Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4


"Pak, ada hubungan apa sih Bapak sama Ibu Stevi di masa lalu? masa sejak ada Bapak di sini saya selaluuu diamati, selalu ditegur, yang baju lah yang dandanan lah, capek saya Pak, jangan-jangan mantan pacar Bapak ya? Lagian kalo memang saya mau godain Bapak juga kan gak papa, kita sama-sama single, bapak duda sedang saya gadis rasa janda."

Cantika nampak menggerutu saat mengambil beberapa dokumen yang baru saja ditanda tangani oleh Junio, Junio tertawa lebar baru kali ini ia merasa jika Cantika punya selera humor yang bagus juga.

"Kamu ini loh ada-ada aja, gadis kok rasa janda, memangnya kamu sudah ..."

"Iya sama pacar saya yang ninggalin saya, sedih lah Pak, sudah di DP tapi nggak deal ternyata."

Kembali tawa Junio memenuhi ruangannya.

"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia."

"Bohong kalo gak ada apa-apa, karena dia sering nyelonong masuk ke ruangan Bapak, lalu senyum-senyum sendiri kayak orang gak waras."

Junio menghela napas.

"Kami pernah dijodohkan karena orang tua kami yang mau itu, tapi aku tak bisa mencintainya dan ya sudah selesai lalu aku memilih menikah dengan wanita yang sangat aku cintai, sayangnya ia tak berumur panjang, dan aku kehilangan cinta sejatiku.

"Yaaah Bapak, cari lagi dooong Bapak masih keren gitu, usia boleh matang tapi badan mah yahud saya mau jadi pacar Bapak."

"Halah halaaah sana keluar kamu Cantika, aku ini bos kamu, berani bener kamu."

"Gurau Paaaak, dari pada suntuk kerjaan banyak kalo ketawa kan jadi fresh, kalo ternyata ada malaikat lewat dan nyatet beneran kita jodoh ya Alhamdulillah saya mau juga Pak."

"Cantikaaaa."

"Iya Paaaak, iyaaa saya keluar."

Junio geleng-geleng kepala, ada-ada saja ulah sekretarisnya yang selalu berbaju kurang bahan itu. Tak lama ia dikagetkan oleh suara ponsel yang ada di mejanya. Ia lihat ternyata ada nama Agni di sana.

Iyaaa Sayaaang

Seneng deh Om panggil aku Sayang

Yah ke anak sendiri kan

Hehe iya iya, eh Om jadi ya nanti malam, kayaknya papa cuman ngater aja karena udah ada acara sama mama

Ok Om jam 7 sudah di rumah

Ok lah aku ke sana ya Om

Nanti langsung masuk saja ke galeri Om ya di belakang

Ok Om ganteeeen Bai Bai

Junio tersenyum sambil menatap ponsel yang masih ia pegang, ada rasa bahagia tiap kali mendengar celoteh riang Agni. Rasanya lama sekali ia tak merasakan bahagia sejak kematian Tamara, kehadiran Agni mungkin bisa mengobati kesedihannya karena pembawaan Agni yang ceria, meski kata mamanya, Agni seolah menyimpan rasa suka padanya tapi Junio yakin jarak usia yang sangat jauh tak akan membuat Agni benar-benar jatuh cinta padanya.

Tidak akan, mungkin hanya rasa suka sesaat yang akan segera hilang saat ia menemukan laki-laki yang ia cintai sepenuh hati.

.
.
.

"Nunggu siapa Nio? Dari tadi liat jam aja?"

"Janjian sama Agni, Ma, dia mau ke sini, jadi aku tunggu."

"Oh, gimana Stevi, Nio?"

Junio menghela napas.

"Males Ma, sering masuk ke ruanganku tanpa tahu aturan, males banget aku Ma, selalu mengingatkan yang dulu-dulu, dan menyalahkan Tamara, padahal sejak awal dijodohkan aku tak punya perasaan apa-apa, kalau bukan karena papa dan mama, males aku kerja di perusahaan itu."

"Itu milik papamu dan papa Stevie juga ada andil saat awal mendirikan perusahaan jadi mau tak mau kau harus mau bertahan di sana, lagian dia baik kok Nio, yang pasti dia sangat mencintaimu."

"Tapi aku nggak akan pernah bisa mencintainya Ma, sejak awal dia terlalu mengejar ku, memaksaku untuk mencintainya, sedang Tamara? Wanita lembut yang membuat aku terus mengejarnya."

"Trus kenapa pula kalo sama anaknya Beryl kamu nggak lari kalo dikejar, padahal kamu tahu kan kalo bocah itu suka sama kamu? Ini malah kamu nurutin aja dia mau ke sini harusnya kamu menjauh."

Junio terkekeh.

"Dia masih bocah Mama, dia anak-anak, aku yakin suatu saat dia akan menemukan laki-laki sejati yang dia cintai, dia hanya terobsesi saja, suatu saat nanti dia akan sadar, siapa aku yang tua ini dan siapa dia yang anak-anak."

Linda menepuk bahu Nio yang cenderung dingin untuk urusan wanita hanya luluh pada kelembutan almarhumah istrinya.

"Kau tahu Nak, jika cinta itu tak akan pernah memandang usia, jabatan, kasta dan entah apapun itu, cinta tidak bisa dilogika, maka sebelum menyesal pikirkan lagi untuk sering-sering bersama anaknya Beryl."

Junio mengangguk.

"Jangan khawatir Ma, aku yakin dia hanya suka sesaat, lihatlah wajahku yang tua ini, lalu lihat anak Beryl yang masiiih belia hahahhah rasanya lucu kalo kami saling jatuh cinta."

"Saat cinta datang hal yang lucupun jadi indah."

"Alah Mama ada-ada saja, nggaklah Ma, nggak akan terjadi apa-apa diantara kami."

"Semoga saja."

"Assalamualaikuuuuum."

"Tuh dia sudah muncul." Dan Linda melihat Agni yang berlari-lari kecil menuju tempatnya duduk di ruang tamu.

"Wa Alaikum salam, masuk aja Sayaaang."

"Iya Oma."

Agni bergelayut manja pada Junio, melangkah bersama menuju galery yang berada di belakang rumah.

Linda hanya menggeleng pelan.

"Semoga Junio nggak jatuh cinta sama itu anak, cantik, menarik dan Junio sedang sendiri, semuanya bisa saja terjadi."

.
.
.

"Keren deh hasil lukisan Om, beda ya sama aku yang baru kelas pemula."

"Nanti pasti bisa juga kok, yang penting terus berlatih." Junio tersenyum menatap wajah belia Agni yang di pipi sebelah kanannya berlepotan cat lukis. Nio tertawa dan mengambil tisu, membersihkan pipi Agni, mengusapnya berulang.

Agni menatap wajah Nio dari jarak yang sangat dekat, baru kali ini ia melihat secara jelas garis-garis wajah Nio, laki-laki yang sejak masa kanak-kanaknya seolah tak bisa begitu saja bilang dari impian masa kecilnya.

"Om ganteng."

Cup! Agni mencium pipi Nio, tentu saja Nio kaget tapi ia segera sadar dan menggeleng. Menangkup wajah belia itu dengan kedua tangannya.

"Nggak boleh, nggak boleh cium sembarang laki-laki, ngerti!?"

Agni menatap Nio dan mengangguk ragu.

"Kan Om bukan sembarang laki-laki? Aku kenal Om sejak kecil, dan Om satu-satunya laki-laki selain papa yang aku cium, masa nggak boleh?"

Junio menarik lengan Agni untuk duduk semakin dekat, ia pegang bahu Agni.

"Dengarkan Om ya Sayang, kamu sudah dewasa, Om yakin kamu ngerti, saat laki-laki dan wanita dewasa berciuman bisa saja terjadi hal-hal yang tidak terduga, nggak mungkin kamu nggak tahu itu kan?"

Agni mengangguk sambil menunduk lalu menengadahkan wajahnya lagi menatap Junio.

"Aku suka sama Om, apa nggak boleh? Aku berharap ada hal yang tak terduga sama Om, apa nggak boleh?"

Junio mengembuskan napas, ia berusaha tersenyum. Ia usap rambut Agni.

"Kau masih sangat belia, berpikirlah dewasa Sayang, kau boleh menyukaiku, boleh banget Om nggak ngelarang, tapi suka yang bagaimana?"

"Suka sebagai wanita pada seorang laki-laki."

"Nggak boleh!"

"Kenapa?"

"Karena ya nggak boleh, usia Om hampir sama kayak papa kamu."

"Lalu apa salahnya?"

Dan Agni menarik wajah Junio mengecup bibir laki-laki itu hingga Junio lagi-lagi dibuat kaget.

Linda yang mendengar semuanya dari luar galery hanya memegang dadanya.

Benar yang aku khawatirkan, anak itu tetap menyukai Junio.

🌷🌷🌷

20 Juli 2021 (06.59)

Publish ulang 5 Februari 2022 (00.45)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro