidaknya ada pasangan yang akan menjadi pelanggan setia bioskop ini.

Mereka turun, dan berjalan pelan menuju lantai atas. Tempat bioskopnya berada.

Hal yang menjadi masalah bagi Jiyya saat ini adalah posisinya. Bagaimana bisa dia berjalan di belakang sepasang orang yang sedang beriringan dan mengobrol?

"Oke! Kita mau nonton apa?" tanya Kiki tiba-tiba saat mereka sudah sampai di tempat pemilihan film.

"Avengers End Game!" seru Jiyya dan Ragi bersamaan.

"Loh? Kalian sama-sama suka film itu, kah? Tapi, aku mau nonton 'Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini' aja, ya?" mohon Kiki yang malah membuat kedua orang itu terdiam.

Kiki kesambet apa lagi, dah ... kenapa harus pake aku-kamu coba? kesal Jiyya dalam hati.

Tak bisa membantah. Mereka setuju, satu tontonan yang akan menemani malam mereka. Di dalam bioskop, dan menikmati film.

Sebelum sampai di dalam ruangan, Ragi berjalan beriringan dengan Jiyya. "Lo suka cerita fantasi juga?"

....

TBC

Part by : Nao_Tan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro