Niskala 21
[21]
Oleh
andywylan
•
"Kala!"
Sang pemuda mendongakkan kepala
Senyum merekah, hati berbunga
ketika dua kasih hatinya menyapa
Namun kian ....
Berbahagia di atas tangisan manusia terasa bagai pelanggaran
Para penyihir menang, benar, tetapi apakah ini yang diinginkan?
Buih-buih amarah dan gelisah meletup
"Bukakan maafmu, Sayangku, jangan biarkan pintu itu menutup."
Begitu pesan sang ibu, tapi bukankah ia tersiksa?
Sang ayah begitu pula. "Tidak mengapa," katanya,
Segala ancaman, tak patut menjadi warisan
Bukankah kita semua mendambakan kedamaian?
Riuh rendah kemenangan menipis
Kebanggaan hati tertepis
Kala, sang pahlawan, menetapkan hatinya
Tangan terulur, merengkuh yang tersiksa
Kursi-kursi petinggi ditegakkan, hukum-hukum diadilkan
Semua pernah kalah, semua pernah menang!
Biar perang lampau abadi untuk dikenang
Satukan segala penghalang!
Lebur segala perbedaan!
Buka segala persembunyian!
Kini saatnya kedamaian ditegakkan!
Tiada terkira kebahagiaan yang melanglang
Malam kelam menerang, siang makin benderang
Penyihir dan manusia, kini bersatu!
Jangan lagi pelihara dendam itu!
Abaikan amarah, peluk mereka satu per satu!
Izinkan kehangatan mentari memeluk jiwa-jiwa yang terpana
Menembus cakrawala, yang dipandang bersama
Pada dunia yang kini telah menyatu, genggam erat-erat persaudaraan itu
Dan, sekali lagi,
biar mentari tunjukkan pada bumi,
masa depan bersama yang akan diawali
•
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro