Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

👒ANTARIKSA 1👒

Dua orang gadis sedang berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku paket Kimia yang baru saja digunakan dalam kelas Pak Arif. Nirmala dan Melody masih membahas pelajaran Kimia yang baru usai.

"Eh, lo udah nonton film Mariposa belum?" tanya Melody saat mereka memasuki lift.

"Belum, emangnya kenapa? Gue nggak ada waktu buat nonton film, apalagi sampai pergi ke bioskop. Nggak ada duit, nunggu tayang di TV aja."

Meski berasal dari keluarga sederhana, Nirmala bertekad masuk ke Antariksa Internasional High School (AIHS). Sekolah favorit yang memiliki fasilitas lengkap. Nirmala harus melewati beberapa ujian khusus sebelum akhirnya bisa masuk ke sini dengan beasiswa sebagai penopangnya.

Tanpa itu, maka Nirmala tidak bisa menikmati keindahan yang dimiliki sekolah. Nirmala tidak malu, dia memang sengaja melakukan itu untuk memenuhi impiannya dengan menyelesaikan sekolah hanya dalam dua tahun dan tentu saja membuat bangga keluarga.

Untuk bisa masuk kelas akselerasi sendiri, selain dengan memiliki IQ tinggi, mereka juga harus memiliki nilai di atas KKM dan nilai mereka juga harus stabil. Jika nilainya menurun sedikit saja, maka mereka akan turun ke kelas reguler. Masa sekolah yang hanya dua tahun membuat waktu belajar dipadatkan, mengingat waktu yang harusnya satu semester selama enam bulan menjadi tiga bulan. Otomatis mata pelajaran pun ikut dipadatkan.

Letak perpustakaan ada di lantai tiga sedangkan kelas akselerasi—kelas Nirmala dan Melody—ada di lantai dua. Saat semua ruang kelas sepuluh ada di lantai bawah, kelas spesial sekaligus kelas yang memiliki waktu khusus untuk belajar terletak di lantai dua. Berdampingan dengan kelas sebelas yang akan menjadi angkatan mereka nantinya.

Melody mendengkus karena ucapan Nirmala. "Gue kasih tahu, ya, itu film seru, sumpah! Ada gokil, sedih, sampai kesel juga. Kalau ingat wajah Iqbal, udah pengin gue makan hidup-hidup. Belum lagi si Aca. Udah tahu Iqbal nggak suka, masih aja dikejar-kejar. Gue 'kan kasihan, La, sama Aca. Ad—"

"Udahlah, Mel, mending bahas rumus Matematika yang bakal keluar pas ulangan. Gue yakin, kalau cerita Mariposa nggak masuk di ulangan."

Mulut Melody bungkam, tapi dalam hati ia mengabsen semua nama hewan yang ada di pelajaran Biologi. Mereka akhirnya sampai di lantai tiga dalam diam. Melody berhasil mengunci mulutnya agar tidak membuang tenaga sia-sia, saat Nirmala memotong lagi.

"Yuhu ... permisi, ya, Mbak-mbak cantik dan manis, orang tampan mau lewat."

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja seseorang menyerobot Nirmala dan Melody. Padahal di dalam lift tadi hanya ada mereka berdua. Karena Nirmala membawa tumpukan buku lebih banyak, tubuhnya seketika oleng akibat benturan hebat yang baru saja terjadi. Buku yang dia bawa pun berjatuhan di depan lift.

Si pelaku yang ternyata seorang cowok, malah tertawa sambil menarik rambutnya. "Gue bisa mati muda kalau tiap hari kayak gini," pekik seseorang yang dikenal sebagai Gerry Aditia Antariksa, salah satu cucu dari pemilik sekolah. Kebiasaan buruk yang selalu bangun kesiangan, mulai membuatnya frustrasi. Belum lagi dengan PR yang belum dikerjakan. "Wah, ada bidadari kesasar ternyata," seru Gerry saat melihat Nirmala yang menatapnya aneh.

"Lo kali yang nyasar," sarkas Melody yang sudah ingin menendang wajah Gerry. "Mau ngapain lo di sini?"

"Nyasar? Lo nggak lihat, gue pakai seragam yang sama kayak lo?" sungut Gerry.

"Seragam kata lo? Lo lihat sendiri, masang kancing baju aja nggak bener, dasi juga nggak ada, apalagi almamater, mungkin udah lo bikin kapal-kapalan." Melody memekik sambil memutar badannya membelakangi Gerry, menghadap Nirmala yang sedang memunguti buku Kimia dengan wajah merah.

Gerry melihat bajunya yang tak beraturan, sisi sebelahnya lebih tinggi dari satunya. Lalu dasi dan almamater, sengaja Gerry masukkan asal ke dalam tas untuk mempersingkat waktu. Gerry bangun tepat saat jarum panjang berada di angka dua belas, sedangkan jarum pendek ada di angka sembilan.

Kakeknya, Rahardian Antariksa mengatakan, "Nggak ada alasan apa pun untuk nggak masuk sekolah. Sekalipun bangun siang, kalian harus tetap sekolah. Sekolah itu wajib, bukan main-main."

"Garasi lo tutup dulu, Dasar Sarap!" bentak Melody.

"Hah? Garasi apaan? Garasi rumah gue udah ditutup," jawab Gerry kikuk.

"Tutup mata suci lo, La. Tidak akan kubiarkan garasi cowok sarap ini menodaimu," ucap Melody mendramatiskan keadaan.

"Udah ternodai," desis Nirmala.

"Kalian ngomongin gue? Gue cakep? Pasti dong. Minggir, gue mau nolongin bidadari, nih." Gerry menarik Melody agar tidak menghalanginya untuk menolong Nirmala.

"Mau apa lo, hah? Tutup dulu resleting lo dan pergi dari sini. Mata kita nggak suci lagi gara-gara cowok aneh kayak lo. Pergi!" Emosi Melody akhirnya meledak. Ia mengambil buku dari tumpukan paling atas lalu memukuli Gerry tanpa ampun.

Gerry segera berbalik dengan umpatan tertahan. Tak lupa, ia segera menutup resleting celananya dan meninggalkan dua gadis yang menjadi korban atas pelecehan mata.

Hari yang sial!

*****


Lelaki berpenampilan berantakan itu langsung mendaratkan pantatnya di salah satu kursi kantin yang kosong. Tak peduli dengan tatapan aneh karena Gerry yang membawa tas dengan rambut acak-acakan. Belum lagi, wajah yang memerah karena rasa malu akan kejadian beberapa detik yang lalu.

"Udah mandi?"

Damar Candra Antariksa menahan tawa melihat adik sepupunya-Gerry-yang baru sampai di sekolah saat jam istirahat dengan penampilan kacau.

"Mulai besok gue nggak mau berangkat sendiri. Gue mau bareng kalian dan kalian mesti bangunin gue!" kata Gerry sambil membenarkan letak kancing baju seragam.

"Nggak!" tolak seorang cewek dengan cepat. Jasmin Alessandra Antariksa, kakak sepupu dari Damar dan Gerry yang juga merupakan cucu perempuan satu-satunya di keluarga Antariksa.

Damar menimpali sambil terkekeh, "Makanya jangan begadang, udah tahu susah kalau bangun pagi. Masih aja kayak gitu."

"Lo, 'kan juga begadang, kok bisa bangun pagi?" Gerry menatap tajam pada Damar.

Semalam mereka memang bermain PlayStation di rumah Gerry, Damar pamit pulang setelah mengangkat telepon dari seseorang. Lelaki itu langsung meninggalkannya begitu saja tanpa menyelesaikan permainan. Alhasil, Gerry terlarut dalam permainannya sendiri sampai lupa waktu. Hingga jam menunjukkan pukul satu, Gerry baru memejamkan mata.

Damar tertawa sebentar, lalu memegang pundak Gerry dan berkata, "Ada alarm hidup yang nggak bisa gue hentikan. Lo coba nginep di rumah gue, selain malem minggu. Gue jamin lo nggak akan bangun kesiangan lagi. Apalagi telat, cobain dulu."

Gerry mendengkus ke arah Damar dengan senyuman licik.

"Ada yang nggak beres, lo pasti melihara ular di rumah?" tanya Gerry curiga. Melihat senyum Damar, Gerry yakin kalau di rumah Damar ada binatang buas.

Damar dan Jasmin tertawa yang membuat Gerry semakin penasaran.

"Kayaknya lebih dari hewan buas, Ger. Dilihat dari wajah mereka, gue yakin ada sebangsa drakula atau vampir cantik di rumah Damar." Kali ini giliran Gibran Mahendra yang memberi saran pada Gerry. Dia kekasih Jasmin sejak mereka kelas sepuluh, sampai kini mereka kelas dua belas pun masih setia.

"Udahlah nggak penting juga. Ada hal lebih urgent yang harus kalian tahu." Gerry berdeham sembari menegakkan punggungnya.

"Apa? Dapet nilai dua puluh? Tiga puluh? Atau 100? Kalau 100 mustahil, sih," sindir Jasmin.

"Ini serius, sumpah. Gue tadi ketemu bidadari Antariksa, cantik, bening banget. Kinclong pokoknya," jelas Gerry cepat.

"Serius cantik? Matanya gimana, serem nggak? Kelas berapa, Ger?" tanya Gibran. Damar berdeham agar Gibran sadar dengan ucapannya.

"Cantik, Dam? Cantikan mana sama Jasmin?" Gibran beralih bertanya pada Damar.

"Jasmin udah pergi, woi! Lo udah bosen sama kakak gue?" seru Gerry melihat Gibran masih saja bertanya.

Gibran segera menoleh ke belakang, hilang. Jasmin sudah tidak ada. Tapi Gibran masih melihat Jasmin keluar dari pintu kantin dengan langkah lebarnya.

"Mati gue," desis Gibran sambil memukul mulutnya yang refleks bertanya karena mendengar kata 'cantik'. Dia segera berlari untuk mengejar Jasmin.

"Tumben mulut lo bilang cantik. Biasanya juga semok, bahenol, buluk apalah," kata Damar.

"Ini beneran cantik, Bang." Gerry memanggil Damar Abang, karena Ibu Damar adalah kakaknya ibu Gerry. Meskipun usia Gerry lebih tua, Gerry tetap memanggil Abang pada Damar. Sedangkan Ayah Jasmin adalah kakak dari ibu Gerry dan Damar.

"Kulitnya putih bening, Jasmin aja lewat. Belum lagi rambut hitamnya. Suer, gue sekarang nggak bohong. Dia bener-bener cantik," ucap Gerry semangat.

"Namanya? Kelas? Anak mana? Gue jadi penasaran, kayak apa kata 'cantik' menurut lo," tanya Damar.

"Nah, itu masalahnya. Gue nggak tahu namanya apalagi kelasnya," timpal Gerry kecewa.

Damar berdecak sebelum menimpali ucapan Gerry. "Gue yakin kalau dia pemilik Antariksa sesungguhnya. Jadi, gue harap, lo nggak usah nyariin dia. Percaya sama gue, kalau dia bukan manusia."

"Sialan lo, gue serius, Bang. Mana ada setan pegang buku?" umpat Gerry kesal karena Damar tidak percaya dengan ucapannya.

"Kalau ini, gue baru yakin kalau lo bakal bilang cantik. Bahenol depan belakang, gue cabut dulu, selamat menikmati." Damar segera beranjak dari tempatnya saat melihat seseorang dengan membawa segelas minuman. Gerry sudah memakai almamater dan dasinya, siap untuk menyusul Damar.

"Hai, Gerry, baru datang, ya? Nih, aku bawain minum buat kamu, kamu pasti haus, 'kan? Diminum dulu, Ger."

Gerry nyengir melihat Mutiara, atau lebih akrab dipanggil Ara. Lihat saja, dengan seragam yang press body dan make up yang lumayan tebal, membuat Ara terkenal sebagai artis dangdut Antariksa. Dia perempuan yang selalu mengejar Gerry karena tertarik dengan kekayaan Gerry.

"Aduh, sori benget. Tadi gue udah minum, dan lagi, gue masih ada PR yang belum dikerjain. Gue permisi dulu."

"Tapi, Ger, Gerry ....!" Ara berteriak karena Gerry lari secepat kilat, bahkan hampir membuatnya menabrak pintu kaca kantin. Ara mendengkus kesal sambil menghentakkan kaki.

"Gue nggak akan nyerah sebelum dapetin lo, Gerry."

****

Terima kasih sudah membaca 🥰

Jangan lupa vote dan komen

Follow akun ini untuk baca kisah cinta lainnya ❤️

💖❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro