Ch. 1 - Pacar
"Maehara-kun, ayo kita pulang bersama," ajak seorang gadis berambut hitam panjang dengan paras yang cantik.
"Un. Tunggu sebentar, Amamiya-san." Maehara segera merapikan barangnya ke dalam tas dan bersiap untuk pulang bersama pacarnya.
"Aku masih tidak percaya Amamiya-san berpacaran dengan orang sepertinya."
"Benar. Bukankah terlalu berkebalikan?"
"Selain itu mereka tidak memanggil dengan nama depan. Apa mereka memang benar berpacaran?
Amamiya dan Maehara pergi meninggalkan kelas dan bergegas pulang. Mereka berjalan berdampingan berusaha menunjukkan kalau mereka memiliki hubungan yang dekat.
Amamiya Rei, gadis cantik yang dikenal banyak orang karena parasnya. Tidak hanya itu, dia juga dianggap sebagai 'Ratu Es' karena sifatnya yang dingin kepada laki-laki. Hanya saja hal itu berubah sejak sifatnya yang seolah meleleh di hadapan sang pacar.
Maehara Mitsuki sendiri hanyalah orang yang terlihat biasa-biasa saja. Rambutnya cukup panjang hingga menutupi wajahnya, dia juga memiliki postur tubuh yang cukup tinggi dibanding orang kebanyakan. Selain kedua hal itu tidak banyak yang bisa disebutkan tentang dirinya.
"Amamiya-san, bagaimana untuk besok?" Maehara bertanya kepada Amamiya sambil menolehkan kepalanya.
"Lakukan seperti hari ini saja tidak apa. Tidak perlu mengubah cara memanggilku, lagipula baru seminggu sejak kita berpacaran, Maegami-kun."
"Aku tau poniku panjang tapi kau tidak perlu memanggilku 'Maegami'."
"Kenapa? Lagipula aku hanya pacar palsumu dan kau mendapat bayaranmu nanti."
Maehara terdiam tidak bisa membalas perkataan Amamiya. Mau bagaimana lagi, dia sudah menyetujui kesepakatan bersama Amamiya untuk menjalin hubungan ini. Dengan kata lain Amamiya hanyalah pacar palsunya.
"Apa tidak apa kalau kau mengatakannya dengan keras seperti itu?" tanya Maehara sambil melihat ke sekeliling mereka.
"Kau takut tidak bisa mendapat bayaran dariku? Atau kau tidak ingin rumor buruk menyebar di sekolah?"
"Yah keduanya akan menjadi masalah bagiku."
Amamiya tidak membalas ucapan Maehara, ia justru berjalan dengan lebih cepat. Maehara yang tertinggal meningkatkan tempo jalannya untuk bisa berada di samping Amamiya.
"Hari ini akan kuantar sampai ke rumahmu, Amamiya-san," ujar Maehara begitu ia sampai di samping Amamiya.
"Lakukan saja sesukamu," balas Amamiya dengan dingin.
Sikapnya berbanding terbalik ketika berada di sekolah. Amamiya Rei dengan sikap yang dingin muncul ketika mereka berduaan. Lain cerita jika orang satu sekolah melihat mereka berduaan.
Tidak perlu waktu yang lama untuk mereka sampai di depan rumah Amamiya.
"Baiklah. Sampai ketemu besok pagi, Maegami-kun," ucap Amamiya ketika mereka di depan rumahnya.
"Ara, jarang-jarang Rei membawa teman ke rumah." Seorang wanita berjalan mendekat ke arah Maehara dan Amamiya. Penampilannya terlihat mengeluarkan aura keibuan dan parasnya terlihat lebih dewasa dibanding Amamiya.
"Dia bukan temanku." Maehara hanya bisa terdiam mendengar perkataan Amamiya. "Dia ini pacarku, ibu."
Amamiya langsung melirik ke arah Maehara memberi kode, menyuruhnya untuk memperkenalkan diri. Dengan reflek, dia membungkukkan badannya.
"N-namaku Maehara Mitsuki, pacar dari anak Anda." Dia kebingungan menghadapi suasana canggung bertemu orang tua pasangannya. Mau bagaimana lagi, ini pertama kalinya menghadapi situasi seperti ini.
"Kalau begitu, bagaimana kalau Mitsuki-kun ikut masuk ke dalam rumah?"
"Hari ini tidak bisa. Maehara-kun perlu pulang ke rumahnya. Ibu masuk saja dulu, aku mau bicara dengannya." Amamiya berusaha membawa ibunya masuk ke dalam rumah.
"Kalau begitu bagaimana kalau besok, Maehara-kun? Apa tidak bisa?"
"Itu masalah nanti, ada hal yang ingin kubicarakan dengannya." Amamiya berbicara sambil mendorong masuk ibunya ke dalam rumah.
Maehara hanya bisa terdiam menyaksikan tingkah sepasang anak dan ibu itu. Dia tidak tau harus bereaksi seperti apa berada di situasi seperti itu.
"Maegami-kun."
"I-iya?"
"Mulai besok datang ke rumahku, kita akan berangkat ke sekolah bersama. Apa kau ada masalah?"
"T-tidak. Aku baik-baik saja."
"Lalu khusus untuk besok, datanglah ke rumahku sepulang sekolah untuk makan malam. Aku yakin ibu akan memaksaku untuk mengajakmu makan malam besok." Wajahnya terlihat kusut ketika membahas tingkah ibunya.
'Ternyata Amamiya-san bisa berekspresi seperti itu juga.'
"Apa ada yang ingin kau tanyakan?"
"Ah, besok ketika di rumahmu, bagaimana aku harus memanggilmu? Rei-san?"
"Rei saja lebih baik. Aku juga akan memanggilmu Mitsuki nanti. Untuk di sekolah lakukan seperti sebelumnya tapi kalau memanggilku dengan Rei juga tidak masalah."
Maehara mengangguk-angguk sambil memahami perkataan Amamiya.
"Ah benar juga. Apa besok ada keluargamu yang lain? Maksudku seperti ayah atau saudara mungkin."
Tentu saja hal itu menjadi kekhawatiran bagi Maehara. Ini menjadi debut pertama untuk bertemu dengan keluarga pacarnya. Terlebih lagi Amamiya yang menyarankan untuk makan malam bersama di rumahnya.
"Aku ada adik perempuan tapi dia akan bermain di rumah temannya. Selain kami tidak ada lagi orang di rumah."
Lagi-lagi Maehara hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mendengar penjelasan dari Amamiya.
"Kalau boleh tau, siapa nama adik perempuanmu?" Pertanyaan itu keluar dari rasa penasarannya.
"Aoi. Amamiya Aoi. Akan kuperkenalkan tentangnya di lain waktu."
"Ah baiklah kalau begitu."
"Kalau tidak ada lagi yang ingin kutanyakan, ini bayaran hari ini." Amamiya menyodorkan sejumlah uang pada Maehara. Tanpa ada banyak bicara ia menerima uang itu dan langsung menyimpannya.
"Sampai kapan aku harus menjadi pacarmu?" tanya Maehara pada Amamiya
"Pacar pura-pura. Di saat yang sana aku juga menjadi pacar pura-puramu. Bukankah kita berdua diuntungkan? Kau yang menyarankan ini semua, Maegami-kun."
"Yah, itu tidak salah sih. Jadi besok kita akan berangkat bersama dan begitu pulang pergi ke rumahmu, benar bukan?" Maehara berusaha memastikan rangkaian kegiatan untuk besok harinya bersama Amamiya.
"Benar. Baguslah kalau kau sudah paham dengan perkataanku."
Meskipun hubungan mereka bukanlah kekasih yang asli, tapi komunikasi juga diperlukan.
"Kenapa kau membuka tanganmu seperti itu?" tanya Amamiya dengan kebingungan.
"Pelukan sebelum berpisah?"
Suasana canggung setelah Maehara menjawab pertanyaan dari Amamiya.
"Aku tidaj peduli kalau kau benar-benar menyukaiku tapi untuk saat ini aku tidak akan melakukannya kepadamu. Sudahlah sana cepat pulang ke rumahmu. Kalau kau masih berlama-lama di sini aku akan putus denganmu. Oke. Sampai jumpa, Maegami."
"Begitu ya. Kalau begitu aku pulang saja. Sampai jumpa besok, Amamiya-san." Dia langsung berbalik dan berjalan pulang setelah melambaikan tangannya.
'Amamiya-san ketika marah terlihat cukup imut. Siapa sangka aku bisa melihatnya seimut itu. Padahal aku berpura-pura terlihat romantis karena ibunya mengintip dari jendela.'
Maehara berjalan pulang sambil membayangkan wajah cantik Amamiya ketika bersikap cerewet kepadanya. Dia terus memikirkannya sampai tidak sadar bahwa ada seorang gadis yang memperhatikan mereka.
"Itu tadi... Mitsuki?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro